وَأَمَّا
اْلأُذُنُ: فَاحْفَظْهَا عَنْ أَنْ تُصْغِيَ بِهَا إِلَى الْبِدْعَةِ، أَوْ
الْغيْبَةِ، أَوِ الْفُحْشِ، أَوِ الْخَوْضِ فِي الْبَاطِلِ، أَوْ ذِكْرِ
مَسَاوِىءِ النَّاسِ؛ فَإِنَّمَا خُلِقَتْ لَكَ لِتَسْمَعَ بِهَا كَلاَمَ اللهِ
تَعَالَى، وَسُنَّةَ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَحِكْمَةَ
أَوْلِيَائِهِ، وَتَتَوَصَّلَ بِاسْتِفَادَةِ الْعِلْمِ بِهَا إِلَى الْمُلْكِ
الْمُقِيْمِ وَالنَّعِيْمِ الدَّائِمِ فِيْ جِوَارِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ
Menjaga telinga: Jagalah telingamu dari mendengar hal-hal
yang bid’ah, hal-hal yang ghibah, hal-hal yang keji, atau tenggelam ke dalam
kebatilan, atau mendengar percakapan yang menyingkap keburukan manusia. Karena
sesungguhnya telinga diciptakan Allah untukmu agar dengannya engkau bisa
mendengar kalam Allah, sunnah Rasulullah SAW, dan kata-kata hikmah dari para
kekasih-Nya. Juga hendaklah engkau jadikan telinga sebagai sarana untuk
memperoleh ilmu yang dapat menghantarkanmu kepada Allah
dan kepada nikmat yang abadi di sisi Tuhan Penguasa alam semesta.
فَإِذَا
أَصْغَيْتَ بِهَا إِلَى شَيْءٍ مِنَ الْمَكَارِهِ صَارَ مَا كَانَ لَكَ عَلَيْكَ
وَانْقَلَبَ مَا كَانَ سَبَبَ فَوْزِكَ سَبَبَ هَلاَكِكَ، وَهَذَا غَايَةَُ
الْخُسْرَانِ. وَلاَ تَظُنَّ أَنَّ اْلإِثْمَ يَخْتَصُّ بِهِ الْقَائِلْ دُوْنَ
الْمُسْتَمِعِ؛ فَفِي الْخَبَرِ أَنَّ: الْمُسْتَمِعَ شَرِيْكُ الْقَائِلِ وَهُوَ
أَحَدُ الْمُغْتَابِيْنَ
Apabila engkau cenderung menggunakan telingamu untuk
mendengarkan hal-hal yang dibenci Allah, maka yang awalnya ia membawa manfaat
untukmu akan berubah menjadi sesuatu yang mudharat, yang sebelumnya menjadi
sebab keberuntunganmu akan berubah menjadi sebab kebinasaanmu. Tentu saja ini
menjadi puncak kerugian bagimu. Janganlah engkau menyangka bahwa dosa secara
khusus hanya akan ditanggung oleh orang yang berbicara (hal-hal yang haram) saja,
sementara orang yang mendengarkannya tidak.[1]
Di dalam hadits telah ditegaskan bahwa orang yang mendengarkan (pergunjingan)
adalah teman orang yang berbicara, dan ia termasuk salah seorang yang
bergunjing.
0 comments:
Post a Comment