Kajian Seputar Aqidah dan Amaliah Aswaja

Tuesday, October 23, 2018

Tentang Bendera Nabi, Jangan Mau Dibohongi HTI dan ISIS

Perihal bendera Nabi Saw, setidaknya ada enam riwayat yang diperbincangkan. Silakan disimak:
 
Riwayat Pertama
 
حَدَّثَنَا إِبْرَاهِيمُ بْنُ مُوسَى الرَّازِيُّ، أَخْبَرَنَا ابْنُ أَبِي زَائِدَةَ، أَخْبَرَنَا أَبُو يَعْقُوبَ الثَّقَفِيُّ، حَدَّثَنِي يُونُسُ بْنُ عُبَيْدٍ مَوْلَى مُحَمَّدِ بْنِ الْقَاسِمِ، قَالَ: بَعَثَنِي مُحَمَّدُ بْنُ الْقَاسِمِ إِلَى الْبَرَاءِ بْنِ عَازِبٍ يَسْأَلُهُ عَنْ رَايَةِ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَاهِىَ؟ فَقَالَ: كَانَتْ سَوْدَاءَ مُرَبَّعَةً مِنْ نَمِرَةٍ.
Telah menceritakan kepada kami Ibrahim bin Musa ar-Razi, … Yunus bin Ubaid diutus Muhamad bin al-Qasim untuk bertanya kepada Bara bin Azib tentang bendera Nabi Saw, Bara menjawab, “Bendera Nabi Saw berwarna hitam, berbentuk segi empat (bujur sangkar), terbuat dari kain wol.” (HR Abu Daud).
 
Sanad hadis: hasan gharib, menurut at-Tirmizi (at-Tirmizi, 1996, vol. 3, hlm. 306, hadis no. 1680); hasan, menurut al-Bukhari (al-Manawi, Faidhul Qadir 1972, hlm. 171); dhaif, menurut ulama yang lain (Ahmad bin Hanbal, 1999, vol. 30., hlm. 589, hadis no. 18627).
 
Riwayat Kedua:
 
حَدَّثَنَا إِسْحَاقُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ الْمَرْوَزِيُّ وَهُوَ ابْنُ رَاهَوَيْهِ، حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ آدَمَ، حَدَّثَنَا شَرِيكٌ، عَنْ عَمَّارٍ الدُّهْنِيِّ، عَنْ أَبِي الزُّبَيْرِ، عَنْ جَابِرٍ، يَرْفَعُهُ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، أَنَّهُ كَانَ لِوَاؤُهُ يَوْمَ دَخَلَ مَكَّةَ أَبْيَضَ.
Telah menceritakan kepada kami Ishak bin Ibrahim al-Marwazi, … dari Jabir, bahwasanya panji Nabi Saw saat memasuki Makkah berwarna putih. (HR Abu Daud).
 
Sanad hadis: gharib, menurut al-Bukhari (al-Mizi, Tuhfatul Asyraf, 1999, vol. 2, hlm. 441, hadis no. 2889); gharib oleh at-Tirmizi (Abu Daud, 1999, hlm. 293, hadis no. 2592).; sahih menurut Muslim (al-Hakim, al-Mustadrak, 1998, vol. 2, hlm. 126, hadis no. 2560).
 
Riwayat Ketiga:
 
حَدَّثَنَا عُقْبَةُ بْنُ مُكْرَمٍ، حَدَّثَنَا سَلْمُ بْنُ قُتَيْبَةَ الشَّعِيرِيُّ، عَنْ شُعْبَةَ، عَنْ سِمَاكٍ، عَنْ رَجُلٍ مِنْ قَوْمِهِ، عَنْ آخَرَ مِنْهُمْ قَالَ: رَأَيْتُ رَايَةَ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ صَفْرَاءَ.
Telah menceritakan kepada kami Uqbah bin Mukram, … dari sahabat yang tidak diketahui namanya, ia berkata, “Aku melihat bahwasanya bendera Nabi Saw berwarna kuning.” (HR Abu Daud).
 
Sanad hadis: tidak jelas ( جَهالة ) dan/atau tidak diketahui ( مجهول ). (Ibnu al-Mulaqin, al-Badru al-Munir, 2004, vol. 9, hlm. 63-64; ar-Rubai, Fathul Ghafar, 1427, vol. 4, hlm. 1761, hadis no. 5177).
 
