Bukan Syaikh Nashiruddin al-Albani namanya jika tidak
merusak Ijma’ para ulama, sebab ia berkata:
قد يقول قائل : إن
العد بالأصابع كما ورد في السنة لا يمكن أن يضبط به العدد إذا كان كثيرا ، فالجواب
: إنما جاء هذا الإشكال من بدعة أخرى و هي ذكر الله في عدد محصور كثير لم يأت به الشارع
الحكيم ، فتطلبت هذه البدعة بدعة أخرى و هي السبحة ! فإن أكثر ما جاء من العدد في السنة
الصحيحة ، فيما ثبت لدي إنما هو مئة ، و هذا يمكن ضبطه بالأصابع بسهولة لمن كان ذلك
عادته (السلسلة الضعيفة ج 1 / ص 160)
“Jika
ada yang bertanya: Sesungguhnya menghitung dengan jari sebagaimana yang ada
dalam hadis tidaklah mungkin bisa digunakan apabila bilangan dzikirnya banyak.
Jawabnya: Kejanggalan ini disebabkan dari bid’ah yang lain yaitu dzikir kepada
Allah dalam hitungan tertentu yang banyak, yang tidak ada dalam syariat. Maka
dzikir banyak ini menuntut bid’ah yang lain, yaitu tasbih (alat hitung dzikir).
Sebab hitungan terbanyak sebuah dzikir dalam hadis yang sahih menurut saya
hanya 100. Hal ini bisa menggunakan dengan jari dengan mudah bagi mereka yang
terbiasa” (As-Silsilah Adh-Dha’ifah 1/160)
Bantahan untuk Albani
Apa yang dikatakan oleh Syaikh Albani ini bertentangan
dengan firman Allah Swt:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ
آمَنُوا اذْكُرُوا اللَّهَ ذِكْراً كَثِيراً (41)
”Hai orang-orang yang beriman, berzikirlah (dengan
menyebut nama) Allah, zikir yang sebanyak-banyaknya.” (QS. Al-Ahzab: 41)
Allah memerintahkan orang yang beriman untuk dzikir
kepada Allah dengan sebanyak-banyaknya tanpa batas (baca: Tafsir Ibnu Katsir),
namun Syaikh Albani mengatakan bahwa dzikir banyak dengan jumlah tertentu
adalah bid’ah. Bagi
Albani semua bid’ah adalah sesat dan masuk neraka. Maka orang yang berdzikir
banyak akan masuk neraka. Dan pendapat Albani ini juga tidak sesuai dengan riwayat sahih
dari Ibnu Rajab al-Hanbali:
وقد ذكرنا قولَ عائشة
: كان النَّبيُّ - صلى الله عليه وسلم - يذكر الله على كلِّ أحيانه (أحمد 6/70 و153
، والترمذي ( 3384) ، والمعنى : في حال قيامه ومشيه وقعوده واضطجاعه ، وسواء كان على
طهارةٍ أو على حدث (جامع العلوم والحكم محقق - ج 52 / ص 9)
“Telah kami sebutkan dari Aisyah bahwa Nabi Muhammad Saw
berdzikir kepada Allah dalam setiap waktunya.” (HR Ahmad dan
Turmudzi [Disahihkan sendiri oleh Albani]). Maknanya: baik ketika Nabi
berdiri, berjalan, duduk, tidur, baik dalam keadaan suci atau hadats.” (Jami’
Al-Ulum wa Al-Hikam 52/9)
Sementara
hadis-hadis tentang anjuran dan keutamaan berdzikir sebanyak-banyaknya tidak
terbatas jumlahnya. Di antaranya
adalah sebagai berikut:
عَنْ عَبْدِ اللهِ
بْنِ بُسْرٍ أَنَّ أَعْرَابِيًّا قَالَ لِرَسُوْلِ اللهِ صَلَّى الله عَليْهِ وسَلَّمَ
إِنَّ شَرَائِعَ الإِسْلاَمِ قَدْ كَثُرَتْ عَلَيَّ فَأَنْبِئْنِي مِنْهَا بِشَيْءٍ
أَتَشَبَّثُ بِهِ قَالَ لاَ يَزَالُ لِسَانُكَ رَطْبًا مِنْ ذِكْرِ اللهِ عَزَّ وَجَلَّ
(رواه الترمذي رقم 3375 واحمد رقم 17716 وابن ماجه رقم 3793 وابن حبان رقم 814 والحاكم
رقم 1822 والبيهقي في شعب الايمان رقم 512 والطبراني في الاوسط رقم 1441 وقال الحافظ
فى الفتح 11 / 210 : صححه ابن حبان و الحاكم)
"Diriwayatkan dari Abdullah bin Busr bahwa ada
seorang dari pedalaman bertanya kepada Rasulullah Saw: Sesungguhnya syariat
