Kajian Seputar Aqidah dan Amaliah Aswaja

Wednesday, July 10, 2019

Bid'ah Menurut Al-Imam Ibn al-Atsir al-Jaziri

Beliau adalah seorang ulama yang pakar dalam bidang hadits dan bahasa. Dengan keluasan ilmu yang dimilikinya, beliau pun menyimpulkan bahwa tidak semua bid’ah itu buruk, tapi juga ada yang baik. Beliau menyebutnya dengan istilah bid’ah huda dan bid’ah dhalal.  Simaklah ucapan beliau berikut ini:
 
الْبِدْعَةُ بِدْعَتَانِ بِدْعَةُ هُدًى وَبِدْعَةُ ضَلاَلٍِ فَمَا كَانَ فِيْ خِلاَفٍِ مَا أَمَرَ اللهُ بِهِ وَرَسُوْلِهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَهُوَ مِنْ حَيْزِ الذَّمِّ وَاْلإِنْكَارِ وَمَا كَانَ وَاقِعًا تَحْتَ عُمُوْمٍِ مِمَّا نَدَبَ اللهُ إِلَيْهِ وَحَضَّ عَلَيْهِ اللهُ وَرَسُوْلُهُ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَهُوَ فِيْ حَيْزِ الْمَدْحِ وَمَا لَمْ يَكُنْ لَهُ مِثَالٌُ مَوْجُوْدٌ كَنَوْعٍِ مِنَ الْجُوْدِ وَالسَّخَاءِ وَفِعْلِ الْمَعْرُوْفِ فَهُوَ فِي اْلأَفْعَالِ الْمَحْمُوْدَةِ وَلاَ يَجُوْزُ أَنْ يَكُوْنَ ذَلِكَ فِيْ خِلاَفِ مَا وَرَدَ الشَّرْعُ بِهِ 
“Bid’ah itu terbagi dua: bid’ah huda (bid’ah yang sesuai dengan petunjuk) dan bid’ah dhalal (bid’ah sesat). Maka bid’ah yang menyalahi perintah Allah dan Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam, tergolong bid’ah tercela dan ditolak. Bid’ah yang masih termasuk di bawah naungan keumuman perintah Allah dan dorongan Allah dan Rasul-Nya, maka tergolong bid’ah terpuji. Sedangkan bid’ah yang belum pernah memiliki kesamaan seperti kedermawanan dan berbuat kebajikan, maka tergolong perbuatan yang terpuji dan tidak mungkin hal tersebut menyelisihi syara’.” [1]
 
Melalui ucapannya ini, al-Imam al-Hafizh Ibn al-Atsir al-Jaziri menjelaskan kepada kita bahwa segala sesuatu yang baru, jika masih berada dalam naungan keumuman perintah Allah dan Rasul-Nya, maka tergolong bid’ah terpuji, sekalipun belum pernah ada pada masa Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam. Beliau juga menegaskan, berbagai macam bentuk kedermawanan dan perbuatan baik yang ada saat ini, yang boleh jadi pada masa Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam amal tersebut belum dikenal, maka ia tergolong perbuatan terpuji yang tidak mungkin menyalahi hukum-hukum syara’.


[1] Lihat: al-Nihayah fi Gharib al-Hadits wa al-Atsar, 1/267.
Share:

0 comments:

Post a Comment

Waktu Saat Ini


Syubbanul Wathon

Tahlilan

Tamu Online