Riwayat Keempat:
 
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ رَافِعٍ قَالَ: حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ إِسْحَاقَ وَهُوَ السَّالِحَانِيُّ قَالَ: حَدَّثَنَا يَزِيدُ بْنُ حَيَّانَ، قَال: سَمِعْتُ أَبَا مِجْلَزٍ لَاحِقَ بْنَ حُمَيْدٍ يُحَدِّثُ، عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ: كَانَتْ رَايَةُ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ سَوْدَاءَ، وَلِوَاؤُهُ أَبْيَضَ
Telah menceritakan kepada kami Muhamad bin Rafik, … dari Ibnu Abas, ia berkata, Bendera Rasulullah Saw berwarna hitam, sedang panjinya berwarna putih.” (HR at-Tirmizi,).
 
Sanad hadis: gharib, menurut a-Tirmizi (al-Mubarakfuri, Tuhaftul Ahwazi, tt., vol. 5, hlm. 328, hadis no. 1732); dhaif, menurut al-Iraqi (al-Iraqi, Turhut Tasrib, tt., vol. 7, hlm. 220).
 
Riwayat Kelima:
 
أَخْبَرَنَا أَبُوْ عَبْدِ اللهِ الْحَافِظُ، قال: حَدَّثَنَا أَبُو الْعَبَّاسِ (محمد بن يعقوب)، قال: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنِ عَبْدِ الْجَبَّارِ، قال: حدثنا يونس بن بُكَيْرٍ، عَنْ ابْنِ إِسْحَاقَ، قَالَ: قَالَ عَبْدُ اللهِ بْنِ أَبِي بَكْرٍ، عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ: كَانَ لِوَاءُ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمَ الْفَتْحِ أَبْيَضَ، وَرَايَتُهُ سَوْدَاءَ قِطْعَةَ مِرْطٍ مُرَجَّلٍ ، وَكَانَتْ الرَّايَةُ تُسَمَّى الْعُقَابَ.
Telah mengabarkan kepada kami Abu Abdillah al-Hafiz, … dari Aisyah ra, ia berkata, Panji Rasulullah saat memasuki kota Makkah berwarna putih, sedang benderanya berwarna hitam berbahan potongan kain wol yang bergambar laki-laki, dan bendera itu dinamai Uqab.” (HR al-Baihaqi, Dalailun Nubuwah, 1988, vol. 5, hlm. 68).
 
Penjelasan perihal sanad hadis yang bersumber dari Aisyah ini belum ditemukan. Adapun, yang ada penjelasannya bersumber dari al-Hasan:
 
حَدَّثَنَا وَكِيعٌ، قَالَ ثنا سُفْيَانُ، عَنْ أَبِي الْفَضْلِ، عَنِ الْحَسَنِ، قَالَ: كَانَتْ رَايَةُ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ سَوْدَاءَ تُسَمَّى الْعُقَابَ.
“Telah menceritakan kepada kami Waki’, … dari al-Hasan, ia berkata, Bahwasanya bendera Nabi Saw berwarna hitam dan dinamai Uqab”. (HR Ibnu Abi Syaibah).
 
Sanad hadis: mursal (Ibnu Abi Syaibah, 2008, vol. 11, hlm. 220; al-Iraqi, al-Mughni, 1995, vol. 1, hlm. 672).
 
Riwayat Keenam:
 
حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ زَنْجُوَيْهِ الْمُخَرِّمِيُّ، نَا مُحَمَّدُ بْنُ أَبِي السَّرِيِّ الْعَسْقَلَانِيُّ، نَا عَبَّاسُ بْنُ طَالِبٍ، عَنْ حَيَّانَ بْنِ عُبَيْدِ اللهِ، عَنْ أَبِي مِجْلَزٍ، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ، قَالَ: كَانَتْ رَايَةُ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ سَوْدَاءَ وَلِوَاءُهُ أَبْيَضَ، مَكْتُوبٌ فِيْهِ: لَا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ مُحَمَّدٌ رَسُولُ اللهِ
Telah menceritakan kepada kami Ahmad bin Zanjuwaih al-Mukharimi, … dari Ibnu Abas ra, ia berkata, Bendera Rasulullah Saw berwarna hitam, sedang panjinya berwarna putih dan ada tulisan kalimat tauhid.” (HR Abu asy-Syekh).
 