Islam telah banyak bagi saya, sampaikanlah pada saya sebagiannya yang bisa saya
jadikan sebagai pegangan! Rasulullah Saw bersabda: Jangan hentikan mulutmu
basah karena berdzikir kepada Allah Azza wa Jalla." (HR Turmudzi No
3375, Ahmad No: 17716, Ibnu Majah No: 3793, Ibnu Hibban No: 814, al-Hakim No:
1822, al-Baihaqi dalam Syu'ab al-Iman No: 512, dan al-Thabrani dalam al-Ausath
No: 1441, al-Hafidz Ibnu Hajar berkata: Hadis ini disahihkan oleh Ibnu Hibban
dan al-Hakim)
Apa
yang dikatakan Albani ini hanya nalar tak jelas darinya yang bertentangan
dengan amaliyah para sahabat, tabi’in
dan umat Islam seluruhnya. Justru banyak sahabat Nabi yang berdzikir dalam
jumlah ribuan. Al-Hafidz
Ibnu Katsir berkata:
وروى الامام أحمد
عن عكرمة قال: قال أبو هريرة: إني لاستغفر الله عز وجل وأتوب إليه كل يوم اثنتي عشرة
ألف مرة، وذلك على قدر ديتي: وروى عبد الله بن أحمد عن أبي هريرة: أنه كان له خيط فيه
اثنا عشر ألف عقدة يسبح به قبل أن ينام. وفي رواية ألفا عقدة فلا ينام حتى يسبح به،
وهو أصح من الذي قبله. (البداية والنهاية - ج 8 / ص 120)
“Ahmad meriwayatkan dari Ikrimah, bahwa Abu Hurairah
berkata: Sungguh saya meminta ampunan kepada Allah (istighfar) dan bertaubat
setiap hari sebanyak 12.000 kali, hal ini sesuai dengan tebusan dosa saya. Abdullah
bin Ahmad meriwayatkan bahwa Abu Hurairah memiliki benang yang terdiri dari
12.000 ikatan yang ia gunakan sebelum tidur. Dalam riwayat lain sebanyak 2000
ikatan, Abu Hurairah tidak tidur hingga bertasbih dengannya. Riwayat ini lebih
sahih dari sebelumnya.” (Al-Bidayah wa An-Nihayah 8/120)
Ibnu
Qayyim, murid Ibnu Taimiyah, berkata:
عن قتادة عن أنس
عن النبي أكثروا الصلاة علي يوم الجمعة وكان الصحابة رضي الله عنهم يستحبون إكثار الصلاة
على النبي يوم الجمعة (جلاء الأفهام – ج 1 / ص 87)
“Dari
Qatadah, dari Anas bahwa Rasulullah bersabda: Perbanyaklah shalawat kepada saya di hari Jumat. Dan
para sahabat menganjurkan memperbanyak shalawat kepada Nabi di hari Jumat.” (Jala’ al-Afham 1/87)
Berapa
jumlah shalawat
yang dibaca? Ibnu Qayyim menjelaskan:
عن الأعمش عن زيد
بن وهب قال لي ابن مسعود رضي الله عنه يا زيد بن وهب لا تدع إذا كان يوم الجمعة أن
تصلي على النبي ألف مرة تقول اللهم صل على محمد النبي الأمي (جلاء الأفهام – ج 1 /
ص 87)
“Dari A’masy, dari Zaid ibnu Wahb, telah berkata Ibnu
Mas’ud kepada saya: Wahai Zaid, jangan kau tinggalkan di hari Jumat untuk bershalawat
kepada Nabi 1000 kali.” (Jala’
al-Afham 1/87)
Begitu
pula seorang tabi’in berikut ini:
وكان خالد بنُ معدان
يُسبِّحُ كلَّ يوم أربعين ألف تسبيحة سوى ما يقرأ من القرآن ، فلما مات وضع على سريره
ليغسل ، فجعل يُشير بأصبعه يُحركها بالتسبيح (أخرجه : أبو نعيم في " الحلية
" 5/210 وتذكرة الحفاظ - ج 1 / ص 93)
“Khalid
bin Ma’dan bertasbih setiap hari sebanyak 40.000 tasbih selain al-Qur’an. Ketika meninggal ia diletakkan di
atas meja untuk dimandikan, ternyata jarinya bergerak bertasbih.” (Abu Nuaim dalam al-Hilyah 5/210 dan
adz-Dzahabi dalam Tadzkirah al-Huffadz 1/93)
Maka,
bagaimana mungkin Abu Hurairah, Abdullah bin Mas’ud dan sahabat lainnya
melakulan perbuatan bid’ah yang sesat? Siapakah sebenarnya yang berbuat bid’ah;
apakah Abu Hurairah, Abdullah bin Mas’ud dan para sahabat atau Albani sendiri?
