الرَّابِعُ: الْمِرَاءُ وَالْجِدَالُ
وَمُنَاقَشَةُ النَّاسِ فِي الْكَلاَمِ
Keempat: Peliharalah Lisanmu dari Berdebat dan
Berbantahan
فَذَلِكَ فِيْهِ إِيْذَاءٌ
لِلْمُخَاطَبِ وَتَجْهِيْلٌ لَهُ وَطَعْنٌ فِيْهِ، وَفِيْهِ ثَنَاءٌ عَلَى
النَّفْسِ وَتَزْكِيَةٌ لَهَا بِمَزِيْدِ الْفِطْنَةِ وَالْعِلْمِ
Karena yang demikian itu akan menyakiti perasaan lawan
bicaramu, engkau pun akan menganggapnya bodoh dan mencela kehormatannya.
Berdebat juga dapat memunculkan rasa bangga pada diri sendiri yang dengannya ia
merasa lebih cerdas dan lebih berilmu.
ثُمَّ هُوَ مُشَوِّشُ لِلْعَيْشِ؛
فَإِنَّكَ لاَ تُمَارِيْ سَفِيْهًا إِلاَّ وَيُؤْذِيْكَ، وَلاَ تُمَارِيْ
حَلِيْمًا إِلاَّ وَيَقْلِيْكَ وَيَحْقِدُ عَلَيْكَ
Berdebat dan berbantahan dapat membuat hidup tidak
tenang. Karena tidaklah engkau berdebat dengan orang bodoh kecuali ia akan
menyakitimu, dan tidaklah engkau berbantahan dengan orang yang berilmu kecuali
ia akan membencimu dan dendam terhadapmu.
فَقَدْ قَالَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ: مَنْ تَرَكَ الْمِرَاءَ وَهُوَ مُبْطِلٌ بَنَى اللهُ لَهُ بَيْتًا فِيْ
رَبَضِ الْجَنَّةِ، وَمَنْ تَرَكَ الْمِرَاءَ وَهُوَ مُحِقٌّ بَنَى اللهُ لَهُ
بَيْتًا فِيْ أَعْلَى الْجَنَّةِ
Rasulullah SAW telah bersabda: “Barangsiapa yang
meninggalkan perdebatan sedangkan ia berada pada posisi yang salah, maka Allah
akan membangunkan untuknya rumah di sekitar surga. Dan barangsiapa yang
meninggalkan perdebatan sedangkan ia berada pada posisi yang benar, maka Allah
akan membangunkan untuknya rumah di bagian paling atas dari surga.”[1]
وَلاَ يَنْبَغِيْ أَنْ يَخْدَعَكَ
الشَّيْطَانُ وَيَقُوْلَ لَكَ: أَظْهِرِ الْحَقَّ وَلاَ تُدَاهن فِيْهِ، فَإِنَّ
الشَّيْطَانَ أَبَدًا يَسْتَجِرُّ الْحَمْقَى إِلَى الشَّرِّ فِيْ مَعْرِضِ
الْخَيْرِ، فَلاَ تَكُنْ ضُحْكَةً لِلشَّيْطَانِ فَيَسْخَرُ بِكَ
Mestinya engkau tidak terpengaruh oleh tipudaya setan
yang berkata kepadamu: “Tunjukkanlah kebenaran itu dan jangan pernah mengalah
demi mempertahankan kebenaran.” Karena sungguh setan itu selamanya akan
mengajak orang-orang yang dungu kepada keburukan dengan cara membalut keburukan
itu dengan kebaikan. Maka janganlah engkau mau jadi bahan tertawaan setan
hingga kemudian ia mencemoohkanmu.
فَإِظْهَارُ الْحَقِّ حَسَنٌ مَعَ مَنْ
يَقْبَلُهُ مِنْكَ، وَذَلِكَ بِطَرِيْقِ النَّصِيْحَةِ فِي الْخُفْيَةِ لاَ
بِطَرِيْقِ الْمُمَارَاةِ
Menunjukkan kebenaran adalah sesuatu yang baik, namun
tentunya kepada orang yang bersedia menerimanya darimu. Dan itu pun mestinya
disampaikan melalui nasihat tersembunyi, bukan dengan jalan berdebat dan
berbantahan.