Sanad hadis: daif, menurut mayoritas ulama (Abu asy-Syekh, 1998, vol. 2, hlm. 416); sangat daif, menurut ibnu Hajar al-Asqalani. (ibnu Hajar al-Asqalani, Fathul Bari, 2001, vol. 6, hlm. 147).
 
Poin penting dari sejumlah riwayat di atas: 
 
1. Pemakaian bendera sebagai simbol identitas kelompok masyarakat sudah ada jauh sebelum Nabi Saw menggunakannya. Dengan kata lain, penggunaan bendera adalah murni produk budaya yang dikembangkan sesuai selera masing-masing komunitas masyarakat—meliputi bentuk dan warna bendera, bukan produk syariat agama. 
 
 
2. Merujuk pada sejumlah riwayat di atas, dijelaskan bahwa bentuk bendera Nabi Saw adalah segi empat ‘bujur sangkar’ ( مُرَبَّعٌ ), bukan persegi panjang ( مُسْتَطِيْلٌ). Bila informasi ini dianggap sebagai hukum syariat agama, maka penggunaan bendera persegi panjang, yang kemudian dinisbatkan sebagai bendera Nabi Saw tentu saja berdosa, karena menyalahi dan mengingkari ketentuan asalnya.
 
3. Terkait warna bendera Nabi Saw terjadi perbedaan, yakni warna hitam, kuning, merah, dan putih. Seandainya beragam informasi di atas dapat dipakai semua ( الجمع بين الأحاديث ), maka penjelasan yang bisa dikatakan, bahwa warna bendera Nabi Saw itu berubah-ubah sesuai kondisi dan kebutuhan. (as-Sahrazuri, Muqadimah ibnu Shalah, 2006, hlm. 296).
 
4. Terkait tulisan kalimat tauhid, mayoritas informasi yang ada menjelaskan, bahwa yang bertuliskan kalimat tauhid adalah bendera Nabi SAW, semisal yang dikeluarkan ibnu Hajar al-Asqalani:
 
كان مكتوبا على رايته: لَا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ مُحَمَّدٌ رَسُولُ اللهِ
“Bendera Nabi Saw bertuliskan kalimat tauhid.” (Ibnu Hajar al-Asqalani, Fathul Bari, 2001, vol. 6, hlm. 147).
 
Namun, bagi penulis, hal tersebut menjadi aneh, karena term راية masuk kategori lafal muannas, sementara kata ganti (dhamir) yang dipakai dalam informasi keenam merujuk pada lafal muzakkar, yakni term لواء . Oleh karena itu, penulis berpandangan bahwa yang bertuliskan kalimat tauhid bukanlah bendera Nabi Saw, melainkan panji Nabi Saw, itu saja kalau informasi keenam dapat digunakan. Namun sayangnya, informasi keenam yang menjelaskan tulisan kalimat tauhid tidak bisa dijadikan dasar hukum, kecuali bagi mereka yang tetap memaksakannya sebagai dasar hukum.
 
Selain itu, yang perlu diperhatikan bahwa penggunaan bendera tidak ada sangkut pautnya dengan syariat agama, begitu pula terkait bentuk ukuran dan warnanya. Bukankah warna bendera para raja paska-khalifah pengganti Nabi Saw juga berbeda-beda?
 
1. Dinasti Abasiah, mereka menggunakan bendera warna hitam. Namun, pemilihan warna hitam bukan karena mengikuti informasi yang menjelaskan bila bendera Nabi SAW berwarna hitam, melainkan sebagai tanda kesedihan atas gugurnya para syuhada dari Bani Hasyim ( حزنا على شهدائهم من بني هاشم ), disamping sebagai celaan pada Bani Umayah yang telah membunuh mereka ( نعيا على بني أمية في قتلهم ). Oleh karenya, bendera tersebut dinamai al-musawwidah ( المسوِّدة ).
 
2. Dinasti Fatimiah ( العُبَيْدِيُّون ), mereka memakai bendera berwarna putih, yang dinamai al-mubaiyidhah ( المُبَيِّضَة ).
 
3. Khalifah al-Makmun, ia tidak menggunakan bendera warna hitam maupun putih, melainkan menggunakan bendera warna hijau ( الْخَضْرَاء ). (Ibnu Khaldun, al-Muqadimah, 2006, hlm. 202).
 
