لاَيَكُنْ تَأَخُّرُ
أَمَدِ الْعَطَاءِ مَعَ الْاِلْحَاحِ فِى الدُّعَاءِ مُوْجِبًا لِيَاءْسِكَ فَهُوَ
ضَمِنَ لَكَ اْلاِجَابَة َ فِيْمَا يَخْتَارُهُ لَكَ لاَ فِيْمَا تَخْتَارُ لِنَفْسِكَ
وَفِى الْوَقْتِ الَّذِى يُرِيْدُ لاَ فِى الْوَقْتِ الَّذِى تُـرِيْدُ
Janganlah
keterlambatan (tertundanya) waktu pemberian Tuhan kepadamu, padahal engkau (telah)
bersungguh-sungguh dalam berdoa menyebabkan (engkau) putus harapan, sebab Allah
telah menjamin dan menerima semua doa dalam apa yang Dia kehendaki untukmu,
bukan menurut kehendakmu; dan pada waktu yang Dia ditentukan, bukan pada waktu
yang engkau tentukan.
Syarah:
Allah
telah berjanji akan mengabulkan doa, sesuai dengan firman-Nya: “Berdoalah
kepada-Ku niscaya akan Aku kabulkan untukmu.”
Dan
Allah berfirman:
وَرَبُّكَ يَخْلُقُ
مَا يَشَاءُ وَيَخْتَارُ مَا كَانَ لَهُمُ الْخِيَرَةُ
“Tuhanmulah
yang menjadikan segala yang dikehendaki-Nya dan memilihnya sendiri, tidak ada
hak bagi mereka untuk memilih.” (QS. Al-Qashash: 68)
Sebaiknya
seorang hamba yang tidak mengetahui apa yang akan terjadi mengakui kebodohan
dirinya, sehingga tidak memilih sesuatu yang selintas tampak baik baginya,
padahal ia tidak mengetahui bagaimana akibatnya. Karena itu bila Allah Yang Maha
Mengetahui dan Maha Bijaksana memilihkan sesuatu untuknya, hendaknya ia ridha
dan menerima pilihan itu; walaupun pada lahirnya terasa pahit dan menyakitkan,
namun itulah yang terbaik baginya. Itulah sebabnya bila engkau telah
bersungguh-sungguh dalam berdoa, namun belum juga terkabul harapanmu, janganlah
terburu-buru putus asa dan menghentikan doamu.
Firman
Allah:
وَعَسَى أَنْ
تَكْرَهُوْا شَيْئًا وَهُوَ خَيْرٌ لَكُمْ وَعَسَى أَنْ تُحِبُّوْا شَيْئًا وَهُوَ
شَرٌّ لَكُمْ وَاللهُ يَعْلَمُ وَأَنْتُمْ لاَ تَعْلَمُوْنَ
“Boleh
jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula)
kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang
kamu tidak mengetahui.” (QS. Al-Baqarah: 216)
Imam Abul Hasan
Asy-Syadzili menjelaskan kandungan firman Allah berikut:
قَدْ أُجِيْبَتْ
دَعْوَتُكُمَا فَاسْتَقِيْمَا وَلاَ تَتَّبِعَانِّ سَبِيْلَ الَّذِيْنَ لاَ يَعْلَمُوْنَ
“Sesungguhnya
telah diperkenankan permohonan kamu berdua (yakni Musa dan Harun, berkenaan
dengan kebinasaan Fir'aun dan tentaranya), maka hendaklah kamu berdua tetap
istiqamah (yakni sabar dalam melanjutkan perjuangan dan terus berdoa), dan
jangan mengikuti jejak orang-orang yang tidak mengerti (kekuasaan dan
kebijaksanaan Allah).” (QS. Yunus: 89)
Maka
terwujudnya kebinasaan Fir'aun setelah Allah menerima doa Nabi Musa dan Nabi Harun,
yakni setelah berdoa selama 40 tahun.
Rasulullah
Saw bersabda: “Pasti akan dikabulkan doamu selama tidak terburu-buru,
yakni dengan berkata, “Aku telah berdoa, dan tidak diterima.”
Rasulullah
Saw juga bersabda: “Tidak ada orang berdoa, melainkan pasti diterima oleh
Allah doanya, atau dihindarkan darinya marabahaya, atau diampuni sebagian
dosanya; selama ia tidak berdoa untuk sesuatu yang mengandung dosa atau untuk
memutus silaturrahim.”
Tatkala
Syaikh Abu Abbas al-Mursi jatuh sakit, datanglah seseorang menjenguknya seraya berkata,
“Afakallah--Semoga Allah menyembuhkanmu.” Abu Abbas terdiam dan tidak menjawab. Kemudian orang itu berkata lagi, “Allah yu'aafika.” Maka Abu
Abbas menjawab, “Apakah kau mengira aku tidak memohon kesehatan kepada Allah?
Sungguh aku telah memohon kesehatan, dan penderitaanku ini termasuk kesehatan, ketahuilah
Rasulullah Saw memohon kesehatan dan beliau berkata, “Selalu bekas makanan
khaibar itu terasa olehku, dan kini masa putusnya urat jantungku.” Abu
Bakar as-Shiddiq memohon kesehatan dan meninggal terkena racun. Umar bin Khaththab memohon kesehatan
dan meninggal dalam keadaan terbunuh. Utsman bin Affan memohon kesehatan dan juga meninggal dalam
keadaan terbunuh. Ali bin Abi Thalib memohon kesehatan dan juga meninggal dalam keadaan terbunuh. Maka bila engkau memohon kesehatan kepada Allah, mohonlah menurut apa
yang telah ditentukan-Nya untukmu. Maka sebaik-baik hamba adalah yang
menyerahkan segala sesuatunya menurut kehendak Tuhannya, dan meyakini bahwa apa
yang diberikan Tuhan kepadanya, itulah yang terbaik walaupun tidak sejalan
dengan nafsu syahwatnya.”
0 comments:
Post a Comment