وَلِلنَّصِيْحَةِ صِفَةٌ وَهَيْئَةٌ،
وَيُحْتَاجُ فِيْهَا إِلَى تَلَطُّفٍ وَإِلاَّ صَارَتْ فَضِيْحَةً، وَكَانَ
فَسَادُهَا أَكْثَرَ مِنْ صَلاَحِهَا
Menyampaikan nasihat memiliki sifat dan cara tersendiri,
dan padanya dibutuhkan adanya kelembutan. Jika tidak, maka penyampaian nasihat
akan berubah menjadi ajang mempermalukan orang lain. Akibatnya, keburukannya
menjadi lebih besar daripada kebaikannya.
وَمَنْ خَالَطَ مُتَفَقِّهَةَ
الْعَصْرِ غُلِبَ عَلَى طَبْعِهِ الْمِرَاءُ وَالْجِدَالُ، وَعَسُرَ عَلَيْهِ
الصَّمْتُ، إِذْ أَلْقَى إِلَيْهِ عُلَمَاءُ السُّوْءِ أَنَّ ذَلِكَ هُوَ
الْفَضْلُ، وَالْقُدْرَةُ عَلَى الْمُحَاجَّةِ وَالْمُنَاقَشَةِ هُوَ الَّذِيْ
يُمَتَدَّحُ بِهِ؛ فَفِرَّ مِنْهُمْ فِرَارَكَ مِنَ اْلأَسَدِ، وَاعْلَمْ أَنَّ
الْمِرَاءَ سَبَبُ الْمَقْتِ عِنْدَاللهِ وَعِنْدَ الْخَلْقِ
Dan barangsiapa yang sering bergaul dengan “ahli fiqh
(ulama)” masa sekarang ini, maka ia akan terpengaruh dengan kebiasaan mereka
yang suka berdebat dan berbantahan, dan akan sulit pula baginya untuk bisa
bersikap diam. Apabila itu yang terjadi maka ia akan masuk ke dalam kelompok ulama
suu’ yang mengajarkan bahwa berdebat dan berbantahan itu adalah suatu
kebaikan. Para ulama yang demikian ini juga menegaskan bahwa kemampuan dalam
menyampaikan hujjah (berdalil) dan berdebat merupakan kemampuan yang
patut mendapat pujian. Oleh karena itu, larilah engkau dari mereka seperti
halnya melarikan diri dari seekor singa. Ketahuilah bahwa sikap berdebat dan
suka berbantah-bantahan menjadi sebab kebencian di sisi Allah dan di sisi
sesama makhluk.
[1] Imam
Tirmidzi meriwayatkan hadits dengan lafazh yang mirip dengan hadits di atas
dari Anas bin Malik ra: مَنْ
تَرَكَ الْكَذِبَ وَهُوَ بَاطِلٌ بُنِيَ لَهُ فِي رَبَضِ الْجَنَّةِ وَمَنْ تَرَكَ
الْمِرَاءَ وَهُوَ مُحِقٌّ بُنِيَ لَهُ فِي وَسَطِهَا وَمَنْ حَسَّنَ خُلُقَهُ
بُنِيَ لَهُ فِي أَعْلاَهَا [Barangsiapa yang meninggalkan
berbohong (dan berbohong pada waktu itu sesuatu yang tidak dibenarkan) maka
akan dibangunkan untuknya rumah di sekitar surga, barangsiapa yang meninggalkan
perdebatan (sedang dia orang yang berhak untuk berdebat) maka akan dibangunkan
untuknya rumah di tengah surga, dan barangsiapa yang memperbagus akhlaknya maka
akan dibangunkan rumah untuknya di bagian yang paling atas].
0 comments:
Post a Comment