Kajian Seputar Aqidah dan Amaliah Aswaja

Friday, January 18, 2019

Perbesar Rasa Syukur, Jangan Mengeluh!

Sering kali manusia mengeluh pada apa yang terjadi, misalnya saja mengeluhkan cuaca yang panas, hari hujan, gaji yang kecil, padahal apapun yang menimpa seorang Muslim belum tentu keburukan baginya. Sebagaimana firman Allah SWT:

إِنَّ ٱلْإِنسَٰنَ خُلِقَ هَلُوعًا
Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir.” (QS. al-Ma’ariij: 19)

إِذَا مَسَّهُ ٱلشَّرُّ جَزُوعًا
Apabila ia ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah.(QS. Al-Ma’ariij: 20)

كُتِبَ عَلَيْكُمُ الْقِتَالُ وَهُوَ كُرْهٌ لَكُمْ ۖ وَعَسَىٰ أَنْ تَكْرَهُوا شَيْئًا وَهُوَ خَيْرٌ لَكُمْ ۖ وَعَسَىٰ أَنْ تُحِبُّوا شَيْئًا وَهُوَ شَرٌّ لَكُمْ ۗ وَاللَّهُ يَعْلَمُ وَأَنْتُمْ لَا تَعْلَمُونَ
“Diwajibkan atas kamu berperang, padahal berperang itu adalah sesuatu yang kamu benci. Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” (QS. Al-Baqarah: 216)

Tidak seharusnya seorang Muslim mengeluh akan kehidupannya karena jika ia berpikir lebih, maka ia sendiri tidak akan pernah sanggup menghitung kenikmatan yang telah ia rasakan selama ini. Kenikmatan yang diberikan oleh Allah SWT yang tidak akan pernah sanggup dihitung oleh siapa pun. Dengan banyaknya kenikmatan selama ini, tidaklah pantas jika kita mengeluh.



وَإِنْ تَعُدُّوا نِعْمَةَ اللَّهِ لَا تُحْصُوهَا ۗ إِنَّ اللَّهَ لَغَفُورٌ رَحِيمٌ
“Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tak dapat menentukan jumlahnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. an-Nahl: 18)



Allah juga telah memperingatkan kita akan orang-orang yang tidak pernah bersyukur dan selalu mengeluh.

وَآتَاكُمْ مِّن كُلِّ مَا سَأَلْتُمُوهُ ۚ وَإِن تَعُدُّوا۟ نِعْمَتَ ٱللَّهِ لَا تُحْصُوهَآ ۗ إِنَّ ٱلْإِنسَٰنَ لَظَلُومٌ كَفَّارٌ
“Dan Dia telah memberikan kepadamu (keperluanmu) dan segala apa yang kamu mohonkan kepadanya. Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah dapat kamu menghinggakannya. Sesungguhnya manusia itu, sangat zalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah).” (QS. Ibrahim: 34)

Allah sangat tidak menyukai hambanya yang suka mengeluh. Sebagai hambaNya yang tidak pernah putus diberikan kenikmatan bahkan dalam setiap helaan nafas, maka hendaknya kita selalu bersyukur.

وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَعْبُدُ اللَّهَ عَلَى حَرْفٍ فَإِنْ أَصَابَهُ خَيْرٌ اطْمَأَنَّ بِهِ وَإِنْ أَصَابَتْهُ فِتْنَةٌ انْقَلَبَ عَلَى وَجْهِهِ خَسِرَ الدُّنْيَا وَالآخِرَةَ ذَلِكَ هُوَ الْخُسْرَانُ الْمُبِينُ
“Dan di antara manusia ada orang yang menyembah Allah dengan berada di tepi; maka jika ia memperoleh kebajikan, tetaplah ia dalam keadaan itu, dan jika ia ditimpa oleh suatu bencana, berbaliklah ia ke belakang. Rugilah ia di dunia dan di akhirat. Yang demikian itu adalah kerugian yang nyata.” (QS. al-Hajj: 11)

Jika terdapat suatu musibah, harusnya kita mensyukurinya karena jika kita bersabar dalam menghadapinya maka dosa kita pun akan diampuni. Mengeluh hanya menjadi penyebab hati gelisah. Rasulullah SAW bersabda:

