Kajian Seputar Aqidah dan Amaliah Aswaja

Saturday, January 26, 2019

Membaca al-Qur’an di Kuburan

Salah satu amaliah yang sering dipandang bid’ah oleh sekelompok orang yang sering mengambil fatwa-fatwa Syekh Ibnu Taimiyah, Syekh Ibn al-Qayyim al-Jauziyyah dan Syekh Muhammad bin Abdul Wahhab adalah membaca al-Qur’an di kuburan. Mereka menganggap amaliah semacam itu sebagai perbuatan yang tidak memiliki landasan syari’at dan tidak pernah diamalkan oleh generasi salaf al-shalih. Tentu saja pandangan semacam itu isapan jempol belaka dan tak memiliki landasan ilmiah sama sekali.

Mengapa? Karena membaca al-Qur’an di kuburan kaum Muslimin sesungguhnya sudah menjadi tradisi Islam yang telah berlangsung sejak generasi shahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam hingga dewasa ini. Tujuan amaliah tersebut adalah menghadiahkan pahala bacaan al-Qur’an kepada orang yang telah meninggal dunia.

Berikut akan kami paparkan pendapat ulama yang sering menjadi rujukan orang-orang yang menganggap bid’ah membaca al-Qur’an di kuburan. Dengan uraian ini Anda akan melihat bahwa orang-orang yang suka membid’ahkan itu telah menyelisihi fatwa dari ulama-ulama utama yang menjadi rujukan mereka.

Dalam kitab ar-Ruh, halaman 13, Syekh Ibn al-Qayyim berkata:

