Kajian Seputar Aqidah dan Amaliah Aswaja

Wednesday, May 8, 2019

Pasal : Menjaga Dua Kaki

وَأَمَّا الرِّجْلاَنِ: فَاحْفَظْهُمَا عَنْ أَنْ تَمْشِيْ بِهِمَا إِلَى حَرَامٍ، أَوْ تَسْعَى بِهِمَا إِلَى بَابِ سُلْطَانٍ ظَالِمٍ؛ فَإِنَّ الْمَشْيُ إِلَى السَلاَطِيْنِ الظَّلَمَةِ مِنْ غَيْرِ ضَرُوْرَةٍ وَاِرْهَاقٍ مَعْصِيَةٌ كَبِيْرَةٌ؛ فَإِنَّهُ تَوَاضُعٌ وَإِكْرَامٌ لَهُمْ عَلَى ظُلْمِهِمْ
Menjaga dua kaki: Hendaklah engkau menjaga kedua kakimu dari melangkah kepada hal-hal yang diharamkan Allah, atau melangkah menuju pintu penguasa yang zhalim. Karena melangkah menuju pintu mereka tanpa keadaan yang darurat dan sangat mendesak merupakan kemaksiatan yang besar. Bila hal itu engkau lakukan, maka sama halnya engkau merendahkan diri dan memuliakan mereka atas kezhaliman yang mereka lakukan. 
 
وَقَدْ أَمَرَ اللهُ تَعَالَى بِاْلإِعْرَاضِ عَنْهُمْ فِيْ قَوْلِهِ تَعَالَى: وَلاَ تَرْكَنُوْا إِلَى الَّذِيْنَ ظَلَمُوْا فَتَمَسَّكُمُ النَّارُ
Padahal Allah Ta’ala telah memerintahkan kita untuk berpaling dari mereka dalam firman-Nya: “Dan janganlah kamu cenderung kepada orang-orang yang zhalim yang menyebabkan kamu disentuh api neraka.”[1]
 
وَهُوَ تَكْثِيْرٌ لِسَوَادِهِمْ، وَإِنْ كَانَ ذَلِكَ لِسَبَبِ طَلَبِ مَالِهِمْ فَهُوَ سَعْىٌ إِلَى حَرَامٍ، وَقَدْ قَالَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: مَنْ تَوَاضَعَ لِغَنِيٍّ صَالِحٍ لِغِنَاهُ ذَهَبَ ثُلُثَا دِيْنِهِ
Mendatangi mereka sama artinya memperbanyak kelompok mereka. Apalagi jika langkah kakimu kepada mereka dengan tujuan mencari harta dari mereka, maka itu merupakan perjalanan menuju yang haram. Sungguh Rasulullah SAW telah bersabda: “Barangsiapa yang merendahkan diri di hadapan orang kaya yang shalih karen kekayaannya, maka lenyaplah 2/3 dari agamanya.”[2]  
 
 وَهَذَا فِيْ غَنِىٍّ صَالِحٍ، فَمَا ظَنُّكَ بِالْغَنِىِّ الظَّالِمِ؟ وَعَلَى الْجُمْلَةِ، فَحَرَكَاتُكَ وَسَكَنَاتُكَ بِأَعْضَائِكَ نِعْمَةٌ مِنْ نِعَمِ اللهِ تَعَالَى عَلَيْكَ؛ فَلاَ تُحَرِّكْ شَيْئًا مِنْهَا فِيْ مَعْصِيَةِ اللهِ تَعَالَى أَصْلاً، وَاسْتَعْمِلْهَا فِيْ طَاعَةِ اللهِ تَعَالَى
Demikian itu adalah akibat (dosa) merendahkan diri kepada orang kaya yang shalih karena kekayaannya, lalu bagaimana menurutmu jika merendahkan diri kepada orang kaya yang zhalim? Padahal keseluruhan gerak dan diam anggota tubuhmu merupakan nikmat dari berbagai nikmat yang Allah anugerahkan untukmu. Maka janganlah sekali-kali engkau menggerakkan anggota tubuhmu itu untuk bermaksiat kepada Allah Ta’ala, namun gunakanlah ia untuk melaksanakan amal ketaatan kepada Allah.
 
