Kajian Seputar Aqidah dan Amaliah Aswaja

Wednesday, January 2, 2019

Pasal Adab-adab Shalat Jumat

آدَابُ الْجُمُعَةِ

Adab-Adab Shalat Jumat

اِعْلَمْ، أَنَّ الْجُمُعَةَ عِيْدُي الْمُؤْمِنِيْنَ، وَهُوَ يَوْمٌ شَرِيْفٌ خَصَّ اللهُ عَزَّوَجَلَّ بِهِ هَذِهِ اْلاُمَّةَ، وَفِيْهِ سَاعَةٌ مُبْهَمَةٌ لاَ يُوافِقُهَا عَبْدٌ مُسْلِمٌ يَسْأَلُ اللهَ تَعَالَى فِيْهَا حَاجَةً إِلاَّ أَعْطَاهُ إِيَّاهَا
Ketahuilah, sesungguhnya hari Jumat adalah salah satu hari raya bagi orang-orang Mukmin. Hari Jumat juga merupakan hari mulia yang dikhususkan Allah ‘Azza wa Jalla untuk umat ini (umat Nabi Muhammad SAW). Di dalamnya ada saat-saat yang dirahasiakan, yang apabila seorang Muslim memohon kepada Allah Ta’ala apa yang dihajatkannya pada saat itu niscaya Allah akan mengabulkannya. 

فَاسْتَعِدَّ لَهَا مِنْ يَوْمِ الْخَمِيْسِ بِتَنْظِيْفِ الثِّيَابِ، وَبِكَثْرَةِ التَّسْبِيْحِ وَاْلاِسْتِغْفَارِ عَشِيَّةَ الْخَمِيْسِ، فَإِنَّهَا سَاعَةٌ تُوَازِي فِي الْفَضْلِ سَاعَةَ يَوْمِ الْجُمُعَةِ
Oleh karena itu persiapkan dirimu untuk menyambutnya sejak hari Kamis dengan membersihkan pakaian dan memperbanyak membaca tasbih dan istighfar di Kamis sore. Karena waktu tersebut memiliki keutamaan yang sama dengan keutamaan waktu di hari Jumat. 

وَانْوِ صَوْمَ يَوْمِ الْجُمُعَةِ، لَكِنْ مَعَ الْخَمِيْسِ أَوِ السَّبْتِ، إِذْ جَاءَ فِيْ إِفْرَادِهَا نَهْيٌ
Hendaklah engkau meniatkan puasa pada hari Jumat, namun bersamaan dengan puasa di hari Kamis atau Sabtu, karena terdapat larangan mengkhususkan puasa hanya pada hari Jumat.[1]

فَإِذَا طَلَعَ عَلَيْكَ الصُّبْحُ، فَاغْتَسِلْ، فَإِنَّ غُسْلَ يَوْمِ الْجُمُعَةِ وَاجِبٌ عَلَى كُلِّ مُحْتَلِمٍ: أَيْ ثَابِتٌ مُؤَكَّدٌ
Apabila waktu Subuh di hari Jumat telah tiba, mandilah engkau, karena sesungguhnya mandi pada hari Jumat itu wajib atas setiap orang yang telah baligh:[2] maksudnya, sunnah yang ditekankan.  

ثُمَّ تَزَيَّنْ بِالثِّيَابِ الْبِيْضِ، فَإِنَّهَا أَحَبُّ الثِّيَابِ إِلَى اللهِ تَعَالَى، وَاسْتَعْمَلْ مِنَ الطِّيْبِ أَطْيَبُ مَا عِنْدَكَ، وَبَالِغْ فِيْ تَنْظِيْفِ بَدَنِكَ بِالْحَلْقِ وَالْقَصِّ وَالتَّقْلِيْمِ وَالسِّوَاكِ وَسَائِرُ أَنْوَاعِ النَّظَافَةِ وَتَطْيِيْبِ الرَّائِحَةِ
Kemudian berhiaslah engkau dengan mengenakan pakaian berwarna putih, karena pakaian berwarna putih itu disukai oleh Allah Ta’ala. Lalu gunakanlah wewangian yang paling wangi yang engkau miliki. Bersungguh-sungguhlah engkau  dalam membersihkan badanmu dengan cara memotong dan merapikan rambut (yang ada di kepala, ketiak, kumis, dan kemaluan) dan kuku, bersiwak, serta menggunakan berbagai macam kebersihan dan wewangian lainnya. 