4. Bahkan hingga sekarang, mayoritas negara-negara di Arab maupun Timur Tengah menggunakan bendera yang berwarna-warni, ada yang hijau, merah, atau kombinasi antara hijau-putih-hitam, dan lain sebagainya.
 
Bendera ISIS dan HTI sama dengan Bendera Rasulullah? (Disarikan dari penjelasan Gus Nadir)
 
ISIS dan HTI sama-sama mengklaim bendera dan panji yang mereka miliki adalah sesuai dengan Liwa dan Rayah-nya Rasulullah. Benarkah? Tentu saja tidak! Kalau klaim mereka benar, kenapa bendera ISIS dan HTI berbeda design dan khat tulisan arabnya? 
 
Konteks bendera dan panji yang dipakai Rasul sewaktu perang adalah untuk membedakan pasukan Rasul dengan musuh. Bukan dipakai sebagai bendera negara. Jadi kalau ISIS dan HTI tiap saat mengibarkan liwa dan rayah, apakah mereka mau perang terus? Kemana-mana kok mengibarkan bendera perang?
 
Bendera ISIS dan HTI tidak memliki landasan yang kuat. Tidak ada perintah dari Rasulullah Saw untuk kita mengangkat bendera semacam itu. Tidak ada kesepakatan mengenai warnanya, apakah ada tulisan atau kosong saja, dan tidak pula ada kesepakatan dalam praktik khilafah pada masa lalu, dan lebih lagi para ahli hadits, seperti Ibn Hajar, menganggap riwayatnya tidak sahih.
 
Katakanlah ada tulisannya, maka tulisan khat zaman Rasul dulu berbeda dengan yang ada di bendera ISIS dan HTI. Zaman Rasul, tulisan Al-Qur’an belum ada titik, dan khatnya masih khat pra-Islam, yaitu khat kufi. Itulah sebabnya meski mirip, namun bendera ISIS dan HTI itu beda khatnya. Kenapa? Itu karena tulisan khat-nya rekaan mereka saja. Tidak ada contoh yang otentik dan sahih bendera Rasul itu seperti apa. Itu rekaan alias imajinasi orang-orang ISIS dan HTI berdasarkan hadits-hadits yang tidak sahih.
 
Oleh karena itu jangan mau dibohongi oleh HTI dan ISIS. Perkara ini bukan masuk kategori syari’ah yang harus ditaati. Tidak usah ragu menurunkan bendera HTI dan ISIS. Itu bukan bendera Islam, bukan bendera Tauhid.
 
Tapi ada tulisan tauhidnya? Masak kita alergi dengan kalimat tauhid? Itu hanya akal-akalan mereka saja. Untuk mengujinya gampang saja, kenapa HTI tidak mau mengangkat bendera ISIS dan kenapa orang ISIS tidak mau mengibarkan bendera HTI, padahal sama-sama ada kalimat Tauhid-nya? Itu karena sifat sebuah bendera di masa modern ini sudah merupakan ciri khas perangkat dan simbol negara. Misalnya warga Indonesia tidak mau mengangkat bendera Belanda atau lainnya. Bukan karena benci dengan pilihan warna bendera mereka, tapi karena itu bukan bendera negara kita.
 
Bendera itu merupakan ciri khas sebuah negara. Apa HTI dan ISIS mau mengangkat bendera berisikan kalimat Tauhid yang khat dan layout-nya berbeda dengan ciri khas milik mereka? Atau angkat saja deh bendera Arab Saudi yang juga ada kalimat Tauhidnya. Gimana? Gak bakalan mau kan. Karena bendera sudah menjadi bagian dari gerakan mereka. Maka jelas bendera ISIS dan HTI bukan bendera Islam, bukan bendera Rasul, tapi bendera ISIS dan HTI.
 
Itu sebabnya Habib Luthfi bin Yahya dengan tegas meminta bendera HTI diturunkan dalam sebuah acara. Mursyid yang juga keturunan Rasulullah ini paham benar dengan sejarah dan status hadits soal bendera ini.
 
Wallahu a’lam
Share:

0 comments:

Post a Comment

Waktu Saat Ini


Syubbanul Wathon

Tahlilan

Tamu Online