Beliau adalah
seorang ulama yang pakar dalam bidang hadits dan bahasa. Dengan keluasan ilmu yang
dimilikinya, beliau pun menyimpulkan bahwa tidak semua bid’ah itu buruk, tapi
juga ada yang baik. Beliau menyebutnya dengan istilah bid’ah huda dan bid’ah
dhalal. Simaklah ucapan beliau
berikut ini:
الْبِدْعَةُ بِدْعَتَانِ بِدْعَةُ هُدًى وَبِدْعَةُ ضَلاَلٍِ فَمَا كَانَ
فِيْ خِلاَفٍِ مَا أَمَرَ اللهُ بِهِ وَرَسُوْلِهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ فَهُوَ مِنْ حَيْزِ الذَّمِّ وَاْلإِنْكَارِ وَمَا كَانَ وَاقِعًا
تَحْتَ عُمُوْمٍِ مِمَّا نَدَبَ اللهُ إِلَيْهِ وَحَضَّ عَلَيْهِ اللهُ
وَرَسُوْلُهُ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَهُوَ فِيْ حَيْزِ الْمَدْحِ وَمَا
لَمْ يَكُنْ لَهُ مِثَالٌُ مَوْجُوْدٌ كَنَوْعٍِ مِنَ الْجُوْدِ وَالسَّخَاءِ
وَفِعْلِ الْمَعْرُوْفِ فَهُوَ فِي اْلأَفْعَالِ الْمَحْمُوْدَةِ وَلاَ يَجُوْزُ
أَنْ يَكُوْنَ ذَلِكَ فِيْ خِلاَفِ مَا وَرَدَ الشَّرْعُ بِهِ
“Bid’ah itu terbagi
dua: bid’ah huda (bid’ah yang sesuai dengan petunjuk) dan bid’ah dhalal (bid’ah
sesat). Maka bid’ah yang menyalahi perintah Allah dan Rasulullah shallallahu ’alaihi
wa sallam, tergolong bid’ah tercela dan ditolak. Bid’ah yang masih
termasuk di bawah naungan keumuman perintah Allah dan dorongan Allah dan
Rasul-Nya, maka tergolong bid’ah terpuji. Sedangkan bid’ah yang belum pernah
memiliki kesamaan seperti kedermawanan dan berbuat kebajikan, maka tergolong
perbuatan yang terpuji dan tidak mungkin hal tersebut menyelisihi syara’.” [1]
Melalui ucapannya
ini, al-Imam al-Hafizh Ibn al-Atsir al-Jaziri menjelaskan kepada kita bahwa
segala sesuatu yang baru, jika masih berada dalam naungan keumuman perintah
Allah dan Rasul-Nya, maka tergolong bid’ah terpuji, sekalipun belum pernah ada
pada masa Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam. Beliau juga
menegaskan, berbagai macam bentuk kedermawanan dan perbuatan baik yang ada saat
ini, yang boleh jadi pada masa Rasulullah shallallahu ’alaihi
wa sallam amal tersebut belum dikenal, maka ia tergolong perbuatan
terpuji yang tidak mungkin menyalahi hukum-hukum syara’.
0 comments:
Post a Comment