ثُمَّ بَكِّرْ إِلَى الْجَامِعِ، وَاسْعَ إِلَيْهَا عَلَى الْهَيْنَةِ وَالسَّكِيْنَةِ، فَقَدْ قَالَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: مَنْ رَاحَ إِلَى الْجُمُعَةِ فِي السَّاعَةِ اْلاُوْلَى فَكَأَنَّمَا قَرَّبَ بَدَنَةً، وَمَنْ رَاحَ فِي السَّاعَةِ الثَّانِيَةِ فَكَأَنَّمَا قَرَّبَ بَقَرَةً، وَمَنْ رَاحَ فِي السَّاعَةِ الثَّالِثَةِ فَكَأَنَّمَا قَرَّبَ كَبْشًا أَقْرَنَ، وَمَنْ رَاحَ فِي السَّاعَةِ الرَّابِعَةِ فَكَأَنَّمَا قَرَّبَ دَجَاجَةً، وَمَنْ رَاحَ فِي السَّاعَةِ الْخَامِسَةِ فَكَأَنَّمَا قَرَّبَ بَيْضَةً. فَإِذَا خَرَجَ اْلإِمَامُ طُوِيَتِ الصُّحُفُ، وَرُفِعَتِ اْلأَقْلاَمُ، وَاجْتَمَعَتِ الْمَلاَئِكَةُ عِنْدَ الْمِنْبَرِ يَسْتَمِعُوْنَ الذِّكْرَ
Kemudian bersegeralah engkau menuju masjid dan berjalanlah dengan sikap yang tenang. Sungguh Rasulullah SAW pernah bersabda: “Barangsiapa yang datang ke masjid untuk menunaikan shalat Jumat pada waktu yang pertama, maka seakan-akan ia telah berkurban seekor unta yang gemuk. Barangsiapa yang datang ke masjid untuk menunaikan shalat Jumat pada waktu yang kedua, maka seakan-akan ia telah berkurban seekor sapi. Barangsiapa yang datang ke masjid untuk menunaikan shalat Jumat pada waktu yang ketiga, maka seakan-akan ia telah berkurban seekor kambing bertanduk. Barangsiapa yang datang ke masjid untuk menunaikan shalat Jumat pada waktu yang keempat, maka seakan-akan ia telah berkurban seekor ayam betina. Barangsiapa yang datang ke masjid untuk menunaikan shalat Jumat pada waktu yang kelima, maka seakan-akan ia telah berkurban sebutir telor. Apabila imam telah keluar menuju mimbar untuk berkhutbah, maka ditutuplah lembaran (catatan amal) dan pena pun diangkat. Para malaikat kemudian berkumpul di dekat mimbar untuk mendengarkan peringatan/nasihat dari khatib.[3]

وَيُقَالُ إِنَّ النَّاسَ فِيْ قُرْبِهِمْ عِنْدَ النَّظَرِ إِلَى وَجْهِ اللهِ تَعَالَى عَلَى قَدْرِ بُكوْرِهِمْ إِلَى الْجُمُعَةِ
Disebutkan bahwa sesungguhnya posisi dekatnya manusia ketika melihat Allah Ta’ala di akhirat nanti sesuai dengan tingkat kesegeraan mereka dalam mendatangi shalat Jumat. 