Sementara
perkataan Albani: “Sebab hitungan terbanyak sebuah dzikir dalam hadis yang
sahih menurut saya, hanya 100”. Hal ini karena ketidaktahuan Albani dalam memahami
kepribadian Rasulullah yang memiliki cinta mendalam kepada umatnya. Bukankah
Rasulullah tidak melakukan Tarawih di bulan Ramadhan secara berjamaah 1 bulan karena rasa
kasihan pada umatnya dan kekhawatiran menjadi sebuah kewajiban? Tapi nyatanya
semua umat Islam saat ini berjamaah Tarawih 1 bulan penuh saat Ramadhan. Bukankah Rasulullah hendak
memerintahkan bersiwak kepada umatnya setiap hendak akan shalat, namun Rasulullah khawatir
membebani kepada umatnya? Nyatanya bersiwak tetap sunnah dilakukan sebelum shalat dan aktifitas lainnya.
Maka, Rasulullah yang tidak berdzikir dengan angka
tertentu di atas 100/200 adalah karena kekhawatiran membebani umatnya, dan
ternyata dalam riwayat Aisyah Rasulullah berdzikir dalam setiap waktunya. Namun tidaklah benar jika berdzikir
dengan batas lebih dari 100 sebagai perbuatan bid’ah seperti tuduhan tak
berdasar dari Albani di atas.
Bahkan
sekelompok Ulama Wahabi yang tergabung dalam Arsyif Multaqa Ahli Hadis
memberi fatwa yang berbeda dari pernyataan Albani di atas:
فان قال قائل : أكثر
ما ورد في العدد مائة، فهل يجوز الزيادة على ذلك؟ وهل يشترط أن يكون له ورد ؟ نقول
وبالله التوفيق : أولا- جاء النص في أكثر من مائة ، عن عمرو بن شعيب عن أبيه عن جده
قال: قال رسول الله صلى الله عليه وآله وسلم من قال: ( لا اله إلا الله وحده لا شريك
له له الملك وله الحمد وهو على كل شيء قدير مائتي مرة في يوم لم يسبقه أحد كان قبله
ولم يدركه أحد كان بعده إلا بأفضل من عمله ) روى الإمام أحمد في مسنده بسند صحيح حديث
رقم 6740 ، 7005 ثانيا- فعل الصحابة الكرام - رضي الله عنهم - في ا لعد أكثر من مائة
وهم الذين عاشوا في زمن الوحي وأشربوا مقاصد التشريع ، قال أبو هريرة - رضي الله تعالى
عنه - :"إني لأستغفر الله وأتوب إليه كل يوم اثني عشر ألف مرة وذلك على قدر ذنبي"
تذكرة الحفاظ 1/35 وأخرجه أبو نعيم في الحلية بسند صحيح وقال الحافظ السيوطي - رحمه
الله - في المنحة : روى الحافظ عبد الغني في الكمال في ترجمة أبي الدرداء عويمر - رضي
الله تعالى عنه - أنه كان يسبح في اليوم مائة ألف تسبيحة ، وذكر أيضا عن سلمة بن شيبيب
قال كان خالد بن معدن يسبح في اليوم أربعين ألف تسبيحة.ا.هـ وأخرج الترمذي في الدعاء
عن سلمة بن عمرو قال:كان عمير بن هاني يصلي كل يوم ألف ركعة ،ويسبح ألف تسبيحة (أرشيف
ملتقى أهل الحديث 4 - ج 1 / ص 8893)
“Pertanyaan:
Bolehkah membaca wirid diatas 100? Jawaban: Pertama; ada nas hadis yang
menyebutkan lebih dari 100, yaitu 200 (HR Ahmad dengan sanad sahih). Kedua; perbuatan
sahabat, mereka hidup di masa wahyu dan mengetahui tujuan-tujuan syariat,
seperti Abu Hurairah beristighfar 12.000 kali. Abu Darda’ bertasbih
100.000 dalam sehari. Khalid bin Ma’dan dalam sehari bertasbih 40.000 kali.
Umair bin Hani’ salat dalam sehari 1000 rakaat dan bertasbih 1000 kali.”
0 comments:
Post a Comment