فَإِنْ رَأَيْتَ صَغِيْرًا قُلْتَ:
هَذَا لَمْ يَعْصِ اللهَ وَأَنَا عَصَيْتُهُ، فَلاَ شَكَّ أَنَّهُ خَيْرٌ مِنِّيْ؛
وَإِنْ رَأَيْتَ كَبِيْرًا قُلْتَ: هَذَا قَدْ عَبَدَ اللهَ قَبْلِىْ، فَلاَ شَكَّ
أَنَّهُ خَيْرٌ مِنِّيْ؛ وَإِنْ كَانَ عَالِمًا قُلْتَ: هَذَا قَدْ أُعْطِىَ مَا
لَمْ أُعْطَ، وَبَلَغَ مَا لَمْ أَبلُغْ، وَعَلِمَ مَا جَهِلْتُ؛ فَكَيْفَ
أَكُوْنَ مِثْلَهُ
Apabila engkau melihat orang yang
lebih muda darimu, maka katakanlah: “Orang ini tentu belum pernah mendurhakai
Allah,[1] sedangkan aku telah banyak
bermaksiat kepada-Nya. Maka tak perlu diragukan
lagi bahwa dia lebih baik dariku. Apabila engkau melihat orang yang lebih tua
darimu, maka katakanlah: “Orang ini telah lebih dahulu beribadah kepada Allah
dibandingkan aku,[2]
maka tak perlu diragukan lagi bahwa dia lebih baik dariku.” Apabila engkau
melihat orang alim, maka katakanlah: “Orang ini telah mendapatkan karunia yang
tidak dikaruniakan padaku, telah mencapai derajat yang belum bisa aku capai,
dan mengetahui ilmu yang aku belum memahaminya. Maka bagaimana aku bisa seperti
dia?”
وَإِنْ كَانَ جَاهِلاً قُلْتَ: هَذَا
قَدْ عَصَى اللهَ بِجَهْلٍ، وَأَنَا عَصَيْتُهُ بِعِلْمٍ؛ فَحُجَّةُ اللهِ عَلَىَّ
آكَدُ، وَمَا أَدْرِيْ بِمَ يُخْتَمُ لِيْ وَبِمَ يُخْتَمُ لَهُ
Apabila engkau bertemu dengan seorang yang bodoh, maka
katakanlah: “Orang ini melakukan kemaksiatan kepada Allah karena kebodohannya,
sementara aku bermaksiat kepada-Nya dengan ilmu yang kumuliki. Maka menjadi
kuatlah hujjah Allah untuk menyiksaku, dan sama sekali aku tidak tahu
bagaimana akhir hayatku dan akhir hayatnya.”
وَإِنْ كَانَ كَافِرًا قُلْتَ: لاَ
أَدْرِيْ عَسَى أَنْ يُسْلِمَ وَيُخْتَمَ لَهُ بِخَيْرِ الْعَمَلِ، وَيَنْسَلَّ
بِإِسْلاَمِهِ مِنَ الذُّنُوْبِ كَمَا تَنْسَلُّ الشَّعْرَة مِنَ الْعَجِيْنِ،
وَأَمَّا أَنَا - وَالْعِيَاذُ بِاللهِ - فَعَسَى أَنْ يُضِلَّنِيَ اللهُ
فَأَكْفُرَ فَيُخْتَمُ لِيْ بِشَرِّ الْعَمَلِ؛ فَيَكُوْنُ هُوَ غَدًا مِنَ
الْمُقَرَّبِيْنَ، وَأَكُوْنَ أَنَا مِنَ الْمُبْعَدِيْنَ
Jika engkau melihat orang kafir, katakanlah: “Aku tidak
tahu apa pun tentang keadaannya di masa yang akan datang, boleh jadi ia akan
masuk Islam dan hidupnya diakhiri dengan amal yang baik. Dengan keislamannya
itu maka terlepaslah ia dari dosa-dosanya seperti terlepasnya rambut dari
adonan (bubur). Sedangkan aku —semoga Allah melindungiku darinya— boleh jadi
Allah akan menyesatkanku sehingga membuatku menjadi kafir dan hidupku pun
berakhir dengan amal yang buruk. Jika hal itu yang terjadi, maka jadilah ia
termasuk bagian orang-orang yang dekat dengan Allah, sedangkan aku menjadi
orang yang jauh dari-Nya.”
فَلاَ يَخْرُجُ الْكِبْرُ مِنْ
قَلْبِكَ إِلاَّ بِأَنْ تَعْرِفَ أَنَّ الْكَبِيْرَ مَنْ هُوَ كَبِيْرٌ عِنْدَ
اللهِ تَعَالَى، وَذَلِكَ مَوْقُوْفٌ عَلَى الْخَاتِمَةِ، وَهِيَ مَشْكُوْكٌ
فِيْهَا
Sungguh kesombongan tidak akan keluar dari hatimu kecuali
bila engkau memahami bahwa orang yang mulia sebenarnya adalah orang yang mulia
di sisi Allah Ta’ala, dan hal itu sangat tergantung pada keadaan di akhir
kehidupan. Sedangkan akhir kehidupan itu sendiri belum bisa dipastikan keadaannya.
فَيَشْغَلُكَ خَوْفُ الْخَاتِمَةِ عَنْ
أَنْ تَتَكَبَّرَ مَعَ الشَّكِّ فِيْهَا عَلَى عِبَادِ اللهِ تَعَالَى،
فَيَقِيْنُكَ وَإِيْمَانُكَ فِي الْحَالِ لاَ يُنَاقِضُ تَجْوِيْزَكَ التَّغَيُّرَ
فِي اْلاِسْتِقْبَالِ؛ فَإِنَّ اللهَ مُقَلِّبُ الْقُلُوْبِ يَهْدِيْ مَنْ
يَشَاءُ، وَيُضِلُّ مَنْ يَشَاءُ
Kegelisahanmu memikirkan keadaan akhir hayatmu adalah
lebih baik daripada bersikap sombong kepada hamba-hamba Allah yang lain.
Keyakinan dan keimananmu saat ini tidak ada jaminan tidak akan berubah di masa
yang akan datang. Karena sesungguhnya Allah adalah Dzat Yang Maha
Membolak-balikan hati. Dia tunjuki orang yang dikehendaki-Nya dan Dia sesatkan
pula orang yang dikehendaki-Nya.
0 comments:
Post a Comment