وَأَمَّا الرِّيَاءُ: فَهُوَ الشِّرْكُ
الْخَفِيُّ، وَهُوَ أَحَدُ الشِّرْكَيْنِ، وَذَلِكَ طَلَبُكَ الْمَنْزِلَةَ فِيْ
قُلُوْبِ الْخَلْقِ، لِتَنَالَ بِهَا الْجَاهَ وَالْحِشْمَةَ، وَحُبُّ الْجَاهِ
مِنَ الْهَوَى الْمُتَّبَعِ، وَفِيْهِ هَلَكَ أَكْثَرُ النَّاسِ، فَمَا أَهْلَكَ
النَّاسُ إِلاَّ النَّاسُ
Sifat Riya’ (Suka Pamer): Riya’ adalah syirik khafi (syirik
yang terselubung), dan ia termasuk satu di antara dua bentuk kemusyrikan. Engkau
dikatakan riya’ bila engkau mencari kedudukan di hati sesama makhluk yang
dengannya engkau berharap akan memperoleh kemuliaan dan kehormatan di hadapan
mereka. Mencintai kedudukan (dan ingin dimuliakan) berasal dari hawa nafsu yang
selalu dituruti, dan hal itu telah menyebabkan begitu banyak manusia menjadi
celaka. Maka sesungguhnya tidaklah manusia itu celaka kecuali karena manusia.[1]
وَلَوْ أَنْصَفَ النَّاسَ حَقِيْقَةً
لَعَلِمُوْا أَنَّ أَكْثَرَ مَا هُمْ فِيْهِ مِنَ الْعُلُوْمِ وَالْعِبَادَاتِ
فَضْلاً عَنْ أَعْمَالِ الْعَادَاتِ، لَيْسَ يَحْمِلُهُمْ عَلَيْهَا إِلاَّ
مُرَاءَاةُ النَّاسِ، وَهِيَ مُحْبِطَةٌ لِلأَعْمَالِ، كَمَا وَرَد فِي الْخَبَرِ:
إِنَّ الشَّهِيْدَ يُؤْمَرُ بِهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِلَى النَّارِ، فَيَقُوْلُ:
يَا رَبِّ اُسْتُشْهِدْتُ فِيْ سَبِيْلِكَ، فَيَقُوْلُ اللهُ تَعَالَى: بَلْ
أَرَدْتَ أَنْ يُقَالَ إِنَّكَ شُجَاعٌ، وَقَدْ قِيْلَ ذَلِكَ، وَذَلِكَ أَجْرُكَ
Seandainya manusia mau menilai dirinya secara adil maka mereka
akan dapati kenyataan bahwa sebagian besar dari ilmu dan ibadah, tambahan lagi
amal-amal yang bersifat kebiasaan yang mereka lakukan, pendorongnya tiada lain
kecuali keinginan untuk memperlihatkannya kepada manusia (riya’). Padahal niat seperti
itu menyebabkan terhapusnya pahala amal, sebagaimana yang disebutkan dalam
sebuah hadits: “Sesungguhnya pada hari kiamat nanti ada orang yang mati
syahid, namun diperintahkan untuk dimasukkan ke dalam neraka. Lali ia berkata:
“Ya Rabb, aku adalah orang yang terbunuh di jalan-Mu.” Allah SWT kemudian
berfirman: “Ya, tapi engkau melakukannya karena engkau ingin disebut sebagai
seorang pemberani, dan engkau telah memperoleh sebutan itu. Dan itulah balasan
untukmu.”[2]
وَكَذَلِكَ يُقَالُ لِلْعَالِمُ، وَالْحَاجِّ
وَالْقَارِئِ
Demikian pula yang akan dikatakan Allah pada hari kiamat
nanti kepada orang alim, orang yang berhaji dan orang yang membaca al-Qur’an
(bila yang mereka inginkan dari semua amal itu hanya sebutan tertentu dari
manusia).
0 comments:
Post a Comment