ثُمَّ إِذَا دَخَلْتَ الْجَامِعَ، فَاطْلُبِ الصَفَّ اْلأَوَّلَ، فَإِذَا اجْتَمَعَ النَّاسُ فَلاَ تَتَخَطَّ رِقَابَهُمْ، وَلاَ تَمُرَّ بَيْنَ أَيْدِيْهِمْ وَهُمْ يُصَلُّوْنَ، وَاجْلِسْ بِقُرْبِ حَائِطٍ أَوْ أُسْطُوَانَةٍ حَتَّى لاَ يَمُرُّوْا بَيْنَ يَدَيْكَ
Kemudian apabila engkau telah masuk ke dalam masjid, berusahalah mencari dan menempati shaf awal. Apabila manusia telah berkumpul di dalam masjid, maka janganlah engkau melangkahi leher mereka, dan jangan pula lewat di depan mereka sementara mereka sedang melaksanakan shalat. Duduklah engkau di dekat tembok atau di dekat tiang penyanggah masjid agar manusia tidak lewat di hadapanmu.

وَلاَ تَقْعُدْ حَتَّى تُصَلِّي التَّحِيَّةَ، وَاْلأَحْسَنُ أَنْ تُصَلِّي أَرْبَعَ رَكَعَاتٍ، تَقْرَأْ فِيْ كُلِّ رَكْعَةٍ بَعْدَ الْفَاتِحَةِ اْلإِخْلاَصَ خَمْسِيْنَ مَرَّة، فَفِي الْخَبَرِ: أَنَّ مَنْ فَعَلَ ذَلِكَ لَمْ يَمُتْ حَتَّى يَرَى مَقْعَدَهُ مِنَ الْجَنَّةِ أَوْ يُرَى لَهُ. وَلاَ تَتْرُكِ التَّحِيَّةَ وَإِنْ كَانَ اْلإِمَامُ يَخْطُبُ
Janganlah engkau duduk hingga engkau mengerjakan shalat sunnah tahiyyatul masjid. Akan lebih baik bila engkau shalat empat rakaat. Bacalah pada setiap rakaat setelah al-Fatihah surat al-Ikhlas sebanyak lima puluh kali. Karena dalam sebuah hadits disebutkan: “Barangsiapa yang mengerjakan yang demikian itu, maka tidaklah ia mati hingga ia melihat tempatnya di surga atau diperlihatkan kepadanya tempat tinggalnya di surga.”[4] Dan janganlah engkau meninggalkan shalat sunnah tahiyyatul masjid sekalipun imam telah berkhutbah.

وَمِنَ السُّنَّةِ أَنْ تَقْرَأَ فِيْ أَرْبَعِ رَكَعَاتٍ سُوْرَةَ اْلأَنْعَامِ، وَالْكَهْفِ، وَطَهَ، وَيس، فَإِنْ لَمْ تَقْدِرْ فَسُوْرَةُ يس وَالدُّخَان، وَ الم السجدة، وَسُوْرَةُ الْمُلْك. وَلاَ تَدَعْ قِرَاءَةَ هَذِهِ السُّوْرَةَ لَيْلَةَ الْجُمُعَةِ؛ فَفِيْهَا فَضْلٌ كَثِيْرٌ
Termasuk hal yang disunnahkan dalam empat rakaat tersebut adalah membaca surat al-An’am, al-Kahfi, Thaaha dan Yaasiin. Apabila engkau tidak mampu, maka bacalah surat Yaasiin, ad-Dukhan, as-Sajdah dan surat al-Mulk. Dan janganlah engkau meninggalkan membaca surat-surat tersebut pada malam Jumat, karena padanya terdapat keutamaan yang banyak. 

