وَأَمَّا اللِّسَانُ: فَإِنَّمَا
خُلِقَ لَكَ لِتُكْثِرَ بِهِ ذِكْرَ اللهِ تَعَالَى وَتِلاَوَةِ كِتَابِهِ،
وَتُرْشِدَ بِهِ خَلْقَ اللهِ تَعَالَى إِلَى طَرِيْقِهِ، وَتُظْهِرَ بِهِ مَا
فِيْ ضَمِيْرِكَ مِنْ حَاجَاتِ دِيْنِكَ وَدُنْيَاكَ
Menjaga lisan: sesungguhnya lisan diciptakan Allah
untukmu agar dengannya engkau memperbanyak berdzikir kepada Allah Ta’ala,
membaca kitab-Nya, memberi petunjuk kepada makhluk Allah Ta’ala kepada
jalan-Nya, dan agar dengannya engkau dapat menjelaskan segala hajat yang
tersembunyi di dalam dirimu baik dalam urusan agamamu maupun duniamu.
فَإِذَا اسْتَعْمَلْتَهُ فِيْ غَيْرِ
مَا خُلِقَ لَهُ، فَقَدْ كَفَرْتَ نِعْمَةَ اللهِ تَعَالَى فِيْهِ، وَهُوَ
أَغْلَبُ أَعْضَائِكَ عَلَيْكَ وَعَلَى سَائِرِ الْخَلْقِ، وَلاَ يَكُبُّ النَّاسَ
فِي النَّارِ عَلَى مَنَاخِرِهِمْ إِلاَّ حَصَائِدُ أَلْسِنَتِهِمْ
Maka apabila engkau mempergunakan lisanmu selain untuk
tujuan ia diciptakan, sungguh engkau telah kufur terhadap nikmat Allah Ta’ala.
Lisan memiliki posisi penting di antara anggota badanmu yang lain yang
menempatkanmu lebih istimewa di antara seluruh makhluk. Dan tidaklah manusia
akan disungkurkan ke dalam neraka di atas hidung mereka melainkan karena hasil
ucapan lisan mereka.[1]
فَاسْتَظْهِرْ عَلَيْهِ بِغَايَةِ
قُوَّتِكَ حَتَّى لاَ يَكُبَّكَ فِيْ قَعْرِ جَهَنَّمَ، فَفِي الْخَبَرِ: إِنَّ
الرَّجُلَ لَيَتَكَلَّمُ بِالْكَلِمَةِ لِيُضْحِكَ بِهَا أَصْحَابَهُ، فَيَهْوِيْ
بِهَا فِيْ قَعْرِ جَهَنَّمَ سَبْعِيْنَ خَرِيْفًا، وَرُوِىَ أَنَّهُ قُتِلَ
شَهِيْدٌ فِي الْمَعْرَكَةِ عَلَى عَهْدِ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ فَقَالَ قَائِلٌ: هَنِيْئًا لَهُ الْجَنَّةَ، فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى
اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: مَا يُدْرِيْكَ؟ لَعَلَّهُ كَانَ يَتَكَلَّمُ فِيْمَا
لاَ يَعْنِيْهِ، وَيَبْخَلُ بِمَا لاَ يُغْنِيْهِ
Maka
berhati-hatilah engkau terhadapnya dan jagalah lisanmu sekuat mungkin agar ia
tidak menjerumuskanmu ke dalam neraka jahannam. Di dalam sebuah hadits
disebutkan Rasulullah SAW bersabda: “Sungguh, terkadang salah seorang dari kalian mengucapkan
suatu ucapan yang menyebabkan teman-temannya menjadi tertawa, (namun tanpa ia
sadari) ucapannya itu membuatnya terjerumus ke dalam neraka jahannam selama
tujuh puluh tahun.”[2] Diriwayatkan pula bahwa ada
seseorang yang mati syahid di medan pertempuran pada masa Rasulullah SAW. Lalu,
ada orang yang berkata, “Oh…, sungguh beruntung karena ia pasti mendapatkan
surga!” Nabi SAW kemudian bertanya, “Apa yang membuatmu yakin akan hal itu?
Bisa saja ia mengucapkan sesuatu yang tidak ada gunanya dan bersikap bakhil
terhadap sesuatu yang ia sendiri tidak membutuhkannya.”
0 comments:
Post a Comment