Kajian Seputar Aqidah dan Amaliah Aswaja

Sunday, May 12, 2019

Penjelasan tentang Kemaksiatan Hati (Bagian Ketiga)

وَأَمَّا الرِّيَاءُ: فَهُوَ الشِّرْكُ الْخَفِيُّ، وَهُوَ أَحَدُ الشِّرْكَيْنِ، وَذَلِكَ طَلَبُكَ الْمَنْزِلَةَ فِيْ قُلُوْبِ الْخَلْقِ، لِتَنَالَ بِهَا الْجَاهَ وَالْحِشْمَةَ، وَحُبُّ الْجَاهِ مِنَ الْهَوَى الْمُتَّبَعِ، وَفِيْهِ هَلَكَ أَكْثَرُ النَّاسِ، فَمَا أَهْلَكَ النَّاسُ إِلاَّ النَّاسُ
Sifat Riya’ (Suka Pamer): Riya’ adalah syirik khafi (syirik yang terselubung), dan ia termasuk satu di antara dua bentuk kemusyrikan. Engkau dikatakan riya’ bila engkau mencari kedudukan di hati sesama makhluk yang dengannya engkau berharap akan memperoleh kemuliaan dan kehormatan di hadapan mereka. Mencintai kedudukan (dan ingin dimuliakan) berasal dari hawa nafsu yang selalu dituruti, dan hal itu telah menyebabkan begitu banyak manusia menjadi celaka. Maka sesungguhnya tidaklah manusia itu celaka kecuali karena manusia.[1]
 
وَلَوْ أَنْصَفَ النَّاسَ حَقِيْقَةً لَعَلِمُوْا أَنَّ أَكْثَرَ مَا هُمْ فِيْهِ مِنَ الْعُلُوْمِ وَالْعِبَادَاتِ فَضْلاً عَنْ أَعْمَالِ الْعَادَاتِ، لَيْسَ يَحْمِلُهُمْ عَلَيْهَا إِلاَّ مُرَاءَاةُ النَّاسِ، وَهِيَ مُحْبِطَةٌ لِلأَعْمَالِ، كَمَا وَرَد فِي الْخَبَرِ: إِنَّ الشَّهِيْدَ يُؤْمَرُ بِهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِلَى النَّارِ، فَيَقُوْلُ: يَا رَبِّ اُسْتُشْهِدْتُ فِيْ سَبِيْلِكَ، فَيَقُوْلُ اللهُ تَعَالَى: بَلْ أَرَدْتَ أَنْ يُقَالَ إِنَّكَ شُجَاعٌ، وَقَدْ قِيْلَ ذَلِكَ، وَذَلِكَ أَجْرُكَ
Seandainya manusia mau menilai dirinya secara adil maka mereka akan dapati kenyataan bahwa sebagian besar dari ilmu dan ibadah, tambahan lagi amal-amal yang bersifat kebiasaan yang mereka lakukan, pendorongnya tiada lain kecuali keinginan untuk memperlihatkannya kepada manusia (riya’). Padahal niat seperti itu menyebabkan terhapusnya pahala amal, sebagaimana yang disebutkan dalam sebuah hadits: “Sesungguhnya pada hari kiamat nanti ada orang yang mati syahid, namun diperintahkan untuk dimasukkan ke dalam neraka. Lali ia berkata: “Ya Rabb, aku adalah orang yang terbunuh di jalan-Mu.” Allah SWT kemudian berfirman: “Ya, tapi engkau melakukannya karena engkau ingin disebut sebagai seorang pemberani, dan engkau telah memperoleh sebutan itu. Dan itulah balasan untukmu.”[2]
 
وَكَذَلِكَ يُقَالُ لِلْعَالِمُ، وَالْحَاجِّ وَالْقَارِئِ
Demikian pula yang akan dikatakan Allah pada hari kiamat nanti kepada orang alim, orang yang berhaji dan orang yang membaca al-Qur’an (bila yang mereka inginkan dari semua amal itu hanya sebutan tertentu dari manusia).

Bersambung...
 

[1] Maksudnya: Seorang manusia itu bisa celaka disebabkan ia memperturutkan keinginan nafsunya yang berharap memperoleh kedudukan dan kemuliaan di hadapan manusia.
[2] HR Muslim, Tirmidzi dan Nasa’i dari Sulaiman bin Yasar ra.
Share:

0 comments:

Post a Comment

Waktu Saat Ini


Syubbanul Wathon

Tahlilan

Tamu Online