وَقَدْ ذُكِرَ عَنْ جَمَاعَةٍِ مِنَ السَّلَفِ أَنَّهُمْ أَوْصَوْا أَنْ يُقْرَأَ عِنْدَ قُبُوْرِهِمْ وَقْتَ الدَّفْنِ، قَالَ عَبْدُ الْحَقِّ: يُرْوَى أَنَّ عَبْدَ اللهِ بْنَ عُمَرَ أَمَرَ أَنْ يُقْرَأَ عِنْدَ قَبْرِهِ سُوْرَةُ الْبَقَرَةِ، وَكَانَ اْلاِمَامُ أَحْمَدُ يُنْكِرُ ذَلِكَ أَوَّلاً حَيْثُ لَمْ يَبْلُغْهُ فِيْهِ أَثَرٌ ثُمَّ رَجَعَ، وَقَالَ الْخَلاَّلُ فْي الْجَامِعِ: عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ اْلعَلاَءِ ْبنِ اللَّجْلاَجِ عَنْ أَبِيْهِ قَالَ: قَالَ أَبِىْ إِذَا أَنَامِتُّ فَضَعْنِى فِي اللَّحْدِ وَقُلْ بِسْمِ اللهِ وَعَلَى سُنَّةِ رَسُوْلِ اللهِ وَسُنَّ عَلَىَّ التُّرَابَ سَنًّا وَاقْرَأْ عِنْدَ رَأْسِىْ بِفَاتِحَةِ الْبَقَرَةِ وَخَاتِمَتِهَا فَإِنِّى سَمِعْتُ ابْنَ عُمَرَ يَقُوْلُ ذَلِكَ، قَالَ الْخَلاَّلُ: وَأَخْبَرَنِي الْحَسَنُ ْبنُ أَحْمَدَ الْوَرَّاقُ حَدَّثَنِى عَلِىٌّ بْنُ مُوْسَى الْحَدَّادُ وَكَانَ صَدُوْقًَا قَالَ: كُنْتُ مَعَ أَحْمَدُ بْنُ حَنْبَلٍِ وَمُحَمَّدِ بْنِ قُدَامَةَ الْجَوْهَرِىِّ فِيْ جَنَازَةٍِ فَلَمَّا دُفِنَ الْمَيِّتُ جَلَسَ رَجُلٌ ضَرِيْرٌ يَقْرَأُ عِنْدَ الْقَبْرِ فَقَالَ لَهُ أَحْمَدُ: يَا هَذَا إِنَّ الْقِرَاءَةَ عِنْدَ الْقَبْرِ بِدْعَةٌ فَلَمَّا خَرَجَا مِنَ الْمَقَابِرِ قَالَ مُحَمَّدُ بْنُ قُدَامَةَ ِلأَحْمَدَ بْنِ حَنْبَلٍِ: يَا أَبَا عَبْدِ اللهِ مَا تَقُوْلُ فِيْ مُبَشِّرٍ الْحَلَبِيِّ؟ قَالَ ثِقَةٌ، قَالَ: كَتَبْتَ عَنْهُ شَيْئًَا؟ قَالَ: نَعَمْ، قَالَ فَأَخْبِرْنِيْ مُبَشِّرٌ عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ اللَّجْلاَجِ عَنْ أَبِيْهِ أَنَّهُ أَوْصَى إِذَا دُفِنَ أَنْ يُقْرَأَ عِنْدَ رَأْسِهِ بِفَاتِحَةِ الْبَقَرَةِ وَخَاتِمَتِهَا وَقَالَ سَمِعْتُ ابْنَ عُمَرَ يُوْصِيْ بِذَلِكَ، فَقَالَ لَهُ أَحْمَدُ: فَارْجِعْ وَقُلْ لِلرَّجُلِ يَقْرَأُ، وَذَكَرَ الْخَلاَّلُ عَنِ الشَّعْبِيِّ قَالَ: كَانَتِ اْلأَنْصَارُ إِذَا مَاتَ لَهُمُ الْمَيِّتُ اِخْتَلَفُوْا إِلَى قَبْرِهِ يَقْرَءُوْنَ عِنْدَهُ اْلقُرْآنَ
Telah disebutkan dari sekelompok ulama salaf bahwa mereka berwasiat agar dibacakan al-Qur’an di kuburan mereka setelah dimakamkan. Abdul Haqq berkata, “Diriwayatkan bahwa Abdullah bin Umar memerintahkan untuk dibacakan surat al-Baqarah di kuburnya. Al-Imam Ahmad pada mulanya mengingkari hal itu, karena belum mendengar informasi dari ulama salaf, namun kemudian ia menyetujuinya.” Al-Khallal berkata dalam kitab al-Jami’, “Dari Abdurrahman bin al-‘Ala’ bin al-Lajlaj dari ayahnya, berkata, “Apabila aku meninggal dunia, letakkanlah aku dalam liang lahat dan ucapkan: “Bismillaahi wa ‘Alaa Sunnati Rasuulillaah”, letakkan tanah di atasku, bacakan permulaan dan penutup surat al-Baqarah di kepalaku, karena aku mendengar Abdullah bin Umar mengatakan yang demikian itu.” Al-Khallal berkata, “al-Hasan bin Ahmad al-Warraq telah bercerita kepadaku, Ali bin Musa al-Haddad telah bercerita –dia seorang yang jujur. Ali bin Musa berkata, “Aku bersama Ahmad bin Hanbal dan Muhammad bin Qudamah al-Jauhari mengiringi jenazah. Setelah ia dikebumikan, lalu ada seorang buta duduk di sisi kuburannya mambaca al-Qur’an. Lalu Ahmad berkata kepadanya, “Hei, membaca al-Qur’an di kuburan itu bid’ah.” Setelah keduanya keluar dari (area) kuburan, Muhammad bin Qudamah berkata kepada Ahmad bin Hanbal, “Wahai Abu Abdillah, bagaimana pendapatmu tentang Mubasysyir al-Halabi?” Ahmad menjawab, “Dapat dipercaya.” Muhammad bertanya lagi, “Apakah engkau mencatat haditsnya?” Ahmad menjawab, “Ya.” Muhammad bin Qudamah berkata, “Mubasysyir telah bercerita kepadaku, dari Abdurrahman bin al-‘Ala’ bin Lajlaj dari ayahnya yang berwasiat apabila ia nanti dikebumikan, hendaklah dibacakan permulaan dan penutup surat al-Baqarah di sisi kepalanya dan ia berkata bahwa Ibnu Umar berpesan demikian itu.” Lalu Ahmad pun berkata kepadanya, “Kembalilah ke kuburan tadi, katakan kepada orang yang buta itu agar terus membaca al-Qur’an di sisi kuburannya.” Al-Khallal juga menyebutkan dari Asy-Sya’bi –ulama tabi’in—berkata, “Kaum Anshar apabila di kalangan mereka ada keluarga yang meninggal dunia, maka mereka sering mendatangi kuburannya dan membaca al-Qur’an di sisinya.”

Dari penjelasan Syekh Ibn al-Qayyim ini dapat disimpulkan bahwa membaca al-Qur’an di kuburan kaum Muslimin termasuk tradisi yang berlangsung sejak generasi salaf yang shalih, yakni generasi shahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang tentunya lebih mengetahui ajaran Islam daripada kita.

