Kajian Seputar Aqidah dan Amaliah Aswaja

Friday, July 19, 2019

Manfaat Dzikir (Bagian Ketiga)

Berdzikir Akan Membuat Diri Dekat kepada Allah
Sebuah Hadits Qudsi dari Abu Hurairah ra, Allah Swt berfirman, "Aku adalah sebagaimana persangkaan hamba kepada-Ku. Aku selalu bersamanya, jika dia mengingat-Ku. Jika ia mengingat-Ku dalam jiwanya, maka Aku akan mengingatnya dalam Dzat-Ku. Jika ia mengingat-Ku dalam persangkaan-Nya, maka Aku akan mengingatnya dalam persangkaan yang lebih baik dari persangkaan-persangkaannya itu. Jika ia mendekati-Ku satu jengkal, maka Aku akan mendekatinya satu hasta. Jika ia mendekati-Ku satu hasta, maka Aku akan mendekatinya satu depa. Jika ia mendatangi-Ku dengan berjalan, maka Aku akan mendatanginya dengan berlari." (HR Bukhari)

Banyak orang yang ingin mencari Tuhan. Mereka menempuh jalan pengembaraan, perenungan, dan serangkaian upaya ritual. Mereka ingin dekat, sedekat-dekatnya dengan Tuhan. Namun sejatinya Tuhan bisa kita jumpai di mana pun. Allah Ta'ala sudah jelas mengisyaratkan bahwa Dia berada tidak jauh dalam diri kita. Dia sangat dekat dengan diri, bahkan sangat dekat, sebagaimana firman-Nya, "Dan Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya" (QS. Qaf [50]: 16). Padahal, urat leher adalah salah satu organ yang berada di dalam tubuh.

Ini sudah dapat menjadi gambaran, betapa dekatnya Allah Ta'ala bagi kita. Hadits Qudsi di atas merupakan satu metode, cara efektif untuk mendekatkan diri kepada-Nya. Allah Swt telah mengajarkan kepada kita untuk selalu ber-husnuzhan atau berprasangka baik. Apa yang terjadi dan kita alami adalah paket yang sudah diatur oleh-Nya. Kita harus menerima dengan lapang dan yakin bahwa itu adalah yang terbaik dari Allah untuk kita. Kita berprasangka baik, Allah akan memberikan kepada kita sesuai dengan apa yang kita sangkakan itu.

Pertama-tama, kita memang dianjurkan untuk mengingat-Nya di dalam jiwa kita. Hati dan akal adalah instrumen jiwa. Kita dituntun untuk selalu ingat Allah Ta'ala dengan hati dan akal kita. Dia pun akan mengingat kita dalam Dzat-Nya. Padahal Dzat Allah tidak bisa tersentuh apapun. Betapa dahsyatnya!

Dengan hati dan akal itu kita mengingat Allah Ta'ala, dengan hati dan akal itu pula kita mempersangkakan setiap peristiwa dengan persangkaan yang baik. Semua dikembalikan kepada-Nya, diyakini bahwa Allah telah mengaturnya dengan adil. Semua demi kebaikan kita, hanya kita saja yang belum tahu hikmah di dalamnya.

Inilah metode pendekatan diri kepada Allah sebagaimana dituntunkan Allah melalui Nabi Muhammad Saw. Kedekatan kita kepada-Nya tergantung keyakinan kita dalam mempersangkakan-Nya. Semakin baik dan semakin yakin kita berprasangka kepada Allah Ta'ala, maka semakin dekat pyla kita kepada-Nya. Allah Ta'ala hadir dalam diri melalui prasangka dan rasa hati. Dia akan membuka pintu lebar-lebar, menyambut kedatangan kita jauh lebih cepat daripada perjalanan atau lari kita menuju kepada-Nya.

Wallahu a'lam
Share:

0 comments:

Post a Comment

Waktu Saat Ini


Syubbanul Wathon

Tahlilan

Tamu Online