Beliau adalah seorang ulama besar di
lingkungan mazhab Syafi’i yang telah menulis banyak kitab dalam berbagai
disiplin ilmu. Di antara kitab karyanya adalah Tanwir al-Halik Syarah
Muwatha’ Malik, Syarah Sunan Nasa’i, dan penulis dari separuh isi kitab Tafsir
Jalalain.
Tentang bid’ah beliau berkata:
أَصْلُ الْبِدْعَةِ مَا أُحْدِثَ عَلَى غَيْرِ
مِثَالٍِ سَابِقٍ، وَتُطْلَقُ فِى الشَّرْعِ عَلَى مَا يُقَابِلُ السُّنَّةَ أَيْ
مَالَمْ يَكُنْ فِيْ عَهْدِهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ثُمَّ تَنْقَسِمُ
إِلَى اْلأَحْكَامِ الْخَمْسَةِ
Artinya: “Maksud asal dari kata
‘bid’ah’ adalah sesuatu yang baru diadakan tanpa adanya contoh yang
mendahuluinya. Dalam istilah syari’at, bid’ah adalah lawan dari sunnah, yaitu
sesuatu yang belum ada pada masa Nabi shallallahu ’alaihi
wa sallam.
Kemudian hukum bid’ah terbagi ke dalam hukum yang lima.” [1]
0 comments:
Post a Comment