وَمَنْ لَمْ يُحْسِنْ ذَلِكَ فَلْيُكْثِرْ مِنْ قِرَاءَةِ سُوْرَةِ اْلإِخْلاَصِ وَأَكْثِرْ مِنَ الصَّلاَةِ عَلَى رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِيْ هَذَا الْيَوْمِ خَاصَّةً
Barangsiapa yang tidak mampu membaca surat-surat tersebut dengan baik, maka hendaklah ia memperbanyak membaca surat al-Ikhlas dan juga memperbanyak membaca shalawat atas Baginda Rasulullah Muhammad SAW terutama pada hari Jumat.

وَمَهْمَا خَرَجَ اْلإِمَامُ فَاقْطَعِ الصَّلاَةَ وَالْكَلاَمَ، وَاشْتَغِلْ بِجَوَابِ الْمُؤَذِّنِ ثُمَّ بِاسْتِمَاعِ الْخُطْبَةِ وَاْلاِتِّعَاظِ بِهَا، وَدَعِ اْلكَلاَمَ رَأْسًا فِي الْخُطْبَةِ، فَفِي الْخَبَرِ: اَنَّ مَنْ قَالَ لِصَاحِبِهِ وَاْلإِمَامُ يَخْتُبُ أَنْصِتْ أَوْ صَهْ، فَقَدْ لَغَا، وَمَنْ لَغَا فلاَ جُمُعَةَ لَهُ، آيْ ِلأَنَّ قوله أَنْصِتْ: كَلاَمٌ، فَيَنْبَغِيْ أَنْ يَنْهَى غَيْرَهُ بِاْلإِشَارَةِ لاَ بِاللَّفْظِ
Apabila imam telah keluar menuju mimbar maka selesaikanlah shalatmu dan hentikan percakapanmu. Sibukkan dirimu menjawab seruan muadzin. Kemudian simaklah khutbah yang disampaikan dan ambillah pelajaran darinya. Tinggalkan segala percakapan saat khutbah sedang berlangsung, karena di dalam sebuah hadits dikatakan: “Barangsiapa yang berkata kepada temannya pada saat imam sedang berkhutbah, “Diamlah!” maka ia telah melakukan hal yang sia-sia. Barangsiapa yang melakukan hal yang sia-sia maka tiada pahala Jumatan baginya.”[5] Karena ucapan “diamlah!” merupakan sebuah perkataan. Maka jika ingin melarang orang lain gunakanlah isyarat, jangan perkataan.

ثُمَّ اقْتَدِ بِاْلإِمَامِ كَمَا سَبَقَ، فَإِذَا فَرَغْتَ وَسَلَّمْتَ، فَاقْرَأْ الْفَاتِحَةَ قَبْلَ أَنْ تَتَكَلَّمَ سَبْعَ مَرَّاتٍ، وَاْلإِخْلاَصَ سَبْعًا، وَالْمُعَوِّذَتَيْنِ سَبْعًا سَبْعًا، فَذَلِكَ يَعْصِمُكَ مِنَ الْجُمُعَةِ إِلَى الْجُمُعَةِ اْلأُخْرَى، وَيَكُوْنُ حِرْزًا لَكَ مِنَ الشَّيْطَانِ
Selanjutnya, ikutilah imam dalam pelaksanaan shalat Jumat. Apabila engkau telah selesai dari shalat dan mengucapkan salam, maka bacalah surat al-Fatihah tujuh kali, surat al-Ikhlas tujuh kali, surat al-Falaq tujuh kali dan surat an-Nas tujuh kali. Yang demikian itu akan membuatmu mendapat perlindungan Allah dari Jumat yang satu ke Jumat yang lain, dan juga membentengimu dari tipu daya setan.

