Kajian Seputar Aqidah dan Amaliah Aswaja

Friday, August 3, 2018

Wasiat Wirid Rasulullah kepada Mu'adz bin Jabal, Dibaca Setelah Shalat

Biasanya, seseorang akan memberikan hadiah spesial kepada orang yang dicintainya. Begitu juga Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam yang sangat mencintai orang-orang shalih, terlebih mereka yang mempunyai andil besar dalam berdakwah.

Sahabat Muadz misalnya. Pemuda ganteng tanpa jenggot yang sudah masuk Islam di usianya ke-18 tahun ini merupakan satu dari empat orang sahabat Anshar yang mengumpulkan tulisan Al-Qur’an pada masa Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam bersama Ubadah, Ubay, Abu Ayub, dan Abu ad-Darda'. Dalam satu riwayat dikatakan, Rasulullah menyuruh para sahabat untuk belajar Al-Qur’an kepada empat sahabat. Satu di antaranya adalah Muadz ibn Jabal (Lihat: Shahîh Bukhâri, hadits nomor 4615). 

Terdapat segudang prestasi yang diraih oleh Muadz selama hidupnya. Ia termasuk orang yang mengikuti Bai'atul Aqabah II (perjanjian bersama Rasulullah, 622 M), penghafal Al-Qur’an, dan satu dari enam orang yang sudah mempunyai wewenang berfatwa pada zaman Nabi selain Umar, Utsman, Ali dari sahabat Muhajirin, dan Ubay ibn Ka'b serta Zaid dari sahabat Anshar. 

Cinta Rasulullah kepada Sahabat Muadz di antaranya diakui oleh Muadz sendiri dalam hadits berikut: 

عَنْ مُعَاذِ بْنِ جَبَلٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَخَذَ بِيَدِهِ وَقَالَ: يَا مُعَاذُ ! وَاللهِ إِنِّي لَأُحِبُّكَ، فَقَالَ : أُوصِيكَ يَا مُعَاذُ لَا تَدَعَنِّ فِي دُبُرِ كُلِّ صَلَاةٍ تَقُولُ : اللَّهُمَّ أَعِنِّي عَلَى ذِكْرِكَ وَشُكْرِكَ وَحُسْنِ عِبَادَتِكَ
"Dari Muadz bin Jabal radliyallahu anhu, sesungguhnya Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam mengambil tangannya, lalu bersabda, Hai Muadz, demi Allah, sesungguhnya aku mencintaimu.’ Setelah mengatakan demikian, Rasulullah bersabda kembali, ‘Aku berpesan kepadamu, wahai Muadz: Jangan sampai kamu meninggalkan setiap selesai melaksanakan shalat supaya membaca:

اللَّهُمَّ أَعِنِّي عَلَى ذِكْرِكَ وَشُكْرِكَ وَحُسْنِ عِبَادَتِكَ
Allâhumma aínnî 'alâ dzikrika wa syukrika wa husni 'ibâdatik
'Ya Allah, semoga Engkau memberi pertolongan kepada kami untuk bisa selalu ingat (dzikir) kepada-Mu, syukur kepada-Mu, dan beribadah dengan baik kepada-Mu’." (Al-Hâfidz Abu Dâwud bin al-Asy'ats al-Azdiy as-Sijistâniy, Sunan Abî Dâwud, Dârur Risâlah al-Alamiyyah, Beirut, 2009, juz 2, halaman 631)

Pada hadits di atas, Muadz kemudian mewasiatkan kepada as-Sunâbihiy, as-Sunâbihiy lalu meriwayatkannya kepada Abdurrahman. 

Cendera mata Nabi tidak berupa harta benda yang akan mudah lenyap. Tapi yang diberikan adalah doa spesial. Dengan begitu, semua umat Islam bisa ikut mengamalkan cendera mata tersebut. Berbeda jika berupa pakaian. Hanya bisa dipakai Muadz sendiri. Inilah pemberian yang manfaatnya luas. 

Hingga sekarang, mata rantai sanad hadits yang terkenal dengan sebutan hadits musalsal bil mahabbah tersebut masih diabadikan sebagian kalangan. Biasanya hadits tersebut diberikan khusus kepada orang yang dicintai semisal guru kepada murid yang telah menuntaskan semua bidang keilmuan atau karena alasan-alasan lain.
 
Sumber: NU Online 
Share:

0 comments:

Post a Comment

Waktu Saat Ini


Syubbanul Wathon

Tahlilan

Tamu Online