Kajian Seputar Aqidah dan Amaliah Aswaja

Saturday, April 20, 2019

Pasal : Menjaga Lisan (4)

الرَّابِعُ: الْمِرَاءُ وَالْجِدَالُ وَمُنَاقَشَةُ النَّاسِ فِي الْكَلاَمِ
Keempat: Peliharalah Lisanmu dari Berdebat dan Berbantahan
 
فَذَلِكَ فِيْهِ إِيْذَاءٌ لِلْمُخَاطَبِ وَتَجْهِيْلٌ لَهُ وَطَعْنٌ فِيْهِ، وَفِيْهِ ثَنَاءٌ عَلَى النَّفْسِ وَتَزْكِيَةٌ لَهَا بِمَزِيْدِ الْفِطْنَةِ وَالْعِلْمِ
Karena yang demikian itu akan menyakiti perasaan lawan bicaramu, engkau pun akan menganggapnya bodoh dan mencela kehormatannya. Berdebat juga dapat memunculkan rasa bangga pada diri sendiri yang dengannya ia merasa lebih cerdas dan lebih berilmu.
 
ثُمَّ هُوَ مُشَوِّشُ لِلْعَيْشِ؛ فَإِنَّكَ لاَ تُمَارِيْ سَفِيْهًا إِلاَّ وَيُؤْذِيْكَ، وَلاَ تُمَارِيْ حَلِيْمًا إِلاَّ وَيَقْلِيْكَ وَيَحْقِدُ عَلَيْكَ
Berdebat dan berbantahan dapat membuat hidup tidak tenang. Karena tidaklah engkau berdebat dengan orang bodoh kecuali ia akan menyakitimu, dan tidaklah engkau berbantahan dengan orang yang berilmu kecuali ia akan membencimu dan dendam terhadapmu. 
 
فَقَدْ قَالَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: مَنْ تَرَكَ الْمِرَاءَ وَهُوَ مُبْطِلٌ بَنَى اللهُ لَهُ بَيْتًا فِيْ رَبَضِ الْجَنَّةِ، وَمَنْ تَرَكَ الْمِرَاءَ وَهُوَ مُحِقٌّ بَنَى اللهُ لَهُ بَيْتًا فِيْ أَعْلَى الْجَنَّةِ
Rasulullah SAW telah bersabda: “Barangsiapa yang meninggalkan perdebatan sedangkan ia berada pada posisi yang salah, maka Allah akan membangunkan untuknya rumah di sekitar surga. Dan barangsiapa yang meninggalkan perdebatan sedangkan ia berada pada posisi yang benar, maka Allah akan membangunkan untuknya rumah di bagian paling atas dari surga.”[1]
 
وَلاَ يَنْبَغِيْ أَنْ يَخْدَعَكَ الشَّيْطَانُ وَيَقُوْلَ لَكَ: أَظْهِرِ الْحَقَّ وَلاَ تُدَاهن فِيْهِ، فَإِنَّ الشَّيْطَانَ أَبَدًا يَسْتَجِرُّ الْحَمْقَى إِلَى الشَّرِّ فِيْ مَعْرِضِ الْخَيْرِ، فَلاَ تَكُنْ ضُحْكَةً لِلشَّيْطَانِ فَيَسْخَرُ بِكَ
 Mestinya engkau tidak terpengaruh oleh tipudaya setan yang berkata kepadamu: “Tunjukkanlah kebenaran itu dan jangan pernah mengalah demi mempertahankan kebenaran.” Karena sungguh setan itu selamanya akan mengajak orang-orang yang dungu kepada keburukan dengan cara membalut keburukan itu dengan kebaikan. Maka janganlah engkau mau jadi bahan tertawaan setan hingga kemudian ia mencemoohkanmu.
 
