Kajian Seputar Aqidah dan Amaliah Aswaja

Wednesday, November 14, 2018

Hakikat Kebaikan

Sayidina Ali bin Abu Thalib ra pernah berkata:

“Bukanlah suatu kebaikan banyaknya hartamu dan anakmu. Tapi kebaikan itu adalah bertambahnya amalanmu, bertambah besar kasih sayangmu, dan engkau bersegera dalam beribadah kepada Tuhanmu.

Jika engkau melakukan suatu kebaikan, maka bertahmidlah. Sedangkan jika engkau melakukan perbuatan buruk, maka beristighfarlah.

Sungguh tidak ada kebaikan di dunia kecuali bagi salah satu dari dua orang: orang yang melakukan suatu dosa, lalu ia menebusnya dengan bertaubat; atau orang yang bersegera melakukan kebaikan.”

Tegukan Hikmah:
Nasihat ini termaktub dalam kitab Az-Zuhdul Kabir, nomor 708 dan Al-Hilyah, 1/75.

Melalui nasihatnya ini, Sayidina Ali bin Abu Thalib ra menjelaskan kepada kita tentang hakikat kebaikan. Menurut beliau, kebaikan itu tidaklah terletak pada banyaknya harta dan anak yang kita miliki. Sebagian besar manusia berpandangan bahwa harta dan anak-anak yang banyak merupakan pertanda kebaikan hidup yang telah diraihnya. Ya, pendapat yang demikian itu tidak bisa sepenuhnya disalahkan, namun juga bukanlah pendapat yang paling benar. 

Kebaikan yang sesungguhnya itu adalah ketika kita mampu meningkatkan amal kebaikan, rasa kasih sayang, dan ketekunan untuk selalu beribadah kepada Allah Ta’ala. Jika Anda ingin mengetahui apakah hidup yang Anda jalani saat ini berada dalam kebaikan atau tidak, maka ketiga hal tersebut dapat dijadikan sebagai indikasinya. Jika hari-hari yang Anda lalui selalu terisi dengan peningkatan amal kebaikan, kasih sayang dan ketaatan kepada Allah, maka bersyukurlah pada-Nya, karena itu pertanda Anda berada dalam kebaikan. Namun, jika yang terjadi sebaliknya, maka segeralah untuk menyadarinya, karena itu pertanda Anda sedang menempuh jalur yang menyimpang dari kebaikan.

Sayidina Ali ra menasihati kita agar bertahmid jika melakukan kebaikan dan beristighfar jika melakukan keburukan. Ketahuilah, sungguh manusia takkan mampu melakukan kebaikan sekecil apa pun kecuali atas pertolongan Allah Ta’ala. Itulah sebabnya kita dianjurkan untuk memuji Tuhan dengan bertahmid kepada-Nya jika kita melaksanakan suatu kebaikan. Di sisi lain, tidaklah seseorang itu melakukan suatu keburukan kecuali setan telah menggelincirkannya. Oleh karena itu, siapa saja yang mendapati dirinya berbuat keburukan hendaklah segera beristighfar dan memohon ampun kepada Allah Ta’ala. Tidaklah suatu perbuatan buruk itu kecuali selalu bertentangan dengan apa yang dikehendaki Allah ‘Azza wa Jalla.

Kebaikan di dunia ini, kata Sayidina Ali ra, selalu ada dalam diri dua orang manusia: orang yang bertaubat dari perbuatan dosanya dan orang yang menyegerakan dirinya untuk melakukan kebaikan. Sekarang mari kita bercermin pada diri sendiri, adakah kita termasuk dalam dua golongan manusia itu?
Share:

0 comments:

Post a Comment

Waktu Saat Ini


Syubbanul Wathon

Tahlilan

Tamu Online