وَاعْلَمْ أَنَّكَ إِنْ قَصَّرْتَ فَعَلَيْكَ وَبَالُهُ، وَإِنْ شَمَّرْتَ فَإِلَيْكَ تَعُوْدُ ثَمَرَتُهُ، وَاللهُ غَنِيٌّ عَنْكَ وَعَنْ عَمَلِكَ، وَإِنَّمَا كُلُّ نَفْسٍ بِمَا كَسَتْ رَهِيْنَةٌ
Ketahuilah, apabila engkau lalai dari berbuat taat kepada Allah, maka bala akan menimpamu. Namun sebaliknya, jika engkau giat melaksanakan ketaatan pada-Nya, maka buahnya akan kembali padamu. Allah adalah Dzat Yang Maha Kaya, yang tidak membutuhkanmu dan amalmu. Hanya saja setiap diri harus bertanggung jawab atas apa yang telah diperbuatnya.[3]  
 
وَإِيَّاكَ أَنْ تَقُوْلَ: إِنَّ اللهَ كَرِيْمٌ رَحِيْمٌ يَغْفِرُ الذُّنُوْبَ لِلْعُصَاةِ؛ فَإِنَّ هَذِهِ كَلِمَةُ حَقٍّ أُرِيْد بِهَا بَاطِلٌ، وَصَاحِبُهَا مَلَقَّبٌ بِالْحَمَاقَةِ، بِتَلْقِيْبِ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حَيْثُ قَالَ: الْكَيِّسُ مَنْ دَانَ نَفْسَهُ وَعَمِلَ لِمَا بَعْدَ الْمَوْتِ، وَاْلأَحْمَقُ مَنْ أَتْبَعَ نَفْسَهُ هُوَاهَا وَتَمَنَّى عَلَى اللهِ اْلأَمَانِيْ
Berhati-hatilah engkau tatkala berkata: “Sesungguhnya Allah adalah Dzat Yang Maha Pemurah dan Maha Penyayang, Yang mengampuni dosa orang-orang yang berbuat maksiat pada-Nya.” Karena kalimat yang demikian itu adalah benar, namun dimaksudkan untuk sesuatu yang batil.[4] Orang yang berpandangan demikian adalah orang yang dungu. Rasulullah SAW bersabda: “Orang yang cerdas adalah orang yang mampu menundukkan hawa nafsunya dan beramal untuk kebahagiaan akhirat. Sedangkan orang yang dungu (bodoh) adalah orang yang memperturutkan hawa nafsunya dan berharap kepada Allah dengan harapan-harapan kosong.”[5]
 
وَاعْلَمْ أَنَّ قَوْلَكَ هَذَا يُضَاهِيْ قَوْلَ مَنْ يُرِيْدُ أَنْ يَصِيْرَ فَقِيْهًا فِيْ عُلُوْمِ الدِّيْنِ مِنْ غَيْرِ أَنْ يَدْرُسَ عِلْمًا وَاشْتَغَلَ بِالْبَطَالَةِ وَقَالَ: إِنَّ اللهَ كَرِيْمٌ رَحِيْمٌ، قَادِرُ عَلَى أَنْ يُفِيْض عَلَى قَلْبِيْ مِنَ الْعُلُوْمِ مَا أَفَاضَهُ عَلَى قُلُوْبِ أَنْبِيَائِهِ وَأَوْلِيَائِهِ مِنْ غَيْرِ جُهْدٍ وَتَكْرَارٍ وَتَعَلُّقٍ
Ketahuilah bahwa ucapanmu itu menyerupai ucapan orang yang ingin menjadi seorang yang faqih dalam ilmu-ilmu agama namun tanpa belajar dan tanpa melakukan apa pun. Ia hanya berkata: “Sesungguhnya Allah adalah Dzat Yang Maha Pemurah dan Maha Penyayang. Dia Maha Kuasa meniupkan ke dalam hatiku berbagai macam ilmu, sebagaimana yang Dia tiupkan ke dalam hati para nabi dan para wali, tanpa harus tekun mengkaji ilmu, tanpa mengulang-ulang pelajaran, dan tanpa membuat catatan keterangan.
 
وَهُوَ كَقَوْلِ مَنْ يُرِيْدُ مَالاً فَيَتْرُكَ الْحِرَاثَةَ وَالتِّجَارَةَ وَالْكَسْبَ وَيَتَعَطَّلُ، وَقَالَ: إِنَّ اللهَ كَرِيْمٌ رَحِيْمٌ وَلَهُ خَزَائِنُ السَّمَوَاتِ وَاْلأَرْضِ وَهُوَ قَادِرٌ عَلَى أَنْ يُطْلِعَنِيْ عَلَى كَنْزٍ مِنَ الْكُنُوْزِ أَسْتَغْنِيْ بِهِ عَنِ الْكَسْبِ، فَقَدْ فَعَلَ ذَلِكَ لِبَعْضِ عِبَادِهِ
Ucapan yang demikian itu juga sama seperti ucapan orang yang menginginkan harta (kekayaan) namun tidak mau bercocok tanam, enggan berniaga, dan malas menekuni suatu pekerjaan. Ia lebih memilih menjadi pengangguran seraya berkata: “Sesungguhnya Allah itu Dzat Yang Maha Pemurah dan Maha Penyayang. Pada-Nya tergenggam perbendaharaan langit dan bumi. Dan Dia Maha Kuasa untuk memperlihatkan padaku sebagian dari harta yang terpendam di dalam tanah (harta karun) yang akan membuatku menjadi kaya tanpa harus bersusah payah berusaha, seperti yang telah Dia lakukan terhadap sebagian hamba-hamba-Nya.
 
