Kajian Seputar Aqidah dan Amaliah Aswaja

Tuesday, January 29, 2019

Kesungguhan Cinta Tsauban kepada Nabi

Tsauban adalah seorang budak yang sangat mencintai Nabi Muhammad SAW dan selalu merindukan beliau. Sehari tidak bertemu dengan Nabi, Tsauban merasa seperti telah berpisah setahun dengan beliau. Seandainya diizinkan ia ingin setiap saat bersama Nabi. Ketika tidak bertemu dengan Nabi, ia merasa sangat sedih, murung dan seringkali menangis. Ternyata Nabi pun demikian terhadap Tsauban. Beliau mengetahui betapa besarnya kasih sayang Tsauban terhadap dirinya.

Suatu hari Tsauban dikabarkan sakit, lalu Nabi SAW menemuinya. Saat bertemu Nabi, Tsauban berkata, Ya Rasulullah, sesungguhnya aku tidak sakit, tapi aku sangat sedih jika berpisah dan tidak bertemu denganmu walaupun hanya sebentar. Jika dapat bertemu, barulah hatiku tenang dan merasa bahagia. Ketika dalam pikiranku terlintas persoalan akhirat, hatiku bertambah cemas, takut kalau aku tidak dapat bersama denganmu lagi. Engkau pasti akan menempati tempat di surga yang mulia, sementara aku belum tentu akan masuk ke dalam surga meskipun yang paling bawah. Ya Rasulullah, hatiku sangat bimbang tentulah saat itu kita tidak akan bertemu lagi.

Mendengar kata-kata Tsauban, Nabi SAW merasa sangat terharu. Namun beliau tidak dapat berbuat apa-apa karena itu merupakan urusan Allah. Setelah peristiwa itu, turunlah wahyu kepada Rasulullah SAW: Barangsiapa yang taat kepada Allah dan Rasul-Nya, maka mereka nanti akan bersama dengan orang-orang yang diberi nikmat oleh Allah yaitu para Nabi, syuhada, orang-orang shaleh dan mereka adalah sebaik-baik teman.Mendengar jaminan Allah itu, Tsauban menjadi tenang hatinya.

Hikmah:

Engkau akan bersama dengan orang yang kau cintai.Itulah kata bijak yang pernah terucap dari lisan Rasulullah SAW. Ya, siapa yang ia cintai, maka ia akan bersama dengannya. 

Dalamnya rasa cinta Tsauban kepada Rasulullah telah menjadikan jiwanya senantiasa ingin bersama dengan manusia mulia itu. Kebahagiaan dirasakannya manakala mereka bertemu, dan kesedihan mengusik jiwanya ketika mereka berpisah. Disebabkan oleh cinta, jiwa Tsauban melayang hingga ke alam akhirat. Di sana ia menyaksikan Rasulullah yang dicintainya itu berada dalam kedudukan yang mulia, sedangkan ia dalam penantian panjang apakah akan masuk ke dalam surga ataukah terjerumus ke jurang neraka. Jarak yang begitu jauh telah memisahkannya dari orang yang ia cintai, padahal jiwanya merintih perih ingin tetap bersama. Allah Yang Maha Halus menyaksikan dan mendengar rintihan jiwa Tsauban yang dimabuk cinta sehingga turunlah firman Allah tersebut. Inilah berita gembira bagi orang-orang yang mencintai Rasulullah SAW, yakni kebersamaan dengan beliau di dalam surga yang penuh dengan kenikmatan abadi.
Share:

0 comments:

Post a Comment

Waktu Saat Ini


Syubbanul Wathon

Tahlilan

Tamu Online