Riya
adalah melakukan amal bukan karena mengharap ridha Allah, tapi mencari pujian
dan kemasyhuran di mata manusia. Riya merupakan bentuk syirik kecil kepada
Allah yang dapat merusak dan membuat ibadah serta kebaikan yang dilakukan tidak
bernilai di hadapan Allah.
Sikap
ini muncul karena orang kurang memahami dengan baik tujuan ibadah dan amal yang
dilakukan. Dalam Islam, setiap ibadah, amal, dan aktivitas lainnya harus
dilakukan demi mencari ridha Allah SWT. Firman-Nya, ''Katakanlah,
'Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku, dan matiku hanyalah untuk Allah,
Tuhan semesta alam'.'' (QS. Al-An’am [6]: 162).
Riya
yang ditampilkan orang dalam perilaku sehari-hari berkorelasi erat dengan sifat
angkuh yang dimilikinya. Riya berawal dari keinginan untuk menunjukkan bahwa ia
yang paling hebat, baik, taat, dan dermawan yang merupakan bagian dari sifat
angkuh. Allah berfirman, ''Dan janganlah kamu menjadi seperti orang-orang
yang keluar dari kampungnya dengan rasa angkuh dan dengan maksud riya kepada
manusia serta menghalangi (orang) dari jalan Allah. Dan (ilmu) Allah meliputi
apa yang mereka kerjakan.'' (QS. Al-Anfal [8]: 47)
Riya
muncul akibat kurang iman kepada Allah dan hari akhirat serta ekspresi
ketidakjujuran atau kedustaan menjalankan agama. Dalam melakukan ibadah dan
kebaikan orang yang riya berorientasi jangka pendek: mendapat pujian manusia.
Ia melakukan ibadah karena ingin dipandang sebagai orang taat dan saleh.
Apabila memberi sedekah dan bantuan kepada sesama, ia ingin disebut sebagai
dermawan dan memiliki kepekaan sosial. Allah menjelaskan, ''Dan orang-orang
yang menafkahkan harta-harta mereka karena riya kepada manusia, dan orang-orang
yang tidak beriman kepada Allah dan kepada hari kemudian, barang siapa yang
mengambil setan itu menjadi temannya, maka setan itu adalah teman yang
seburuk-buruknya.'' (QS. An-Nisa’ [4]: 38)
Sikap
riya sangat merugikan karena kebaikan dan ketaatan yang dilakukan tidak bernilai
di sisi Allah. Allah berfirman, ''Hai orang-orang beriman, janganlah kamu
menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti
(perasaan si penerima), seperti orang yang menafkahkan hartanya karena riya
kepada manusia dan dia tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian. Maka,
perumpamaan orang itu seperti batu licin yang di atasnya ada tanah, kemudian
batu itu ditimpa hujan lebat, lalu menjadilah dia bersih (tidak bertanah).'' (QS.
Al-Baqarah
[2]: 264)
Orang-orang
seperti itu di akhirat kelak dicap Allah sebagai pendusta. Rasulullah SAW
bersabda, ''Ada yang mengaku berjuang di jalan Allah hingga mati syaid,
padahal ia berperang hanya ingin dikenal sebagai pemberani. Ada yang mengaku
mempelajari ilmu pengetahuan, mengajarkan, dan membaca Al-Qur’an karena Allah, padahal ia hanya
ingin dikenal sebagai orang alim dan qari'. Ada yang mengaku mendermakan harta
untuk mencari ridha Allah, padahal ia hanya ingin disebut dermawan. Amalan
semua orang itu ditolak Allah dan mereka dimasukkan ke dalam neraka.'' (HR. Muslim)
0 comments:
Post a Comment