Kajian Seputar Aqidah dan Amaliah Aswaja

Saturday, May 18, 2019

Penjelasan tentang Kemaksiatan Hati (Bagian Keenam)

وَاْلأَخْبَارُ فِي الْحَسَدِ وَالْكِبْرِ وَالرِّيَاءِ وَالْعُجْبِ كَثِيْرَةٌ، وَيَكْفِيْكَ فِيْهَا حَدِيْثٌ وَاحِدٌ جَامِعٌ
Hadits-hadits Nabi SAW yang menjelaskan perihal hasad, sombong, riya’ dan ‘ujub sangatlah banyak. Namun cukuplah bagimu untuk mencermati satu hadits lengkap berikut ini:
 
فَقَدْ رَوَى اِبْنُ الْمُبَارَكِ بِإِسْنَادِهِ عَنْ رَجُلٍ أَنَّهُ قَالَ لِمُعَاذٍ: يَا مُعَاذُ حَدِّثْنِيْ حَدِيْثًا سَمِعْتَهُ مِنْ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، قَالَ: فَبَكَى مُعَاذٌ حَتَّى ظَنَنْتُ أَنَّهُ لاَ يَسْكُتُ، ثُمَّ سَكَتَ، ثُمَّ قَالَ: وَاَشَوْقَاهُ إِلَى رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَإِلَى لِقَائِهِ
Ibnu al-Mubarak telah meriwayatkan dengan sanadnya dari seorang laki-laki[1] yang berkata kepada Mu’adz: “Ya Mu’adz, sampaikan padaku satu hadits yang pernah engkau dengar dari Rasulullah SAW.” Laki-laki itu berkata: “Maka menangislah Mu’adz lama sekali hingga aku mengira bahwa ia tidak akan menghentikan tangisannya itu. Namun ternyata ia kemudian diam, lalu berkata: “Wahai…, betapa rindunya aku kepada Rasulullah SAW sehingga aku merasa sangat ingin bertemu dengan beliau.”
 
ثُمَّ قَالَ: سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُوْلُ لِيْ: يَا مُعَاذُ، إِنِّيْ مُحَدِّثُكَ بِحَدِيْثٍ إِنْ أَنْتَ حَفِظْتَهُ نَفَعَكَ عِنْدَاللهِ، وَإِنْ أَنْتَ ضَيَّعْتَهُ وَلَمْ تَحْفَظْهُ اِنْقَطَعَتْ حُجَّتُكَ عِنْدَ اللهِ تَعَالَى يَوْمَ الْقِيَامَةِ
Kemudian Mu’adz berkata: “Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda kepadaku: “Ya Mu’adz, sesungguhnya aku akan menyampaikan kepadamu sebuah hadits yang apabila engkau menghapal dan menjaganya, maka ia akan bermanfaat bagimu kelak di hadapan Allah. Namun jika engkau mengabaikannya dan tidak menjaganya, maka terputuslah hujjahmu kelak di hadapan Allah pada hari Kiamat.
 
يَا مُعَاذُ، إِنَّ اللهَ تَبَارَكَ وَتَعَالَى خَلَقَ سَبْعَةَ أَمْلاَكٍ قَبْلَ أَنْ يَخْلُقَ السَّمَوَاتِ وَاْلأَرْضَ، فَجَعَلَ لِكُلِّ سَمَاءِ مِنَ السَّبْعِ مَلَكًا بَوَّابًا عَلَيْهَا، فَتَصْعَدُ الْحَفَظَةُ بِعَمَلِ الْعَبْدِ مِنْ حِيْنِ يُصْبِحْ إِلَى حِيْنِ يُمْسِيْ، لَهُ نُوْرٌ كَنُوْرِ الشَّمْسِ، حَتَّى إِذَا صَعِدَتْ بِهِ إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا زَكَّتْهُ وَكَثَرَّتْهُ، فَيَقُوْلُ الْمَلَكُ الْمُوَكَّلُ بِهَا لِلْحَفَظَةِ: اِضْرِبُوْا بِهَذَا الْعَمَلِ وَجْهَ صَاحِبِهِ، أَنَا صَاحِبُ الْغِيْبَةِ، أَمَرَنِيْ رَبِّيْ أَلاَّ أَدَعَ عَمَلَ مَنِ اغْتَابَ النَّاسَ يُجَاوِزُنِيْ إِلَى غَيْرِيْ
“Wahai Mu’adz, sesungguhnya Allah SWT telah menciptakan tujuh malaikat sebelum menciptakan langit dan bumi. Lalu, Allah menjadikan pada masing-masing langit yang tujuh lapis itu seorang malaikat penjaga pintu. Apabila malaikat pencatat amal naik dengan membawa amal seorang hamba pada pagi hingga sore hari, amal itu bersinar laksana sinar matahari. Tatkala sampai di langit dunia, ia pun akan menyebut-nyebutnya berulang kali. Maka berkatalah malaikat penjaga pintu langit dunia: “Lemparlah wajah si pemilik amal dengan amal ini. Aku adalah malaikat yang mengurusi persoalan ghibah. Allah telah memerintahkan padaku agar tidak membiarkan amal orang yang menggunjing (melakukan ghibah terhadap) orang lain melewatiku menuju pintu-pintu langit yang lain.
 
