Sayidina Ali bin Abu Thalib ra pernah berkhutbah, setelah memuji dan
mengagungkan Allah Swt, ia berkata:
“Amma ba’du…
Janganlah seseorang itu melebihkan perhatiannya kecuali kepada dirinya sendiri.
Sesungguhnya barangsiapa yang memperhatikan orang lain, maka ia terpaling dari
surga, sedangkan neraka ada di hadapannya.
Orang yang
berusaha bersungguh-sungguh akan beruntung. Orang yang memohon akan
mengharapkan (agar permohonannya dikabulkan). Orang yang meremehkan (urusan
agamanya), nerakalah tempatnya.
Celakalah
orang yang mengaku-ngaku dan binasalah orang yang meremehkan. Kanan dan kiri
itu menyesatkan dan yang tengah-tengah itulah yang selamat, yakni yang
berpegang pada Kitab dan Sunnah serta atsar-atsar nubuwwah.”
Tegukan Hikmah:
Nasihat ini
termaktub dalam kitab Al-Bayan wat Tabyin, II/50 dan Al-Aqdul Farid, IV/62.
Ada sejumlah
nasihat yang bisa kita petik dari ungkapan Sayidina Ali bin Abu Thalib ra ini. Pertama, beliau menjelaskan kepada kita
agar memberikan perhatian penuh kepada diri kita sendiri, bukan kepada orang
lain. Maksudnya adalah perhatikanlah diri sendiri, jangan sibuk memperhatikan
orang lain. Hitunglah amalmu sendiri, jangan menyibukkan diri menghitung-hitung
amal orang lain. Cacatlah dirimu sendiri, jangan menghabiskan waktumu untuk menyacat orang
lain. Kira-kira seperti itulah yang dipesankan oleh Sayidina Ali ra.
Menurut
beliau, orang yang sibuk memperhatikan orang lain akan terpaling dari surga,
sementara neraka berada di hadapannya. Artinya, orang yang berperilaku demikian
lebih besar kemungkinan akan terjerumus ke dalam neraka daripada masuk surga,
namun sayang, biasanya ia tidak akan menyadarinya.
Kedua, Sayidina Ali ra menyebutkan kepada kita tiga tipe manusia: yang
bersungguh-sungguh dalam beramal, maka ia akan beruntung; yang memohon dan
mengharap kepada Allah, maka Allah akan mengabulkan harapannya; dan yang
memandang remeh urusan agama, maka kelak nerakalah tempat kembalinya. Tentukan
sejak saat ini, golongan mana yang akan Anda masuki.
Ketiga, Sayidina Ali ra menasihati kita agar tidak terjerumus ke dalam kelompok
ekstrem kanan maupun ekstrem kiri, karena kedua-duanya akan menyesatkan. Yang kanan
cenderung mengaku-ngaku sebagai kelompok yang paling sesuai dengan hukum Allah
dan Sunnah Nabi, lalu menganggap kelompok mereka sebagai satu-satunya pewaris
surga. Mereka hanya mengaku-ngaku dan itu merupakan sikap yang mencelakakan.
Demikian pula yang kiri. Kelompok ini cenderung memandang remeh urusan agama,
bahkan memandang tak ada urusan apa pun yang paling remeh selain urusan agama.
Sikap meremehkan ini pun akan sangat mencelakakan. Singkat kata, tak ada yang
bisa dipilih antara ekstrem kanan dan kiri. Yang terbaik, menurut Sayidina Ali bin Abu Thalib ra adalah mengambil sikap di tengah-tengah.
Sikap pertengahan ini adalah sikap orang-orang yang berpegang kepada al-Qur’an
dan Sunnah Rasul Saw. Kalau Sayidina Ali ra saja
mengambil sikap yang di tengah-tengah, bukankah layak bagi kita untuk menyontoh
beliau?
0 comments:
Post a Comment