السَّابِعُ: الدُّعَاءُ عَلَى
الْخَلْقِ
Ketujuh: Peliharalah Lisanmu dari Mendoakan Keburukan
Bagi Makhluk Allah
فَاحْفَظْ لِسَانَكَ عَنِ الدُّعَاءِ
عَلَى أَحَدٍ مِنْ خَلْقِ اللهِ تَعَالَى، وَإِنْ ظَلَمَكَ،فَكِلْ أَمْرَهُ إِلَى
اللهِ تَعَالَى
Peliharalah lisanmu dari mendoakan keburukan untuk salah
seorang dari makhluk Allah Ta’ala meskipun ia telah berlaku zalim terhadapmu.
Lebih baik serahkan urusannya itu kepada Allah SWT.
فَفِي الْحَدِيْثِ: إِنَّ
الْمَظْلُوْمَ لَيَدْعُوْ عَلَى ظَالِمِهِ حَتَّى يُكَافِئَهُ، ثُمَّ يَبْقَى
لِلظَّالِمِ فَضْلٌ عِنْدَهُ يُطَالِبُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ. وَطَوَّلَ بَعْضُ
النَّاسِ لِسَانَهُ عَلَى الْحَجَّاجِ فَقَالَ بَعْضُ السَّلَفِ: إِنَّ اللهَ
لَيَنْتَقِمُ لِلْحَجَّاجِ مِمَّنْ تَعَرَّضَ لَهُ بِلِسَانِهِ، كَمَا يَنْتَقِمُ
مِنَ الْحَجَّاجِ لِمَنْ ظَلَمَهُ
Dalam sebuah hadits disebutkan: “Sungguh orang yang
dizhalimi terkadang mendoakan buruk atas orang yang menzhalimi sehingga dia
membalaskan kezhalimannya. Kemudian ia berdoa buruk lagi kepadanya sehingga
melebihi kezhalimannya, maka orang yang menzhalimi itu akan menuntutnya pada
hari kiamat.” Sebagian orang terlalu buruk menggunakan lisannya dalam
membicarakan al-Hajjaj,[1]
maka berkatalah sebagian ulama salaf:[2]
“Sesungguhnya Allah akan menyiksa orang-orang yang mencaci maki al-Hajjaj dan
mendoakan keburukan atasnya dengan lisan mereka, sebagaimana Allah akan
menyiksa al-Hajjaj karena kezhaliman yang ia lakukan pada banyak orang.”
الثَّامِنُ: الْمُزَاحُ
وَالسُّخْرِيَةُ وَاْلاِسْتِهْزَاءُ بِالنَّاسِ
Kedelapan: Peliharalah Lisanmu dari Menjadikan Orang Lain
sebagai Bahan Tertawaan dan Olok-olokan
فَاحْفَظْ لِسَانَكَ مِنْهُ فِي
الْجِدِّ وَالْهَزْلِ؛ فَإِنَّهُ يَرِيْقُ مَاءَ الْوَجْهِ، وَيُسْقِطُ
الْمَهَابَةَ، وَيَسْتَجِرُّ الْوَحْشَةَ، وَيُؤْذِي الْقُلُوْب
Peliharalah lisanmu dari semua itu, baik dalam keadaan
serius maupun sedang bergurau. Karena ia dapat mengubah air muka, menjatuhkan
kewibawaan, mengurangi romantisme, dan menyakiti perasaan.
وَهُوَ مَبْدَأُ اللَّجَاجِ
وَالْغَضَبِ وَالتَّصَارُمِ، وَيَغْرِسُ الْحِقْدَ فِي الْقُلُوْبِ
Ia juga bisa menjadi pemicu pertengkaran, amarah,
kebengisan, dan menumbuhkan rasa dendam di dalam hati.
فَلاَ تُمَازِحْ أَحَدًا؛ فَإِنْ
مَازَحُوْكَ فَلاَ تُجِبْهُمْ، وَأَعْرِضْ عَنْهُمْ حَتَّى يَخُوْضُوْا فِيْ
حَدِيْثٍ غَيْرِهِ، وَكُنْ مِنَ الَّذِيْنَ إِذَا مَرُّوْا بِاللَّغْوِ مَرُّوْا
كِرَامًا
Maka janganlah engkau menjadikan seseorang sebagai bahan
gurauan; apabila ada orang yang menjadikanmu sebagai bahan gurauan mereka,
hendaklah engkau tidak menjawabnya. Berpalinglah dari mereka hingga mereka
mengalihkan topik pembicaraan mereka pada yang lain. Jadilah engkau termasuk
golongan orang-orang yang apabila bertemu dengan orang-orang yang mengerjakan
perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat, mereka lalui saja dengan menjaga
kehormatan dirinya.
فَهَذِهِ مَجَامِعُ آفَاتِ اللِّسَانِ،
وَلاَ يُعِيْنُكَ عَلَيْهِ إِلاَّ الْعُزْلَةُ، أَوْ مُلاَزَمَةُ الصَّمْتِ إِلاَّ
بِقَدْرِ الضَّرُوْرَةِ
Itulah penjelasan yang menghimpun di dalamnya
bahaya-bahaya lisan. Tidak ada yang dapat menghindarkanmu dari kecuali ‘uzlah
(menyendiri) atau membiasakan diri untuk bersikap diam kecuali dalam keadaan
yang memaksamu harus bicara.
فَقَدْ كَانَ أَبُوْبَكْرٍ
الصِّدِّيْقُ رَضِيَ اللهُ تَعَالَى عَنْهُ يَضَعُ حَجَرًا فِيْ فِيْهِ
لِيَمْنَعَهُ ذَلِكَ مِنَ الْكَلاَمِ بِغَيْرِ ضَرُوْرَةٍ، وَيُشِيْرُ إِلَى
لِسَانِهِ وَيَقُوْلُ: هَذَا الَّذِيْ أَوْرَدَنِي الْمَوَارِدَ. فَاحْتَرِزْ
مِنْهُ بِجَهْدِكَ؛ فَإِنَّهُ أَقْوَى أَسْبَابِ هَلاَكِكَ فِي الدُّنْيَا
وَاْلآخِرَةِ
Abu Bakar al-Shiddiq ra pernah meletakkan batu di dalam
mulutnya dengan tujuan agar mencegahnya dari berbicara kecuali dalam keadaan
yang mengharuskannya bicara. Sambil menunjuk ke arah lisannya ia berkata:
“Inilah yang membawamu terjerumus ke dalam banyak kerusakan.” Maka, hendaklah
engkau berusaha sekuat tenaga untuk menjaganya. Karena ia menjadi penyebab
paling besar kebinasaanmu di dunia maupun akhirat.
0 comments:
Post a Comment