Sering kali manusia mengeluh pada apa yang terjadi,
misalnya saja mengeluhkan cuaca yang panas, hari hujan, gaji yang kecil,
padahal apapun yang menimpa seorang Muslim belum tentu keburukan baginya.
Sebagaimana firman Allah SWT:
إِنَّ ٱلْإِنسَٰنَ خُلِقَ هَلُوعًا
“Sesungguhnya
manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir.” (QS. al-Ma’ariij: 19)
إِذَا مَسَّهُ ٱلشَّرُّ جَزُوعًا
“Apabila
ia ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah.” (QS. Al-Ma’ariij: 20)
كُتِبَ
عَلَيْكُمُ الْقِتَالُ وَهُوَ كُرْهٌ لَكُمْ ۖ وَعَسَىٰ أَنْ تَكْرَهُوا
شَيْئًا وَهُوَ خَيْرٌ لَكُمْ ۖ وَعَسَىٰ أَنْ تُحِبُّوا شَيْئًا وَهُوَ
شَرٌّ لَكُمْ ۗ وَاللَّهُ يَعْلَمُ وَأَنْتُمْ لَا تَعْلَمُونَ
“Diwajibkan
atas kamu berperang, padahal berperang itu adalah sesuatu yang kamu benci.
Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi
(pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui,
sedang kamu tidak mengetahui.” (QS. Al-Baqarah: 216)
Tidak seharusnya seorang Muslim mengeluh akan
kehidupannya karena jika ia berpikir lebih, maka ia sendiri tidak akan pernah
sanggup menghitung kenikmatan yang telah ia rasakan selama ini. Kenikmatan yang diberikan oleh Allah
SWT yang tidak akan pernah sanggup dihitung oleh siapa pun. Dengan banyaknya
kenikmatan selama ini, tidaklah pantas jika kita mengeluh.
وَإِنْ تَعُدُّوا نِعْمَةَ اللَّهِ لَا تُحْصُوهَا ۗ إِنَّ اللَّهَ لَغَفُورٌ رَحِيمٌ
“Dan
jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tak dapat menentukan
jumlahnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. an-Nahl: 18)
Allah juga
telah memperingatkan kita akan orang-orang yang tidak pernah bersyukur dan
selalu mengeluh.
وَآتَاكُمْ
مِّن كُلِّ مَا سَأَلْتُمُوهُ ۚ وَإِن تَعُدُّوا۟ نِعْمَتَ ٱللَّهِ لَا
تُحْصُوهَآ ۗ إِنَّ ٱلْإِنسَٰنَ لَظَلُومٌ كَفَّارٌ
“Dan Dia
telah memberikan kepadamu (keperluanmu) dan segala apa yang kamu mohonkan
kepadanya. Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah dapat kamu
menghinggakannya. Sesungguhnya manusia itu, sangat zalim dan sangat mengingkari
(nikmat Allah).” (QS. Ibrahim: 34)
Allah sangat
tidak menyukai hambanya yang suka mengeluh. Sebagai hambaNya yang tidak pernah
putus diberikan kenikmatan bahkan dalam setiap helaan nafas, maka hendaknya
kita selalu bersyukur.
وَمِنَ
النَّاسِ مَنْ يَعْبُدُ اللَّهَ عَلَى حَرْفٍ فَإِنْ أَصَابَهُ خَيْرٌ
اطْمَأَنَّ بِهِ وَإِنْ أَصَابَتْهُ فِتْنَةٌ انْقَلَبَ عَلَى وَجْهِهِ
خَسِرَ الدُّنْيَا وَالآخِرَةَ ذَلِكَ هُوَ الْخُسْرَانُ الْمُبِينُ
“Dan di
antara manusia ada orang yang menyembah Allah dengan berada di tepi; maka jika
ia memperoleh kebajikan, tetaplah ia dalam keadaan itu, dan jika ia ditimpa
oleh suatu bencana, berbaliklah ia ke belakang. Rugilah ia di dunia dan di
akhirat. Yang demikian itu adalah kerugian yang nyata.” (QS. al-Hajj: 11)
Jika
terdapat suatu musibah, harusnya kita mensyukurinya karena jika kita bersabar
dalam menghadapinya maka dosa kita pun akan diampuni. Mengeluh hanya menjadi penyebab hati gelisah. Rasulullah SAW bersabda:
“Tiada suatu musibah pun yang
menimpa seorang Muslim, melainkan dengannya Allah hapuskan (dosa-dosa kecil) darinya
sampai-sampai sebatang duri pun yang menusuknya.” (Shahih al-Bukhari, Kitab
al-Mardha, no. 5640; Shahih Muslim, Kitab al-Birr wa ash-Shilah, no. 2572)
Sebagaimana
Firman Allah SWT:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اصْبِرُوا وَصَابِرُوا وَرَابِطُوا وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
“Hai
orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan
tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan bertakwalah kepada Allah,
supaya kamu beruntung.” (QS. Ali Imran: 200)
Allah telah
berjanji memberikan pahala yang besar pada mereka yang bersabar dan tidak
berkeluh kesah. Bersabar juga merupakan cara agar
hati menjadi tenang.
