Kajian Seputar Aqidah dan Amaliah Aswaja

Friday, May 17, 2019

Penjelasan tentang Kemaksiatan Hati (Bagian Kelima)

فَإِنْ رَأَيْتَ صَغِيْرًا قُلْتَ: هَذَا لَمْ يَعْصِ اللهَ وَأَنَا عَصَيْتُهُ، فَلاَ شَكَّ أَنَّهُ خَيْرٌ مِنِّيْ؛ وَإِنْ رَأَيْتَ كَبِيْرًا قُلْتَ: هَذَا قَدْ عَبَدَ اللهَ قَبْلِىْ، فَلاَ شَكَّ أَنَّهُ خَيْرٌ مِنِّيْ؛ وَإِنْ كَانَ عَالِمًا قُلْتَ: هَذَا قَدْ أُعْطِىَ مَا لَمْ أُعْطَ، وَبَلَغَ مَا لَمْ أَبلُغْ، وَعَلِمَ مَا جَهِلْتُ؛ فَكَيْفَ أَكُوْنَ مِثْلَهُ
Apabila engkau melihat orang yang lebih muda darimu, maka katakanlah: “Orang ini tentu belum pernah mendurhakai Allah,[1] sedangkan aku telah banyak bermaksiat kepada-Nya. Maka tak perlu diragukan lagi bahwa dia lebih baik dariku. Apabila engkau melihat orang yang lebih tua darimu, maka katakanlah: “Orang ini telah lebih dahulu beribadah kepada Allah dibandingkan aku,[2] maka tak perlu diragukan lagi bahwa dia lebih baik dariku.” Apabila engkau melihat orang alim, maka katakanlah: “Orang ini telah mendapatkan karunia yang tidak dikaruniakan padaku, telah mencapai derajat yang belum bisa aku capai, dan mengetahui ilmu yang aku belum memahaminya. Maka bagaimana aku bisa seperti dia?”
 
وَإِنْ كَانَ جَاهِلاً قُلْتَ: هَذَا قَدْ عَصَى اللهَ بِجَهْلٍ، وَأَنَا عَصَيْتُهُ بِعِلْمٍ؛ فَحُجَّةُ اللهِ عَلَىَّ آكَدُ، وَمَا أَدْرِيْ بِمَ يُخْتَمُ لِيْ وَبِمَ يُخْتَمُ لَهُ
Apabila engkau bertemu dengan seorang yang bodoh, maka katakanlah: “Orang ini melakukan kemaksiatan kepada Allah karena kebodohannya, sementara aku bermaksiat kepada-Nya dengan ilmu yang kumuliki. Maka menjadi kuatlah hujjah Allah untuk menyiksaku, dan sama sekali aku tidak tahu bagaimana akhir hayatku dan akhir hayatnya.”
 
وَإِنْ كَانَ كَافِرًا قُلْتَ: لاَ أَدْرِيْ عَسَى أَنْ يُسْلِمَ وَيُخْتَمَ لَهُ بِخَيْرِ الْعَمَلِ، وَيَنْسَلَّ بِإِسْلاَمِهِ مِنَ الذُّنُوْبِ كَمَا تَنْسَلُّ الشَّعْرَة مِنَ الْعَجِيْنِ، وَأَمَّا أَنَا - وَالْعِيَاذُ بِاللهِ - فَعَسَى أَنْ يُضِلَّنِيَ اللهُ فَأَكْفُرَ فَيُخْتَمُ لِيْ بِشَرِّ الْعَمَلِ؛ فَيَكُوْنُ هُوَ غَدًا مِنَ الْمُقَرَّبِيْنَ، وَأَكُوْنَ أَنَا مِنَ الْمُبْعَدِيْنَ
Jika engkau melihat orang kafir, katakanlah: “Aku tidak tahu apa pun tentang keadaannya di masa yang akan datang, boleh jadi ia akan masuk Islam dan hidupnya diakhiri dengan amal yang baik. Dengan keislamannya itu maka terlepaslah ia dari dosa-dosanya seperti terlepasnya rambut dari adonan (bubur). Sedangkan aku —semoga Allah melindungiku darinya— boleh jadi Allah akan menyesatkanku sehingga membuatku menjadi kafir dan hidupku pun berakhir dengan amal yang buruk. Jika hal itu yang terjadi, maka jadilah ia termasuk bagian orang-orang yang dekat dengan Allah, sedangkan aku menjadi orang yang jauh dari-Nya.”
 
فَلاَ يَخْرُجُ الْكِبْرُ مِنْ قَلْبِكَ إِلاَّ بِأَنْ تَعْرِفَ أَنَّ الْكَبِيْرَ مَنْ هُوَ كَبِيْرٌ عِنْدَ اللهِ تَعَالَى، وَذَلِكَ مَوْقُوْفٌ عَلَى الْخَاتِمَةِ، وَهِيَ مَشْكُوْكٌ فِيْهَا
Sungguh kesombongan tidak akan keluar dari hatimu kecuali bila engkau memahami bahwa orang yang mulia sebenarnya adalah orang yang mulia di sisi Allah Ta’ala, dan hal itu sangat tergantung pada keadaan di akhir kehidupan. Sedangkan akhir kehidupan itu sendiri belum bisa dipastikan keadaannya. 
 
فَيَشْغَلُكَ خَوْفُ الْخَاتِمَةِ عَنْ أَنْ تَتَكَبَّرَ مَعَ الشَّكِّ فِيْهَا عَلَى عِبَادِ اللهِ تَعَالَى، فَيَقِيْنُكَ وَإِيْمَانُكَ فِي الْحَالِ لاَ يُنَاقِضُ تَجْوِيْزَكَ التَّغَيُّرَ فِي اْلاِسْتِقْبَالِ؛ فَإِنَّ اللهَ مُقَلِّبُ الْقُلُوْبِ يَهْدِيْ مَنْ يَشَاءُ، وَيُضِلُّ مَنْ يَشَاءُ
Kegelisahanmu memikirkan keadaan akhir hayatmu adalah lebih baik daripada bersikap sombong kepada hamba-hamba Allah yang lain. Keyakinan dan keimananmu saat ini tidak ada jaminan tidak akan berubah di masa yang akan datang. Karena sesungguhnya Allah adalah Dzat Yang Maha Membolak-balikan hati. Dia tunjuki orang yang dikehendaki-Nya dan Dia sesatkan pula orang yang dikehendaki-Nya.


[1] Karena usianya yang masih muda.
[2] Karena usianya lebih tua dan lebih dahulu menjalani kehidupan di dunia ini.
Share:

0 comments:

Post a Comment

Waktu Saat Ini


Syubbanul Wathon

Tahlilan

Tamu Online