Kajian Seputar Aqidah dan Amaliah Aswaja

Monday, July 15, 2019

Adab-adab Bergaul dengan Orang Lain (Bagian Kesepuluh)

وَكُنْ فِيْ جَمِيْعِ أُمُوْرِكَ فِيْ أَوْسَطِهَا، فَكِلاَ طَرْفَى اْلأُمُوْرِ ذَمِيْم، كَمَا قيْلَ:
Jadilah engkau orang yang selalu bersikap pertengahan dalam segala urusanmu, karena setiap sikap yang berlebihan (ekstrim) itu pasti tercela, sebagaimana yang diungkapkan dalam syair berikut:
 
عَلَيْكَ بِأَوْسَاطِ اْلأُمُوْرِ فَإِنَّهَا ... طَرِيْقٌ إِلَى نَهْجِ الصِّرَاطِ قَوِيْمُ
وَلاَ تَكُ فِيْهَا مُفْرِطًا أَوْ مُفَرِّطًا ... فَإِنَّ كِلاَ حَالِ اْلأُمُوْرِ ذَمِيْمُ
“Hendaklah engkau bersikap pertengahan dalam segala urusan, karena sesungguhnya ia adalah … jalan terang dan lurus menuju kebenaran
“Janganlah engkau bersikap kurang ataupun berlebihan … karena dalam urusan apa pun keduanya adalah tercela
 
وَلاَ تَنْظُرْ فِي عِطْفَيْكَ، وَلاَ تُكْثِرِ اْلاِلْتِفَاتَ إِلَى وَارَئِكَ، وَلاَ تَقِفْ عَلَى الْجَمَاعَاتِ، وَإِذَا جَلَسْتَ فَلاَ تَسْتَوْفِزْ، وَتَحَفَّظْ مِنْ تَشْبِيْكِ أَصَابِعِكَ، وَالْعَبَثِ بِلِحْيَتِكَ وَخَاتَمِكَ، وَتَخْلِيْلِ أَسْنَانِكَ، وَإِدْخَالِ أُصْبُعِكَ فِيْ أَنْفِكَ، وَكَثْرَةِ بِصَاقِكَ وَتَنَخُّمِكَ، وَطَرْدِ الذُّبَابِ عَنْ وَجْهِكَ، وَكَثْرَةِ التَّمَطِّى وَالتَّثَاؤُبِ فِيْ وُجُوْهِ النَّاسِ فِي الصَّلاَةِ وَغَيْرِهَا
Jangan engkau melirik ke kanan kirimu (dengan lirikan sinis), jangan sering-sering melihat ke arah belakang, jangan berdiri di tengah kumpulan orang, dan apabila engkau duduk maka jangan sering-sering mengangkat/menggerakkan kaki. Jaga dirimu agar tidak biasa menyilangkan jari-jari tangan, mempermainkan jenggot maupun cincinmu, mencungkil gigi dan memasukkan jari ke dalam hidung. Jangan pula engkau sering-sering meludah dan membuang dahak serta menghalau lalat dari wajahmu. Jaga dirimu agar tidak banyak menggeliatkan badan ataupun menguap saat di hadapan orang, ketika shalat, maupun pada saat-saat lainnya.
 
وَلْيَكُنْ مَجْلِسُكَ هَادِئًا، وَحَدِيْثُكَ مَنْظُوْمًا مرْتبًا، وَاصْغِ إِلَى الْكَلاَمِ الْحَسَنِ مِمَّنْ حَدَّثَكَ مِنْ غَيْرِ إِظْهَارِ تَعَجُّبٍ مُفْرِطٍ، وَلاَ تَسْأَلْهُ إِعَادَتَهُ
Hendaklah dudukmu tenang, ucapanmu teratur dan runtut, dan berikan perhatian pada ucapan baik dari orang yang berbicara kepadamu tanpa memperlihatkan rasa heran yang berlebihan. Selain itu hendaknya engkau tidak memintanya untuk mengulangi pembicaraannya.
 