وَلَنَبْلُوَنَّكُم
بِشَىْءٍ مِّنَ ٱلْخَوْفِ وَٱلْجُوعِ وَنَقْصٍ مِّنَ ٱلْأَمْوَٰلِ
وَٱلْأَنفُسِ وَٱلثَّمَرَٰتِ ۗ وَبَشِّرِ ٱلصَّٰبِرِينَ
“Dan sungguh
akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan,
kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada
orang-orang yang sabar.” (QS. al-Baqarah: 155)
Rasulullah SAW pernah bersabda: “Sesungguhnya
Allah ‘Azza wa Jalla berfirman: “Apabila Aku memberi cobaan kepada hambaKu
dengan melenyapkan kedua perkara yang dia cintai (yakni kedua matanya),
kemudian ia bersabar, maka untuknya akan Kuberi ganti surga karena kehilangan
keduanya.” (HR. al-Bukhari)
Dalam
riwayat lain, Rasulullah SAW juga kembali
menegaskan keutamaan bersabar:
“Amat menakjubkan keadaan orang mukmin itu, sesungguhnya semua keadaannya
itu adalah merupakan kebaikan baginya dan kebaikan yang sedemikian itu tidak
akan ada lagi seorang pun melainkan hanya untuk orang mukmin itu belaka. Apabila ia
mendapatkan kelapangan hidup, ia pun
bersyukur, maka hal itu adalah kebaikan baginya. Apabila ia ditimpa musibah,
maka ia pun bersabar dan hal ini pun adalah merupakan kebaikan baginya.” (HR. Muslim)
Setiap manusia hendaknya menyadari bahwa setiap kenikmatan dan musibah yang
datang telah digariskan oleh Allah SWT sebelum kita diciptakan sehingga
seharusnya kita bersikap sabar dan tawakkal dalam menghadapinya.
Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya
setiap orang di antara kamu dikumpulkan kejadiannya di dalam rahim ibunya
selama empat puluh hari dalam bentuk nuthfah, kemudian menjadi ‘alaqah (segumpal
darah) selama waktu itu juga (empat puluh hari), kemudian menjadi mudhghah
(segumpal daging) selama waktu itu juga, lalu diutuslah malaikat kepadanya,
lalu malaikat itu meniupkan ruh padanya dan ia diperintahkan menulis empat kalimat:
rizkinya, ajalnya, amalnya, dan nasib celakanya atau keberuntungannya.” (HR. al-Bukhari dan Muslim)
Allah juga
tidak pernah memberikan cobaan atau musibah melebihi batas kemampuan hambanya.
لَا
يُكَلِّفُ اللَّهُ نَفْسًا إِلَّا وُسْعَهَا ۚ لَهَا مَا كَسَبَتْ
وَعَلَيْهَا مَا اكْتَسَبَتْ ۗ رَبَّنَا لَا تُؤَاخِذْنَا إِنْ نَسِينَا
أَوْ أَخْطَأْنَا ۚ رَبَّنَا وَلَا تَحْمِلْ عَلَيْنَا إِصْرًا كَمَا
حَمَلْتَهُ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِنَا ۚ رَبَّنَا وَلَا تُحَمِّلْنَا
مَا لَا طَاقَةَ لَنَا بِهِ ۖ وَاعْفُ عَنَّا وَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا
ۚ أَنْتَ مَوْلَانَا فَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِينَ
“Allah tidak
membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala
(dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang
dikerjakannya. (Mereka berdoa): “Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami
jika kami lupa atau kami tersalah. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebankan
kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang
sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak
sanggup kami memikulnya. Beri maaflah kami; ampunilah kami; dan rahmatilah
kami. Engkaulah Penolong kami, maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir”. (QS. al-Baqarah: 286)
0 comments:
Post a Comment