Selanjutnya mari kita simak penjelasan dalam persoalan yang sama dari al-Imam Ibnu Qudamah al-Maqdisi al-Hanbali dalam kitabnya, al-Mughni, 2/423:
 
لاَ بَأْسَ بِالْقِرَاءَةِ عِنْدَ الْقَبْرِ وَقَدْ رُوِيَ عَنْ أَحْمَدَ أَنَّهُ قَالَ: إِذَا دَخَلْتُمُ الْمَقَابِرَ فَاقْرَؤُوْا آيَةَ الْكُرْسِيِّ وَثَلاَثَ مَرَّاتٍِ قُلْ هُوَ اللهُ أَحَدٌ ثُمَّ قَلَ: اَللَّهُمَّ إِنَّ فَضْلَهُ ِلأَهْلِ الْمَقَابِرِ
وَقَالَ الْخَلاَّلُ: حَدَّثَنِيْ أَبُوْ عَلِي الْبَزَّارُ شَيْخُنَا الثِّقَةُ الْمَأْمُوْنُ قَالَ: رَأَيْتُ أَحْمَدَ بْنِ حَنْبَلٍِ يُصَلِّي خَلْفَ ضَرِيْرٍِ يَقْرَأُ عَلَى الْقُبُوْرِ وَقَدْ وَرَدَ فِي اْلأَثَرِ أَنَّهُ مَنْ دَخَلَ الْمَقَابِرَ فَقَرَأَ سُوْرَةَ يس خُفِّفَ عَنْهُمْ يَوْمَئِذٍ وَكَانَ لَهُ بِعَدَدِ مَنْ فِيْهَا حَسَنَاتٌ، وَوَرَدَ أَيْضًا أَنَّهُ مَنْ زَارَ وَالِدَيْهِ فَقَرَأَ عِنْدَهُ أَوْ عِنْدَهُمَا يس غُفِرَ لَهُ وَأَيُّ قُرْبَةٍِ فَعَلَهَا وَجَعَلَ ثَوَابَهَا لِلْمَيِّتِ الْمُسْلِمِ نَفَعَهُ ذَلِكَ إِنْشَاءَ اللهُ تَعَالَى 
“Boleh membaca al-Qur’an di sisi kuburan. Telah diriwayatkan dari Ahmad bahwa beliau berkata, “Apabila kamu mendatangi kuburan, maka bacalah ayat al-Kursi dan tiga kali Qul huwallaahu ahad, kemudian katakan, “Ya Allah, aku hadiahkan pahalanya bagi orang-orang yang berkubur di sini.” Al-Khallal berkata, “Abu Ali al-Bazzar, guru kami yang tsiqah dan dipercaya, berkata, “Aku melihat Ahmad bin Hanbal menunaikan shalat bermakmum kepada seorang buta yang selalu membaca al-Qur’an di kuburan. Dan telah datang dalam sebuah hadits, bahwa barangsiapa mendatangi kuburan lalu membaca surat Yasin di sisinya, maka Allah akan meringankan siksaan mereka, dan ia akan memperoleh pahala sebanyak orang-orang yang berkubur di situ. Dan telah datang pula hadits, “Barangsiapa mengunjungi kuburan kedua orangtuanya, lalu membaca Yasin di sisinya, maka Allah akan mengampuninya.” Ibadah apa pun yang dilakukannya, lalu pahalanya dihadiahkan kepada mayit seorang Muslim, maka insyaallah akan bermanfaat baginya.”

Imam Nawawi di dalam Riyadhus Shalihin, halaman 275, mengutip ucapan yang pernah disampaikan oleh Imam asy-Syafi’i yang berkata:

وَيُسْتَحَبُّ أَنْ يُقْرَأَ عِنْدَهُ شَيْءٌ مِنَ الْقُرْآنِ وَإِنْ خَتَمُوا الْقُرْآنَ عِنْدَهُ كَانَ حَسَنًا
“Disunnahkan dibacakan al-Qur’an di sisi kuburannya. Dan apabila dikhatamkan al-Qur’an di sisi kuburannya, maka (hal itu) menjadi lebih baik.”

Imam asy-Syafi’i sendiri ketika berziarah ke makam Imam Layts bin Sa’ad membacakan al-Qur’an sekali khatam di sisi makamnya.

وَقَدْ تَوَاتَرَ أَنَّ الشَّافِعِيَّ زَارَ اللَّيْثَ بْنَ سَعْدٍِ وَأَثْنَى خَيْرًا وَقَرَأَ عِنْدَهُ خَتْمَةً وَقَالَ أَرْجُوْا أَنْ تَدُوْمَ فَكَانَ اْلأَمْرُ كَذَلِكَ
“Sudah populer diketahui banyak orang bahwa Imam Syafi’i berziarah ke makam Imam Layts bin Sa’ad. Beliau memujinya dan membaca al-Qur’an sekali khatam. Lalu beliau berkata, “Aku berharap semoga perbuatan seperti ini (yakni membaca al-Qur’an di makam Imam Layts) tetap berlanjut dan senantiasa dilakukan.” (al-Dakhirah al-Tsaminah, halaman 64).