فَإِظْهَارُ الْحَقِّ حَسَنٌ مَعَ مَنْ يَقْبَلُهُ مِنْكَ، وَذَلِكَ بِطَرِيْقِ النَّصِيْحَةِ فِي الْخُفْيَةِ لاَ بِطَرِيْقِ الْمُمَارَاةِ
Menunjukkan kebenaran adalah sesuatu yang baik, namun tentunya kepada orang yang bersedia menerimanya darimu. Dan itu pun mestinya disampaikan melalui nasihat tersembunyi, bukan dengan jalan berdebat dan berbantahan.
 
وَلِلنَّصِيْحَةِ صِفَةٌ وَهَيْئَةٌ، وَيُحْتَاجُ فِيْهَا إِلَى تَلَطُّفٍ وَإِلاَّ صَارَتْ فَضِيْحَةً، وَكَانَ فَسَادُهَا أَكْثَرَ مِنْ صَلاَحِهَا
Menyampaikan nasihat memiliki sifat dan cara tersendiri, dan padanya dibutuhkan adanya kelembutan. Jika tidak, maka penyampaian nasihat akan berubah menjadi ajang mempermalukan orang lain. Akibatnya, keburukannya menjadi lebih besar daripada kebaikannya. 
 
وَمَنْ خَالَطَ مُتَفَقِّهَةَ الْعَصْرِ غُلِبَ عَلَى طَبْعِهِ الْمِرَاءُ وَالْجِدَالُ، وَعَسُرَ عَلَيْهِ الصَّمْتُ، إِذْ أَلْقَى إِلَيْهِ عُلَمَاءُ السُّوْءِ أَنَّ ذَلِكَ هُوَ الْفَضْلُ، وَالْقُدْرَةُ عَلَى الْمُحَاجَّةِ وَالْمُنَاقَشَةِ هُوَ الَّذِيْ يُمَتَدَّحُ بِهِ؛ فَفِرَّ مِنْهُمْ فِرَارَكَ مِنَ اْلأَسَدِ، وَاعْلَمْ أَنَّ الْمِرَاءَ سَبَبُ الْمَقْتِ عِنْدَاللهِ وَعِنْدَ الْخَلْقِ
Dan barangsiapa yang sering bergaul dengan “ahli fiqh (ulama)” masa sekarang ini, maka ia akan terpengaruh dengan kebiasaan mereka yang suka berdebat dan berbantahan, dan akan sulit pula baginya untuk bisa bersikap diam. Apabila itu yang terjadi maka ia akan masuk ke dalam kelompok ulama suu’ yang mengajarkan bahwa berdebat dan berbantahan itu adalah suatu kebaikan. Para ulama yang demikian ini juga menegaskan bahwa kemampuan dalam menyampaikan hujjah (berdalil) dan berdebat merupakan kemampuan yang patut mendapat pujian. Oleh karena itu, larilah engkau dari mereka seperti halnya melarikan diri dari seekor singa. Ketahuilah bahwa sikap berdebat dan suka berbantah-bantahan menjadi sebab kebencian di sisi Allah dan di sisi sesama makhluk.


[1] Imam Tirmidzi meriwayatkan hadits dengan lafazh yang mirip dengan hadits di atas dari Anas bin Malik ra:  مَنْ تَرَكَ الْكَذِبَ وَهُوَ بَاطِلٌ بُنِيَ لَهُ فِي رَبَضِ الْجَنَّةِ وَمَنْ تَرَكَ الْمِرَاءَ وَهُوَ مُحِقٌّ بُنِيَ لَهُ فِي وَسَطِهَا وَمَنْ حَسَّنَ خُلُقَهُ بُنِيَ لَهُ فِي أَعْلاَهَا [Barangsiapa yang meninggalkan berbohong (dan berbohong pada waktu itu sesuatu yang tidak dibenarkan) maka akan dibangunkan untuknya rumah di sekitar surga, barangsiapa yang meninggalkan perdebatan (sedang dia orang yang berhak untuk berdebat) maka akan dibangunkan untuknya rumah di tengah surga, dan barangsiapa yang memperbagus akhlaknya maka akan dibangunkan rumah untuknya di bagian yang paling atas].
Share:

0 comments:

Post a Comment

Waktu Saat Ini


Syubbanul Wathon

Tahlilan

Tamu Online