وَقُلْ بَعْدَ ذَلِكَ: اللَّهُمَّ يَا غَنِيُّ، يَا حَمِيْدُ، يَا مُبْدِئُ، يَا مُعِيْدُ، يَا رَحِيْمُ، يَا وَدُوْدُ، أَغْنِنِيْ بِحَلاَلِكَ عَنْ حَرَامِكَ، وَبِطَاعَتِكَ عَنْ مَعْصِيَتِكَ، وَبِفَضْلِكَ عَمَّنْ سِوَاكَ
Setelah itu bacalah doa ini: [Allaahumma yaa ghaniyyu, ya hamiidu, yaa mubdi-u, yaa mu’iidu, yaa rahiimu, ya waduudu, aghninii bihalaalika ‘an haraamika, wabithaa’atika ‘an ma’shiyatika, wabifadhlika ‘amman siwaaka] –Ya Allah, wahai Dzat Yang Maha Kaya, Yang Maha Terpuji, Yang Maha Memulai, Yang Maha Mengembalikan, Yang Maha Penyayang, Yang Maha Mencintai, cukupkanlah aku dengan segala yang Engkau halalkan sehingga aku terpelihara dari segala yang Engkau haramkan. Peliharalah aku dengan ketaatan kepada-Mu sehingga aku terhindar dari perbuatan maksiat terhadap-Mu. Jadikanlah aku merasa cukup dengan pemberian-Mu agar aku tidak membutuhkan selain-Mu.[6]

ثُمَّ صَلِّ بَعْدَ الْجُمُعَةِ رَكْعَتَيْنِ أَوْ أَرْبَعًا أَوْ سِتًّا، مَثْنَى، مَثْنَى، فَكُلُّ ذَلِكَ مَرْوِيٌّ عَنْ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِيْ أَحْوَالٍ مُخْتَلِفَةٍ
Kemudian kerjakanlah shalat sunnah setelah Jumat sebanyak dua rakaat, atau empat rakaat, atau enam rakaat, dengan cara dua rakaat salam-dua rakaat salam. Semua itu teriwayatkan dari Rasulullah SAW dalam beberapa kesempatan yang berbeda.

ثُمَّ لاَزِمْ الْمَسْجِدَ إِلَى الْمَغْرِبِ أَوْ إِلَى الْعَصْرِ، وَكُنْ حَسَنَ الْمُرَاقَبَةِ لِلسَّاعَةِ الشَّرِيْفَةِ، فَإِنَّهَا مُبْهَمَةٌ فِيْ جَمِيْعِ الْيَوْمِ، فَعَسَاكَ أَنْ تُدْرِكَهَا وَأَنْتَ خَاشِعٌ للهِ تَعَالَى مُتَذَلِّلٌ مُتَضَرِّعٌ
Kemudian tetaplah engkau berada di masjid hingga waktu Maghrib atau Ashar. Intailah dengan seksama waktu-waktu mulia dan mustajab itu, karena sesungguhnya ia tersembunyi di sepanjang waktu di hari Jumat. Semoga dengan cara itu engkau mendapatkannya sedangkan engkau dalam keadaan khusyu’, tunduk dan merendahkan diri di hadapan Allah Ta’ala.

وَلاَ تَحْضُرْ فِي الْجَامِعِ مَجَالِسَ الْحِلَقِ، وَلاَ مَجَالِسَ الْقُصَّاصِ، بَلْ مَجْلِسَ الْعِلْمِ النَّافِعِ، وَهُوَ الَّذِيْ يَزِيْدُ فِيْ خَوْفِكَ مِنَ اللهِ تَعَالَى، وَيُنْقِصُ مِنْ رَغْبَتِكَ فِي الدُّنْيَا، فَكُلُّ عِلْمٍ لاَ يَدْعُوْكَ مِنَ الدُّنْيَا إِلَى اْلآخِرَةِ فَالْجَهْلُ أَعْوَدُ عَلَيْكَ مِنْهُ، فَاسْتَعِذْ بِاللهِ مِنْ عِلْمٍ لاَ يَنْفَعُ
Janganlah engkau hadir di majelis-majelis yang di dalamnya hanya ada perbincangan dan percakapan yang tidak berguna. Tapi hendaklah engkau hadir di majelis ilmu yang bermanfaat, yakni majelis yang menjelaskan kepadamu tentang ilmu yang dapat menambah rasa takutmu kepada Allah Ta’ala dan mengurangi rasa cinta dan harapmu terhadap dunia. Maka setiap ilmu yang tidak mengajakmu meninggalkan dunia guna meraih kebahagiaan akhirat, ketidaktahuanmu terhadapnya adalah lebih baik bagimu. Karenanya, mohonlah perlindungan kepada Allah dari ilmu yang tidak bermanfaat.