Imam Nawawi di dalam kitabnya, al-Majmu’ Syarh al-Muhadzdzab, 5/294, juga mengatakan hal yang senada:

يُسْتَحَبُّ لِزَائِرِ الْقُبُوْرِ أَنْ يَقْرَأَ مَا تَيَسَّرَ مِنَ الْقُرْآنِ وَيَدْعُوَ لَهُمْ عَقَبِهَا نَصَّ عَلَيْهِ الشَّفِعِيُّ وَاتَّفَقَ عَلَيْهِ اْلأَصْحَابُ ... وَإِنْ خَتَمُوا الْقُرْآنَ عَلَى الْقَبْرِ كَانَ أَفْضَلَ
Disunnahkan bagi yang berziarah ke kuburan untuk membaca al-Qur’an sebisanya dan berdoa untuk mereka sesudahnya, hal itu telah ditetapkan oleh asy-Syafi’i dan disepakati oleh murid-muridnya. Dan apabila mereka mengkhatamkan al-Qur’an di atas kuburannya, maka itu lebih utama.”

Syekh Muhammad bin Abdul Wahhab, pendiri sekte Wahabi, bahkan di dalam kitabnya Ahkam Tamanni al-Maut, halaman 79, mengutip sebuah hadits yang menjelaskan tentang tata cara melakukan ziarah kubur, yang menegaskan bahwa pahala bacaan tersebut bermanfaat bagi si mayit, juga kepada orang yang membacanya.
 
أَخْرَجَ سَعْدٌ اَلْزَنْجَانِيْ عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ مَرْفُوْعًا: مَنْ دَخَلَ الْمَقَابِرَ ثُمَّ قَرَأَ فَاتِحَةَ الْكِتَابِ، وَقُلْ هُوَ اللهُ أَحَدٌ، وَأَلْهَاكُمُ التَّكَاثُرُ، ثُمَّ قَالَ: إِنِّيْ جَعَلْتُ ثَوَابَ مَا قَرَأْتُ مِنْ كَلاَمِكَ ِلأَهْلِ الْمَقَابِرِ مِنَ الْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ، كَانُوْا شُفَعَاءَ لَهُ إِلَى اللهِ تَعَالَى، وَأَخْرَجَ عَبْدُ الْعَزِيْزِ صَاحِبُ الْخَلاَّلِ بِسَنَدِهِ عَنْ أَنَسٍِ مَرْفُوْعًا: مَنْ دَخَلَ الْمَقَابِرَ فَقَرَأَ سُوْرَةَ يس، خَفَّفَ اللهُ عَنْهُمْ، وَكَانَ لَهُ بِعَدَدِ مَنْ فِيْهَا حَسَنَاةٌ
“Al-Zanjani meriwayatkan sebuah hadits marfu’ riwayat Abu Hurairah ra, “Barangsiapa mendatangi kuburan lalu membaca surat al-Fatihah, Qul huwallaahu ahad dan al-Haakumut takaatsur, kemudian mengatakan, “Ya Allah aku hadiahkan pahala bacaan al-Qur’an ini bagi kaum beriman laki-laki dan perempuan di kuburan ini,” maka mereka akan menjadi penolongnya kepada Allah.” Dan dari Abdul Aziz –murid Imam al-Khallal—meriwayatkan sebuah hadits marfu’ dengan sanadnya dari Anas bin Malik, “Barangsiapa mendatangi kuburan lalu membaca surat Yasin, maka Allah akan meringankan siksa mereka dan ia akan memperoleh pahala sebanyak orang-orang yang ada di kuburan itu.”

Berdasarkan uraian para ulama di atas, dapat disimpulkan bahwa membaca al-Qur’an di kuburan kaum Muslim termasuk tradisi yang berkembang sejak generasi salaf yang lebih mengetahui agama dan lebih menghayati serta mengamalkan ajarannya daripada sekelompok orang yang bisanya hanya menuduh bid’ah segala macam amaliah yang tidak sesuai dengan kepentingan nafsu mereka. Semoga Allah menyelamatkan kita dari fitnah yang terkandung di dalam ajaran mereka.
Share:

0 comments:

Post a Comment

Waktu Saat Ini


Syubbanul Wathon

Tahlilan

Tamu Online