Dalam
kegiatan transfer ilmu, dua hal yang tak terpisah yaitu murid dan guru. Dalam
Islam, menimba ilmu tidak hanya berpatokan pada kekuatan intelektual saja. Ada
beberapa unsur di luar kecerdasan yang menjadikan ilmu bermanfaat, salah
satunya adalah berkah dari guru.
Maka tak
dapat dielakan bahwa Islam sangat menganjurkan bagi para penuntut ilmu untuk
memberi penghormatan yang luar biasa kepada seorang guru, sebab di sanalah
terdapat keberkahan ilmu.
Dalam kitab at-Tibyân
fî Adâb Hamalati al-Qurân, disebutkan bahwa Rabi’ bin Sulaiman, murid
sekaligus sahabat Imam asy-Syafi’i, tidak berani minum di hadapan Imam asy-Syafi’i,
karena segan padanya. (Imam an-Nawawi, at-Tibyân fî Adâb Hamalati
al-Qurân, Dar el-Minhaj, halaman 64)
Selain itu,
seorang murid mesti berprasangka baik kepada
gurunya, jangan sampai tersirat buruk sangka yang menyebabkan hilangnya
keberkahan ilmu. Berbeda pendapat boleh, namun rasa hormat jangan sampai hilang
dari seorang murid.
Imam
an-Nawawi, dalam kitabnya at-Tibyân fî Adâb Hamalati al-Qurân,
menyebutkan doa agar kita terhindar dari mengetahui aib seorang guru.
اَللَّهُمَّ اسْتُرْ عَيْبَ مُعَلِّمِي
عَنِّي وَلَا تُذْهِبْ بَرَكَةَ عِلْمِهِ مِنِّي
[ALLÂHUMMA-STUR ‘AIBA MU‘ALLIMÎ ‘ANNÎ WALÂ TADZHAB BARAKATA ‘ILMIHI MINNÎ]
“Ya Allah,
tutupilah aib guruku dariku, dan jangan Engkau hilangkan berkah ilmunya
dariku.”
Dengan doa
ini, semoga kita dapat meraih ilmu yang bermanfaat dengan tetap menjaga
prasangka yang baik kepada guru-guru kita semua. Amiin..
Sumber: Di sini
Sumber: Di sini
0 comments:
Post a Comment