وَأَكْثِرِ الدُّعَاءَ عِنْدَ طُلُوْعِ الشَّمْسِ، وَعِنْدَ الزَّوَالِ، وَعِنْدَ الْغُرُوْبِ، وَعِنْدَ اْلإِقَامَةِ، وَعِنْدَ صُعُوْدِ الْخَطِيْبِ الْمِنْبَرِ، وَعِنْدَ قِيَامِ النَّاسِ إِلَى الصَّلاَةِ، فَيُوْشِكُ أَنْ تَكُوْنَ السَّاعَةُ الشَّرِيْفَةُ فِيْ بَعْضِ هَذِهِ اْلأَوْقَاتِ
Hendaklah engkau memperbanyak berdoa ketika terbit, tergelincir dan tenggelamnya matahari pada hari Jumat. Demikian pula pada saat dikumandangkannya iqamah, ketika khatib naik mimbar, dan ketika manusia berdiri hendak menunaikan shalat Jumat. Karena boleh jadi waktu yang mulia itu ada di antara waktu-waktu tersebut.

وَاجْتَهِدْ أَنْ تَتَصَدَّقَ فِيْ هَذَا الْيَوْمِ بِمَا تَقْدِرُ عَلَيْهِ وَإِنْ قَلَّ، فَتَجْمَعُ بَيْنَ الصَّلاَةِ وَالصَّوْمِ وَالصَّدَقَةِ وَالْقِرَاءَةِ وَالذِّكْرِ وَاْلاِعْتِكَافِ وَالرِّبَاطِ
Berusahalah engkau agar bisa bershadaqah di hari Jumat dengan apa pun yang bisa engkau shadaqahkan sekalipun sedikit. Bila hal itu engkau lakukan maka akan terhimpun padamu begitu banyak pahala mulai dari pahala shalat, puasa, shadaqah, membaca al-Qur’an, dzikir, i’tikaf dan pahala dari amalmu yang menunggu datangnya waktu shalat antara yang satu dengan yang lain. 

وَاجْعَلْ هَذَا الْيَوْمَ مِنَ اْلأُسْبُوْعِ خَاصَّةً ِلآخِرَتِكَ؛ فَعَسَاهُ أَنْ يَكُوْنَ كَفَّارَةً لِبَقِيَّةِ اْلأُسْبُوْعِ
Dalam sepekan, jadikanlah hari Jumat sebagai hari khusus untuk akhiratmu. Semoga ia menjadi penebus dosa yang terjadi pada hari-hari yang lain. 



[1] Berdasarkan HR Bukhari, Muslim, Abu Dawud dan Tirmidzi dari Abu Hurairah ra.
[2] Berdasarkan HR Bukhari, Muslim dan Abu Dawud dari Abu Said al-Khudri ra.
[3] HR Bukhari, Abu Dawud, dan Ibnu Majah dari Abu Hurairah ra.
[4] HR al-Khatib dari Malik dari hadits Ibnu Umar ra.
[5] HR Bukhari, Muslim, Abu Dawud, Nasa’i, Tirmidzi dari Abu Hurairah ra.
[6] Doa dengan lafazh yang hampir sama dengan doa ini dapat ditemukan dalam hadist yang diriwayatkan oleh Ahmad, Tirmidzi, dan al-Hakim dari Ali ra.
Share:

0 comments:

Post a Comment

Waktu Saat Ini


Syubbanul Wathon

Tahlilan

Tamu Online