Tiada suatu musibah pun yang menimpa seorang Muslim, melainkan dengannya Allah hapuskan (dosa-dosa kecil) darinya sampai-sampai sebatang duri pun yang menusuknya.” (Shahih al-Bukhari, Kitab al-Mardha, no. 5640; Shahih Muslim, Kitab al-Birr wa ash-Shilah, no. 2572)

Sebagaimana Firman Allah SWT:



يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اصْبِرُوا وَصَابِرُوا وَرَابِطُوا وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
“Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan bertakwalah kepada Allah, supaya kamu beruntung.” (QS. Ali Imran: 200)

Allah telah berjanji memberikan pahala yang besar pada mereka yang bersabar dan tidak berkeluh kesah. Bersabar juga merupakan cara agar hati menjadi tenang. 

وَلَنَبْلُوَنَّكُم بِشَىْءٍ مِّنَ ٱلْخَوْفِ وَٱلْجُوعِ وَنَقْصٍ مِّنَ ٱلْأَمْوَٰلِ وَٱلْأَنفُسِ وَٱلثَّمَرَٰتِ ۗ وَبَشِّرِ ٱلصَّٰبِرِينَ
“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.” (QS. al-Baqarah: 155)

Rasulullah SAW pernah bersabda: “Sesungguhnya Allah ‘Azza wa Jalla berfirman: “Apabila Aku memberi cobaan kepada hambaKu dengan melenyapkan kedua perkara yang dia cintai (yakni kedua matanya), kemudian ia bersabar, maka untuknya akan Kuberi ganti surga karena kehilangan keduanya.” (HR. al-Bukhari)

Dalam riwayat lain, Rasulullah SAW juga kembali menegaskan keutamaan bersabar:

“Amat menakjubkan keadaan orang mukmin itu, sesungguhnya semua keadaannya itu adalah merupakan kebaikan baginya dan kebaikan yang sedemikian itu tidak akan ada lagi seorang pun melainkan hanya untuk orang mukmin itu belaka. Apabila ia mendapatkan kelapangan hidup, ia pun bersyukur, maka hal itu adalah kebaikan baginya. Apabila ia ditimpa musibah, maka ia pun bersabar dan hal ini pun adalah merupakan kebaikan baginya.” (HR. Muslim)

Setiap manusia hendaknya menyadari bahwa setiap kenikmatan dan musibah yang datang telah digariskan oleh Allah SWT sebelum kita diciptakan sehingga seharusnya kita bersikap sabar dan tawakkal dalam menghadapinya.

Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya setiap orang di antara kamu dikumpulkan kejadiannya di dalam rahim ibunya selama empat puluh hari dalam bentuk nuthfah, kemudian menjadi ‘alaqah (segumpal darah) selama waktu itu juga (empat puluh hari), kemudian menjadi mudhghah (segumpal daging) selama waktu itu juga, lalu diutuslah malaikat kepadanya, lalu malaikat itu meniupkan ruh padanya dan ia diperintahkan menulis empat kalimat: rizkinya, ajalnya, amalnya, dan nasib celakanya atau keberuntungannya.” (HR. al-Bukhari dan Muslim)

Allah juga tidak pernah memberikan cobaan atau musibah melebihi batas kemampuan hambanya.

لَا يُكَلِّفُ اللَّهُ نَفْسًا إِلَّا وُسْعَهَا ۚ لَهَا مَا كَسَبَتْ وَعَلَيْهَا مَا اكْتَسَبَتْ ۗ رَبَّنَا لَا تُؤَاخِذْنَا إِنْ نَسِينَا أَوْ أَخْطَأْنَا ۚ رَبَّنَا وَلَا تَحْمِلْ عَلَيْنَا إِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِنَا ۚ رَبَّنَا وَلَا تُحَمِّلْنَا مَا لَا طَاقَةَ لَنَا بِهِ ۖ وَاعْفُ عَنَّا وَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا ۚ أَنْتَ مَوْلَانَا فَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِينَ
“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya. (Mereka berdoa): “Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami tersalah. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya. Beri maaflah kami; ampunilah kami; dan rahmatilah kami. Engkaulah Penolong kami, maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir”. (QS. al-Baqarah: 286)
Share:

0 comments:

Post a Comment

Waktu Saat Ini


Syubbanul Wathon

Tahlilan

Tamu Online