Sayidina Ali bin Abu
Thalib ra pernah berkata:
“Bukanlah
suatu kebaikan banyaknya hartamu dan anakmu. Tapi kebaikan itu adalah
bertambahnya amalanmu, bertambah besar kasih sayangmu, dan engkau bersegera
dalam beribadah kepada Tuhanmu.
Jika engkau melakukan
suatu kebaikan, maka bertahmidlah. Sedangkan jika engkau melakukan perbuatan
buruk, maka beristighfarlah.
Sungguh tidak ada kebaikan di dunia kecuali bagi salah satu dari dua orang:
orang yang melakukan suatu dosa, lalu ia menebusnya dengan bertaubat; atau
orang yang bersegera melakukan kebaikan.”
Tegukan
Hikmah:
Nasihat ini
termaktub dalam kitab Az-Zuhdul Kabir, nomor 708 dan Al-Hilyah, 1/75.
Melalui
nasihatnya ini, Sayidina Ali bin Abu
Thalib ra menjelaskan kepada kita tentang hakikat kebaikan. Menurut beliau,
kebaikan itu tidaklah terletak pada banyaknya harta dan anak yang kita miliki.
Sebagian besar manusia berpandangan bahwa harta dan anak-anak yang banyak
merupakan pertanda kebaikan hidup yang telah diraihnya. Ya, pendapat yang
demikian itu tidak bisa sepenuhnya disalahkan, namun juga bukanlah pendapat
yang paling benar.
Kebaikan yang sesungguhnya itu adalah ketika kita mampu meningkatkan amal
kebaikan, rasa kasih sayang, dan ketekunan untuk selalu beribadah kepada Allah
Ta’ala. Jika Anda
ingin mengetahui apakah hidup yang Anda jalani saat ini berada dalam kebaikan
atau tidak, maka ketiga hal tersebut dapat dijadikan sebagai indikasinya. Jika
hari-hari yang Anda lalui selalu terisi dengan peningkatan amal kebaikan, kasih
sayang dan ketaatan kepada Allah, maka bersyukurlah pada-Nya, karena itu
pertanda Anda berada dalam kebaikan. Namun, jika yang terjadi sebaliknya, maka
segeralah untuk menyadarinya, karena itu pertanda Anda sedang menempuh jalur
yang menyimpang dari kebaikan.
Sayidina Ali ra menasihati kita agar bertahmid jika melakukan kebaikan dan
beristighfar jika melakukan keburukan. Ketahuilah, sungguh manusia takkan mampu
melakukan kebaikan sekecil apa pun kecuali atas pertolongan Allah Ta’ala.
Itulah sebabnya kita dianjurkan untuk memuji Tuhan dengan bertahmid kepada-Nya
jika kita melaksanakan suatu kebaikan. Di sisi lain, tidaklah seseorang itu
melakukan suatu keburukan kecuali setan telah menggelincirkannya. Oleh karena
itu, siapa saja yang mendapati dirinya berbuat keburukan hendaklah segera
beristighfar dan memohon ampun kepada Allah Ta’ala. Tidaklah suatu perbuatan
buruk itu kecuali selalu bertentangan dengan apa yang dikehendaki Allah ‘Azza
wa Jalla.
Kebaikan di dunia ini, kata Sayidina Ali ra, selalu ada dalam diri dua
orang manusia: orang yang bertaubat dari perbuatan dosanya dan orang yang
menyegerakan dirinya untuk melakukan kebaikan. Sekarang mari kita bercermin pada
diri sendiri, adakah kita termasuk dalam dua golongan manusia itu?
0 comments:
Post a Comment