Kajian Seputar Aqidah dan Amaliah Aswaja

Monday, March 25, 2019

Kabulnya Doa Sesuai Keinginan-Nya

لاَيَكُنْ تَأَخُّرُ أَمَدِ الْعَطَاءِ مَعَ الْاِلْحَاحِ فِى الدُّعَاءِ مُوْجِبًا لِيَاءْسِكَ فَهُوَ ضَمِنَ لَكَ اْلاِجَابَة َ فِيْمَا يَخْتَارُهُ لَكَ لاَ فِيْمَا تَخْتَارُ لِنَفْسِكَ وَفِى الْوَقْتِ الَّذِى يُرِيْدُ لاَ فِى الْوَقْتِ الَّذِى تُـرِيْدُ
Janganlah keterlambatan (tertundanya) waktu pemberian Tuhan kepadamu, padahal engkau (telah) bersungguh-sungguh dalam berdoa menyebabkan (engkau) putus harapan, sebab Allah telah menjamin dan menerima semua doa dalam apa yang Dia kehendaki untukmu, bukan menurut kehendakmu; dan pada waktu yang Dia ditentukan, bukan pada waktu yang engkau tentukan.

Syarah:
Allah telah berjanji akan mengabulkan doa,  sesuai dengan firman-Nya: “Berdoalah kepada-Ku niscaya akan Aku kabulkan untukmu.” 

Dan Allah berfirman: 

وَرَبُّكَ يَخْلُقُ مَا يَشَاءُ وَيَخْتَارُ مَا كَانَ لَهُمُ الْخِيَرَةُ
“Tuhanmulah yang menjadikan segala yang dikehendaki-Nya dan memilihnya sendiri, tidak ada hak bagi mereka untuk memilih.” (QS. Al-Qashash: 68)

Sebaiknya seorang hamba yang tidak mengetahui apa yang akan terjadi mengakui kebodohan dirinya, sehingga tidak memilih sesuatu yang selintas tampak baik baginya, padahal ia tidak mengetahui bagaimana akibatnya. Karena itu bila Allah Yang Maha Mengetahui dan Maha Bijaksana memilihkan sesuatu untuknya, hendaknya ia ridha dan menerima pilihan itu; walaupun pada lahirnya terasa pahit dan menyakitkan, namun itulah yang terbaik baginya. Itulah sebabnya bila engkau telah bersungguh-sungguh dalam berdoa, namun belum juga terkabul harapanmu, janganlah terburu-buru putus asa dan menghentikan doamu.

Firman Allah: 

وَعَسَى أَنْ تَكْرَهُوْا شَيْئًا وَهُوَ خَيْرٌ لَكُمْ وَعَسَى أَنْ تُحِبُّوْا شَيْئًا وَهُوَ شَرٌّ لَكُمْ وَاللهُ يَعْلَمُ وَأَنْتُمْ لاَ تَعْلَمُوْنَ
“Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” (QS. Al-Baqarah: 216)

Imam Abul Hasan Asy-Syadzili menjelaskan kandungan firman Allah berikut:

قَدْ أُجِيْبَتْ دَعْوَتُكُمَا فَاسْتَقِيْمَا وَلاَ تَتَّبِعَانِّ سَبِيْلَ الَّذِيْنَ لاَ يَعْلَمُوْنَ
“Sesungguhnya telah diperkenankan permohonan kamu berdua (yakni Musa dan Harun, berkenaan dengan kebinasaan Fir'aun dan tentaranya), maka hendaklah kamu berdua tetap istiqamah (yakni sabar dalam melanjutkan perjuangan dan terus berdoa), dan jangan mengikuti jejak orang-orang yang tidak mengerti (kekuasaan dan kebijaksanaan Allah).” (QS. Yunus: 89)

Maka terwujudnya kebinasaan Fir'aun setelah Allah menerima doa Nabi Musa dan Nabi Harun, yakni setelah berdoa selama 40 tahun.

Rasulullah Saw bersabda: “Pasti akan dikabulkan doamu selama tidak terburu-buru, yakni dengan berkata, “Aku telah berdoa, dan tidak diterima.”

Rasulullah Saw juga bersabda: “Tidak ada orang berdoa, melainkan pasti diterima oleh Allah doanya, atau dihindarkan darinya marabahaya, atau diampuni sebagian dosanya; selama ia tidak berdoa untuk sesuatu yang mengandung dosa atau untuk memutus silaturrahim.”

Tatkala Syaikh Abu Abbas al-Mursi jatuh sakit, datanglah seseorang menjenguknya seraya berkata, “Afakallah--Semoga Allah menyembuhkanmu.” Abu Abbas terdiam dan tidak menjawab. Kemudian orang itu berkata lagi, “Allah yu'aafika.” Maka Abu Abbas menjawab, “Apakah kau mengira aku tidak memohon kesehatan kepada Allah? Sungguh aku telah memohon kesehatan, dan penderitaanku ini termasuk kesehatan, ketahuilah Rasulullah Saw memohon kesehatan dan beliau berkata, “Selalu bekas makanan khaibar itu terasa olehku, dan kini masa putusnya urat jantungku.” Abu Bakar as-Shiddiq memohon kesehatan dan meninggal terkena racun. Umar bin Khaththab memohon kesehatan dan meninggal dalam keadaan terbunuh. Utsman bin Affan memohon kesehatan dan juga meninggal dalam keadaan terbunuh. Ali bin Abi Thalib memohon kesehatan dan juga meninggal dalam keadaan terbunuh. Maka bila engkau memohon kesehatan kepada Allah, mohonlah menurut apa yang telah ditentukan-Nya untukmu. Maka sebaik-baik hamba adalah yang menyerahkan segala sesuatunya menurut kehendak Tuhannya, dan meyakini bahwa apa yang diberikan Tuhan kepadanya, itulah yang terbaik walaupun tidak sejalan dengan nafsu syahwatnya.”
Share:

Related Posts:

0 comments:

Post a Comment

Waktu Saat Ini


Syubbanul Wathon

Tahlilan

Tamu Online