Kajian Seputar Aqidah dan Amaliah Aswaja

Monday, January 28, 2019

Keteguhan Iman Bilal

Bilal, seorang budak berkulit hitam, adalah salah satu di antara tujuh orang yang pertama kali menyatakan keislamannya secara terang-terangan meskipun diancam oleh kaum kafir Quraisy. Saat mengetahui bahwa Bilal telah memeluk Islam, maka tuannya kemudian menyiksa Bilal dengan memakaikan kepadanya baju besi dan menjemurnya di padang pasir yang sangat panas. Ketika ditanya tentang agamanya, Bilal tetap mengatakan 'Ahad! Ahad!'(Allah Yang Esa, Allah Yang Esa).

Bilal kemudian diseret hingga ke lereng gunung tetapi Bilal tetap mengatakan 'Ahad! Ahad!' Imannya tidak guncang sedikit pun. Menyaksikan keteguhan iman yang ada dalam diri Bilal, tuannya kemudian meningkatkan siksaan dengan meletakkan batu besar di atas tubuhnya lalu dijemur di tengah teriknya matahari. Namun, tidak ada ucapan lain yang keluar dari mulut Bilal kecuali 'Ahad! Ahad!' Bilal rela mati daripada mengganti imannya yang hak dengan yang batil.

Ketika Abu Bakar diberitahu tentang penyiksaan yang dialami oleh Bilal, maka beliau kemudian menemui Umaiyah yang sedang menyiksa Bilal. Abu Bakar meminta agar Bilal dibebaskan. Sebagai tebusannya, Abu Bakar menyerahkan seorang budak hitam yang lebih kuat. Setelah menebusnya, Abu Bakar pun membebaskan Bilal dari statusnya sebagai seorang budak.

Hikmah:

Iman adalah anugerah Allah SWT yang tak bisa dibandingkan nilainya dengan apa pun yang ada di dunia ini. Iman bukan sesuatu yang dapat dimiliki melalui suatu percobaan, bukan pula yang dipaksakan merasuk ke relung jiwa. Iman terpatri ke dalam hati yang paling dalam melalui hidayah Allah. Dia Yang Maha Halus dan Maha Lembut yangmenanamkannya di dalam hati seorang hamba tanpa melihat latar belakang kehidupannya di dunia ini. 

Bilal adalah sosok seorang hamba yang merasakan kuatnya patrian iman yang dilekatkan Allah SWT dalam kalbunya. Pedihnya siksaan yang ia terima tak mampu menggoyahkan, apalagi mencabut iman dari kalbunya. Siksaan demi siksaan yang ditujukan untuk melepas imannya, justru semakin mengokohkan iman tersebut di dalam jiwanya. Ia semakin merasakan kedekatan dirinya dengan Zat yang diimaninya. Terbukti tak ada keluhan yang muncul dari lisannya ketika menahan siksa kecuali menyebut nama Zat Yang Maha Agung itu: Allah…, Allah… 

Betapa berat ujian yang diberikan Allah SWT kepada Bilal untuk mengetahui sedalam dan sekokoh apa iman itu terpatri dalam kalbunya. Bukankah kita belum pernah merasakan ujian seberat itu? Kita pantas belajar dari generasi didikan Rasulullah SAW tersebut dalam mempertahankan iman yang sudah dianugerahkan Dia Yang Maha Kuasa kepada kita.
Share:

0 comments:

Post a Comment

Waktu Saat Ini


Syubbanul Wathon

Tahlilan

Tamu Online