Kajian Seputar Aqidah dan Amaliah Aswaja

Wednesday, January 2, 2019

Allah Tak Pernah Putuskan Harapan Hamba-Nya

Pada zaman Nabi Musa AS ada seorang pemuda yang senang melakukan kejahatan. Penduduk kampung tempat pemuda itu hidup tidak mampu lagi mencegah perbuatannya, lalu mereka berdoa memohon pentunjuk kepada Allah SWT. Maka Allah SWT kemudian menurunkan wahyu kepada Nabi Musa AS untuk mengusir pemuda itu dari kampungnya agar penduduknya tidak terkena bencana. Lalu, keluarlah pemuda tersebut dari kampungnya dan sampai di suatu kawasan yang luas, di mana tidak seekor burung atau manusia pun ada di sana.

Setelah beberapa hari berada di tempat tak berpenghuni itu, si pemuda jatuh sakit. Ia merintih seorang diri, lalu berkata: Wahai Tuhanku, seandainya ibuku, ayahku dan istriku ada di sisiku saat ini, tentulah mereka akan menangis mengingat waktu kematian yang segera akan memisahkan aku dengan mereka. Andaikata anak-anakku ada di sisiku pasti mereka akan berdoa: Ya Allah, ampunilah ayah kami yang telah banyak melakukan kejahatan, sehingga ia diusir dari kampungnya ke tempat yang tidak berpenghuni ini, dan keluar dari dunia menuju akhirat dalam keadaan putus asa dari segala sesuatu kecuali rahmat-Mu ya Allah.

Akhirnya pemuda itu berkata: Ya Allah, janganlah Kau putuskan aku dari rahmat-Mu, sesungguhnya Engkau Maha Berkuasa terhadap sesuatu.Setelah mengucapkan kata-kata itu, maka lepaslah ruh dari raganya.

Kemudian Allah mewahyukan kepada Nabi Musa AS: Pergilah engkau ke suatu tempat yang di sana ada seorang wali-Ku yang telah meninggal dunia. Mandikan, kafani dan shalatkanlah dia.

Sesampainya di sana, Nabi Musa AS mendapati yang meninggal dunia itu adalah pemuda yang diusirnya dahulu. Lalu Nabi Musa AS berkata: Ya Allah, bukankah dia ini pemuda fasik yang dahulu Engkau perintahkan aku untuk mengusirnya?Allah berfirman: Benar. Aku merasa kasihan kepadanya disebabkan oleh rintihannya dikala sakit dan keadaannya yang terpisah dari keluarganya. Apabila ada seseorang yang meninggal dunia, sedangkan dia tidak memiliki saudara, maka semua penghuni langit dan bumi akan menangis karena kasihan kepadanya. Oleh karena itu, bagaimana mungkin Aku tidak mengasihaninya sedangkan Aku adalah Zat Yang Maha Penyayang di antara yang penyayang.

Hikmah:

Allah SWT adalah Zat Yang Maha Penyayang. Dia tak pernah memutuskan harapan seorang hamba ketika dengan penuh ketulusan si hamba menggantungkan harapan pada-Nya. Sebesar apa pun dosa yang telah dilakukan seorang hamba kepada Allah SWT, selain syirik, akan diampuni-Nya. Maka, selama ruh masih bersemayam di dalam jasad, itu merupakan rentang waktu yang disediakan oleh Allah SWT untuk kembali kepada-Nya. Sakaratul maut adalah saat seorang hamba akan terpisah dan terputus dari segalanya. Namun ada yang akan tetap menyertainya, yaitu rahmat dan kasih sayang Allah SWT. Kisah tersebut memperlihatkan betapa Allah SWT sangat mudah mengampuni seorang hamba yang pendosa hanya karena si hamba itu menggantungkan harapan kepada-Nya. Detik-detik terakhir dalam hidupnya telah memunculkan kesadaran dalam jiwanya bahwa ada Zat yang apabila seseorang menggantungkan harapan pada-Nya, maka Dia takkan pernah memutuskan harapan itu. Si hamba yang pendosa itu pun kemudian berharap agar ia tak dipisahkan dan diputuskan dari rahmat serta kasih sayang Allah SWT. Dan Dia, Zat Yang Maha Kasih itu merasa malu bila harapan si hamba tak dipenuhi-Nya, karena Dia-lah Yang Maha Penyayang di antara yang penyayang. Maka, perbanyaklah menggantungkan harapan hanya kepada-Nya, niscaya engkau takkan pernah kecewa.
Share:

0 comments:

Post a Comment

Waktu Saat Ini


Syubbanul Wathon

Tahlilan

Tamu Online