قَالَ: ثُمَّ تَأْتِي الْحَفَظَةُ بِعَمَلٍ صَالِحٍ مِنْ أَعْمَالِ الْعَبْدِ لَهُ نُوْرٌ فَتُزَكِّيَهُ وَتُكَثِّرَهُ حَتَّى تَبْلُغَ بِهِ إِلَى السَّمَاءِ الثَّانِيَةِ، فَيَقُوْلُ لَهُمُ الْمَلَكُ الْمُوَكَّلُ بِهَا: قِفُوْا، وَاضْرِبُوْا بِهَذَا الْعَمَلِ وَجْهَ صَاحِبِهِ، إِنَّهُ أَرَادَ بِعَمَلِهِ عَرَضَ الدُّنْيَا، أَنَا مَلَكُ الْفَخْرِ، أَمَرَنِيْ رَبِّيْ أَنْ لاَ أَدَعَ عَمَلَهُ يُجَاوِزُنِيْ إِلَى غَيْرِيْ، إِنَّهُ كَانَ يَفْتَخِرُ عَلَى النَّاسِ فِيْ مَجَالِسِهِمْ
“Rasulullah SAW bersabda: “Kemudian datang malaikat pencatat amal dengan membawa amal shalih dari seorang hamba, yang amal itu bercahaya terang. Ia pun berulang kali memuji-mujinya hingga sampai di langit ke dua. Malaikat penjaga pintu langit kedua kemudian berkata: “Berhenti! Lemparlah wajah si pemilik amal dengan amal itu, karena sesungguhnya dengan amal itu yang ia harapkan hanyalah kenikmatan dunia. Aku adalah malaikat yang mengurusi persoalan kesombongan. Allah telah memerintahkan padaku agar tidak membiarkan amalnya melewatiku menuju pintu-pintu langit yang lain. Karena sesungguhnya ia sering menyombongkan dirinya di hadapan manusia ketika berada di berbagai majelis.
 
قَالَ: وَتَصْعَدُ الْحَفَظَةُ بِعَمَلِ الْعَبْدِ يَبْتَهِجُ نُوْرًا، مِنْ صَدَقَةٍ وَصَلاَةٍ وَصِيَامٍ، قَدْ أُعْجِبَ الْحَفَظَةَ، فَيُجَاوِزُوْنَ بِهِ إِلَى السَّمَاءِ الثَّالِثَةِ، فَيَقُوْلُ لَهُمُ الْمَلَكُ الْمُوَكَّلُ بِهَا: قِفُوْا، وَاضْرِبُوْا بِهَذَا الْعَمَلِ وَجْهَ صَاحِبِهِ، أَنَا مَلَكُ الْكِبْرِ، أَمَرَنِيْ رَبِّيْ أَنْ لاَ أَدَعَ عَمَلَهُ يُجَاوِزُنِيْ إِلَى غَيْرِيْ؛ إِنَّهُ كَانَ يَتَكَبَّرُ عَلَى النَّاسِ فِيْ مَجَالِسِهِمْ
“Rasulullah SAW bersabda: “Malaikat pencatat amal kemudian naik dengan membawa amal seorang hamba berupa shadaqah, shalat dan puasa yang dihiasi oleh pancaran cahaya. Hal itu benar-benar membuat takjub malaikat pencatat amal. Amal itu dibawa hingga ke langit ke tiga. Kemudian malaikat penjaga pintu langit ke tiga berkata: “Berhenti! Lemparlah wajah si pemilik amal dengan amal itu. Aku adalah malaikat yang mengurusi sifat angkuh. Allah telah memerintahkan padaku agar tidak membiarkan amalnya melewatiku menuju pintu-pintu langit yang lain. Karena sesungguhnya ia sering bersifat angkuh kepada manusia di berbagai majelis yang ia ikuti.
 
قَالَ: وَتَصْعَدُ الْحَفَظَةُ بِعَمَلِ الْعَبْدِ يَزْهُوْ كَمَا يَزْهُو الْكَوْكَبُ الدُّرِّيُّ وَلَهُ دَوِيٌّ مِنْ تَسْبِيْحٍ وَصَلاَةٍ وَصِيَامٍ وَحَجٍّ وَعُمْرَةٍ، حَتَّى يُجَاوِزُوْا بِهِ إِلَى السَّمَاءِ الرَّابِعَةِ، فَيَقُوْلُ لَهُمُ الْمَلَكُ الْمُوَكَّلُ بِهَا: قِفُوْا، وَاضْرِبُوْا بِهَذَا الْعَمَلِ وَجْهَ صَاحِبِهِ وَظَهْرِهِ وَبَطْنِهِ، أَنَا صَاحِبُ الْعُجْبِ، أَمَرَنِيْ رَبِّيْ أَنْ لاَ أَدَعَ عَمَلَهُ يِجَاوِزُنِيْ إِلَى غَيْرِيْ؛ إِنَّهُ كَانَ إِذَا عَمِلَ عَمَلاً أَدْخَلَ الْعُجْبَ فِيْهِ
“Rasulullah SAW bersabda: “Kemudian naiklah malaikat pencatat amal dengan membawa amal seorang hamba yang berkilauan laksana kilauan bintang dan padanya ada desiran dari desiran tasbih, shalat, puasa, haji dan umrah. Amal itu dibawa hingga ke langit ke empat. Maka berkatalah malaikat penjaga pintu langit ke empat: “Berhenti! Lemparlah wajah, punggung dan perut si pemilik amal dengan amal itu. Aku adalah malaikat yang mengurusi sifat ‘ujub. Allah telah memerintahkan padaku agar tidak membiarkan amalnya melewatiku menuju pintu-pintu langit yang lain. Karena sesungguhnya ia apabila melakukan suatu amal, maka masuklah sifat ‘ujub ke dalam dirinya. 
 
Bersambung...


[1] Yakni: Khalid bin Ma’dan.
Share:

0 comments:

Post a Comment

Waktu Saat Ini


Syubbanul Wathon

Tahlilan

Tamu Online