وَاسْكُتْ عَنِ الْمَضَاحِكِ وَالْحِكَايَاتِ، وَلاَ تُحَدِّثْ عَنْ إِعْجَابِكَ بِوَلَدِكَ وَشِعْرِكَ وَكَلاَمِكَ وَتَصْنِيْفِكَ وَسَائِرِ مَا يَخُصُّكَ
Tahan dirimu dari sesuatu yang membuat orang tertawa dan hindari menyampaikan kisah-kisah yang lucu. Hendaknya engkau tidak menyampaikan kepada orang lain hal-hal yang berkaitan dengan kebanggaan/kekagumanmu terhadap anak-anakmu, syair-syairmu, ceramah-ceramahmu, karya-karyamu, dan segala sesuatu yang membuatmu merasa istimewa.
 
وَلاَ تَتَصَنَّعْ تَصَنُّعَ الْمَرْأَةِ فِي التَّزَيُّنِ، وَلاَ تَتَبَذَّلْ تَبَذُّلَ الْعَبْدِ، وَتَوَقَّ كَثْرَةَ الْكِحْلِ وَاْلإِسْرَافِ فِي الدُّهْنِ، وَلاَ تُلِحَّ فِي الْحَاجَاتِ، وَلاَ تُشَجِّعْ أَحَداً عَلَى الظُّلْمِ
Jangan berbuat seperti seorang perempuan dalam hal berhias dan jangan pula berpenampilan seperti tampilan seorang hamba sahaya. Jangan berlebihan dalam menggunakan celak dan minyak wangi. Jangan sekali-kali mendesak orang lain agar memenuhi kebutuhanmu dan jangan pula menganjurkan pada orang lain untuk berbuat kezaliman. 
 
وَلاَ تُعْلِمْ أَحَدًا مِنْ أَهْلِكَ وَوَلَدِكَ --فَضْلاً عَنْ غَيْرِهِمْ-- مِقْدَارَ مَالِكَ؛ فَإِنَّهُمْ إِنْ رَأَوْهُ قَلِيْلاً هِنْتَ عَلَيْهِمْ، وَإِنْ رَأَوْهُ كَثِيْرًا لَمْ تَبْلُغْ رِضَاهُمْ قَطُّ، وَاجْفُهُمْ مِنْ غَيْرِ عُنْفٍ، وَلنْ لَهُمْ مِنْ غَيْرِ ضَعْفٍ، وَلاَ تُهَازِلْ أَمَتَكَ وَلاَ عَبْدَكَ فَيَسْقُطَ وَقَارُكَ مِنْ قُلُوْبِهِمْ
Hendaklah engkau tidak memberitahukan kepada seorang pun di antara istri dan anakmu tentang –kelebihan yang engkau miliki dibanding orang lain— dalam hal yang berhubungan dengan jumlah harta; karena jika ternyata mereka melihatnya sedikit maka engkau akan merasa rendah di hadapan mereka. Namun sebaliknya, jika ternyata mereka melihatnya banyak, tetap saja jumlah itu takkan mencukupi untuk memuaskan (kebutuhan) mereka. Tegaslah pada mereka, bukan bersikap kejam dan kasar. Berlemah-lembutlah pada mereka, bukan bersikap lemah. Jangan bergurau dengan dengan sahayamu, baik yang laki-laki maupun perempuan, karena hal itu akan meruntuhkan kewibawaanmu dalam pandangan mereka.
 
وَإِذَا خَاصَمْتَ فَتَوَقَّرْ، وَتَحَفَّظْ مِنْ جَهْلِكَ وَعَجَلَتِكَ، وَتَفَكَّرْ فِيْ حُجَّتِكَ، وَلاَ تُكْثِرِ اْلاِشَارَةَ بِيَدِكَ، وَلاَ تُكْثَرْ اْلاِلْتِفَاتَ إِلَى وَرَائِكَ، وَلاَ تَجْثُ عَلَى رُكْبَتَيْكَ، وَإِذَا هَدَأَ غَضَبُكَ فَتَكَلَّمْ
Apabila engkau berdebat/berdiskusi (dalam masalah ilmu), hendaklah engkau bersikap tenang dan berwibawa. Kendalikan dirimu jangan sampai bersikap bodoh dan tergesa-gesa. Pikirkan dengan baik hujjah (argumentasi) yang akan engkau sampaikan. Jangan terlalu sering berisyarat dengan tanganmu, jangan banyak menoleh kepada orang-orang yang ada di belakangmu dan jangan pula duduk setengah berdiri di atas lututmu. Apabila amarahmu telah mereda, barulah engkau berbicara.
 
Bersambung...
Share:

0 comments:

Post a Comment

Waktu Saat Ini


Syubbanul Wathon

Tahlilan

Tamu Online