Kajian Seputar Aqidah dan Amaliah Aswaja

Friday, January 25, 2019

Amal Pembuka Pintu Surga

Tidak seperti biasanya, hari itu Ali bin Abu Thalib RA pulang lebih awal menjelang waktu Asar. Fatimah binti Rasulullah menyambut kedatangan suaminya yang seharian mencari rezeki dengan sukacita. Siapa tahu hari ini suamiku membawa uang lebih banyak karena keperluan di rumah juga makin banyak,bisik Fatimah dalam hati. 

Sesudah istirahat sejenak, Ali berkata kepada Fatimah, Maafkan aku wahai istriku, hari ini aku tidak membawa uang satu sen pun.Fatimah menyahut sambil tersenyum, Bukankah yang mengatur rezeki itu memang tidak duduk di pasar? Yang memiliki kuasa itu adalah Allah Ta'ala. Sabarlah duhai suamiku, aku tak mengapa. Terima kasih,jawab Ali singkat.

Matanya berbinar, terharu melihat sikap istrinya yang begitu tawakkal. Padahal keperluan dapur sudah benar-benar habis. Meskipun begitu Fatimah tidak menunjukkan sikap kecewa apalagi sedih.

Ali lalu berangkat ke masjid untuk menjalankan shalat berjamaah. Ketika pulang dari masjid, di jalan ia dihentikan oleh seorang tua, Maaf anak muda, betulkah engkau Ali putranya Abu Thalib? Ali menjawab, Ya betul, aku adalah Ali putra Abu Thalib. Ada apa, Tuan? Orangtua itu nampak mencari-cari sesuatu di dalam tasnya seraya berkata, Dahulu ayahmu pernah kuminta membersihkan kulit. Aku belum sempat membayar upahnya, tapi ayahmu sudah meninggal dunia. Jadi, terimalah uang ini, karena engkau adalah ahli warisnya.

Dengan perasaan gembira Ali menerima haknya dari orang itu sebanyak tiga puluh dinar. Setelah sampai di rumah, Ali menceritakan kejadian yang dialaminya kepada Fatimah. Tentu saja Fatimah sangat gembira memperoleh rezeki dari jalan yang tidak disangka-sangka. Fatimah kemudian meminta Ali untuk segera membelanjakannya agar semua keperluan terpenuhi. Ali pun bergegas berangkat ke pasar. Sebelum masuk ke dalam pasar, ia melihat seorang fakir menengadahkan tangan sambil berkata: Siapakah yang bersedia mengutangkan hartanya karena Allah? Bersedekahlah kepadaku, seorang musafir yang kehabisan bekal di perjalanan.Tanpa berpikir panjang, Ali pun memberikan seluruh uangnya kepada orang itu.
 
Pada saat pulang dari pasar, Fatimah merasa heran melihat suaminya tidak membawa apa-apa. Ali kemudian menjelaskan peristiwa yang baru saja dialaminya. Fatimah pun dengan senyum berkata, Wahai suamiku, seandainya aku yang mengalaminya, maka aku pun akan melakukan apa yang telah engkau lakukan. Lebih baik kita mengutangkan harta karena Allah daripada bersifat bakhil yang menyebabkan kemurkaan-Nya, dan menyebabkan tertutupnya pintu surga untuk kita.

Hikmah:

Kebakhilan yang dilakukan seorang hamba di dunia kelak akan menjadi penghalang baginya untuk memasuki pintu surga. Sebaliknya, kedermawanan yang telah menjadi kepribadian seorang hamba kelak akan menjadi kunci yang bisa dipergunakannya untuk membuka pintu surga. Inilah kandungan makna yang tersimpan dalam uraian kisah Ali bin Abu Thalib dan Fatimah binti Rasulullah tersebut. 

Kedua insan yang telah dipersatukan Allah SWT dalam mahligai rumah tangga itu adalah hasil didikan Rasulullah SAW. Dalam jiwa keduanya telah terpatri keyakinan yang kokoh bahwa rezeki setiap makhluk telah ditetapkan Allah Yang Maha Kuasa, sehingga tidak ada alasan bagi mereka untuk kecewa atas hasil yang mereka peroleh setelah usaha dilakukan. Mereka juga sadar bahwa materi yang mereka miliki hanyalah sarana yang bisa dimanfaatkan untuk memperoleh kasih sayang Allah sehingga tidak ada alasan untuk merasa berat membaginya kepada orang lain yang juga membutuhkan. Kedermawanan adalah satu sifat Rasulullah yang mereka warisi dan itu adalah kunci pembuka pintu surga.
Share:

0 comments:

Post a Comment

Waktu Saat Ini


Syubbanul Wathon

Tahlilan

Tamu Online