Sayidina Umar bin Khaththab ra pernah berkata:
“Andai saja aku seekor kibas (domba)
milik keluargaku, lalu mereka memberiku makan supaya aku gemuk. Hingga ketika
aku sudah menjadi gemuk, dan orang-orang yang mereka sayangi mengunjungi
mereka, lalu (aku disembelih) dan sebagian dijadikan sate, serta sebagian lagi
dijadikan dendeng. Kemudian mereka memakanku dan membuangku sebagai kotoran,
sehingga aku tidak pernah menjadi manusia.”
Tegukan Hikmah:
Nasihat ini termaktub dalam Kitab Tahdzib
Hilyatil Auliya’, I/72.
Di dalamnya terdapat pengakuan jujur
seorang Sayidina Umar bin Khaththab ra bahwa menjadi seorang manusia tidaklah mudah.
Manusia merupakan makhluk paling mulia di antara seluruh makhluk yang
diciptakan oleh Allah Ta’ala. Namun, bersamaan dengan kemuliaannya itu, manusia
memiliki beban berat berupa tanggung jawab yang kelak harus diberikan di
hadapan Tuhan.
Allah menciptakan manusia tidaklah
sia-sia dan tanpa tujuan. Manusia telah dipilih oleh-Nya sebagai khalifah di
permukaan bumi ini. Kedudukan sebagai khalifah memberikan kepada manusia posisi
yang paling mulia di antara makhluk lainnya, namun sikap tidak amanah dalam
menjalankan tugas sebagai khalifah di muka bumi dapat menyebabkan manusia
menjadi makhluk paling hina di antara makhluk yang diciptakan Tuhan.
Melalui ungkapannya ini, Sayidina
Umar ra menasihatkan
kepada kita agar benar-benar menjalani kehidupan ini sesuai dengan ketentuan
Allah dan Rasul-Nya. Kalau tidak, jauh lebih baik bagi kita untuk menjadi
seekor kibas yang kemudian disembelih, lalu dimakan, dan akhirnya menjadi
kotoran yang dibuang. Mengapa Sayidina Umar ra menggambarkan demikian? Karena kehidupan kibas
yang disembelih, dimakan, dan akhirnya menjadi kotoran itu tak pernah dimintai
oleh Allah pertanggungjawaban sampai kapan pun, sehingga kotoran menjadi akhir
segalanya baginya.
0 comments:
Post a Comment