Kajian Seputar Aqidah dan Amaliah Aswaja

Friday, August 31, 2018

Terminal Pertama Menuju Akhirat

Diriwayatkan bahwa jika melewati kuburan, Sayidina Utsman bin Affan ra berhenti dan menangis hingga membasahi jenggotnya. Lalu, ada yang berkata kepadanya, “Saat engkau ingat surga dan neraka, engkau tidak menangis. Tapi mengapa saat melewati kuburan ini engkau justru menangis?”

Sayidina Utsman bin Affan ra pun menjawab, “Sesunggunya Rasul Saw pernah bersabda, ‘Kubur itu adalah terminal pertama menuju akhirat. Jika seseorang selamat dari siksanya, maka setelahnya akan menjadi lebih mudah baginya. Namun jika ia tidak bisa lolos dari siksanya, maka yang setelahnya akan menjadi lebih sulit untuknya.’”

Tegukan Hikmah:
Nasihat ini termaktub dalam kitab Az-Zuhdu, halaman 160.

Melalui sikapnya itu, Sayidina Utsman bin Affan ra sebenarnya ingin mengingatkan kita agar tidak melupakan alam kubur. Ada banyak orang yang sangat takut terhadap siksa neraka namun melupakan keadaan alam kubur. Padahal alam kubur, sebagaimana yang dikutip Sayidina Utsman ra dari sabda Nabi Saw, merupakan terminal utama yang cukup berperan dalam menentukan keadaan macam apa yang akan kita alami di akhirat kelak.

Alam kubur bisa dikatakan sebagai miniatur akhirat. Apa yang kita alami di alam kubur merupakan gambaran keadaan yang akan kita alami di akhirat. Jika seseorang mendapati alam kuburnya sebagai taman-taman surga, maka ia layak berbahagia, karena di akhirat kelak ia benar-benar akan merasakan kenikmatan surga yang sesungguhnya. Namun, jika di alam kubur ia menerima keadaan parit-parit neraka, maka itu adalah kepedihan awal, karena di akhirat kelak ia benar-benar akan merasakan kepedihan siksa neraka yang sesungguhnya. 

Oleh karena merenungkan keadaan itulah Sayidina Utsman bin Affan ra selalu menangis jika melewati kompleks pemakaman. Ia takut jika tidak mampu meloloskan diri dari siksa alam kubur. Kalau Sayidina Utsman ra saja menangis saat melalui kompleks pemakaman, sementara ia telah dijamin Allah masuk surga, bukankah kita lebih layak untuk meratapinya karena tak seorang pun yang menjamin kita akan lolos dari siksa alam kubur? Lalu, mengapa kita belum juga menangis untuk itu? Mulai sekarang, menangislah!
Share:

0 comments:

Post a Comment

Waktu Saat Ini


Syubbanul Wathon

Tahlilan

Tamu Online