فَأَنْتَ إِذَا سَمِعْتَ كَلاَمَ هَذَيْنِ الرَّجُلَيْنِ اسْتَحْمَقْتَهُمَا وَسَخِرْتَ مِنْهُمَا، وَإِنْ كَانَ مَا وَصَفَاهُ مِنْ كَرَمِ اللهِ تَعَالَى وَقُدْرَتِهِ صِدْقًا وَحَقًّا
Apabila engkau mendengar ucapan kedua kelompok orang ini niscaya engkau akan menganggap mereka sebagai orang-orang yang dungu dan mencemoohkan mereka, sekalipun pandangan mereka yang menyatakan bahwa Allah adalah Dzat Yang Maha Pemurah dan Maha Kuasa adalah benar dan nyata adanya.   
 
فَكَذَلِكَ يَضْحَكُ عَلَيْكَ أَرْبَابُ الْبَصَائِرِ فِي الدِّيْنِ إِذَا طَلَبْتَ الْمَغْفِرَةَ بِغَيْرِ سَعْيٍ لَهَا، وَاللهُ تَعَالَى يَقُوْلُ: وَأَنْ لَيْسَ لِلْإِنْسَانِ إِلاَّ مَا سَعَى
Demikian pula orang-orang yang mendalam pengetahuan agamanya akan menertawakanmu tatkala engkau mengharap ampunan Allah, namun tanpa berusaha melaksanakan hal-hal yang dapat mendatangkan ampunan Allah itu. Allah SWT telah berfirman: “Dan bahwa manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya.”[6]  
 
وَيَقُوْلُ: إِنَّمَا تُجْزَوْنَ مَا كُنْتُمْ تَعْمَلُوْنَ
Allah SWT juga berfirman: “Sesungguhnya kamu hanya diberi balasan atas apa yang telah kamu kerjakan.”[7]
 
وَيَقُوْلُ: إِنَّ اْلأَبْرَارَ لَفِيْ نَعِيْمٍ، وَإنَّ الْفُجَّارَ لَفِيْ جَحِيْمٍ
Allah SWT juga berfirman: “Sesungguhnya orang-orang yang banyak berbakti benar-benar berada dalam surga yang penuh kenikmatan, dan sesungguhnya orang-orang yang durhaka benar-benar berada di dalam neraka.”[8]
 
فَإِذَا لَمْ تَتْرُكِ السَّعْيَ فِيْ طَلَبِ الْعِلْمِ وَالْمَالِ اعْتِمَادًا عَلَى كَرَمِهِ، فَكَذَلِكَ لاَ تَتْرُكِ التَّزَوُّدَ لِلآخِرَةِ، وَلاَ تَفْتُرْ؛ فَإِنَّ رَبَّ الدُّنْيَا وَالْلآخِرَةِ وَاحِدٌ، وَهُوَ فِيْهِمَا كَرِيْمٌ رَحِيْمٌ
Apabila untuk mendapatkan ilmu dan harta benda (duniawi) saja engkau tidak bisa hanya bersandar pada kemurahan Allah, engkau harus melakukan usaha untuk memperolehnya, maka demikian pula untuk bekal akhirat, engkau tidak boleh meninggalkan usaha dan tidak boleh bermalas-malasan (untuk meraihnya). Karena sungguh Tuhan Pemilik dunia dan akhirat itu adalah satu dan Dia adalah Dzat Yang Maha Pemurah dan Maha Penyayang, baik di dunia maupun di akhirat.
 
 وَلَيْسَ يَزِيْدُ لَهُ كَرَمٌ بِطَاعَتِكَ، وَإِنَّمَا كَرَمُهُ فِيْ أَنْ يُيَسِّرَ لَكَ طَرِيْقَ الْوُصُوْلِ اِلَى الْمُلْكِ الْمُقِيْم، وَالنَّعِيْمِ الدَّائِمِ الْمُخَلَّدِ، بِالصَّبْرِ عَلَى تَرْكِ الشَّهَوَاتِ أَيَّامًا قَلاَئِلَ، وَهَذَا نِهَايَةُ الْكَرَمِ
Namun kemurahaan Allah tidaklah akan bertambah hanya karena ketaatanmu pada-Nya. Justru karena kemurahan-Nya engkau akan memperoleh kemudahan dalam menempuh jalan yang akan mengantarkanmu kepada kerajaan abadi dan kenikmatan tiada akhir, dengan bersabar untuk tidak memperturutkan kehendak syahwat selama hari-hari kehidupanmu yang singkat di dunia ini, dan itulah puncak kemurahan-Nya terhadapmu.
 
فَلاَ تُحَدِّثْ نَفْسَكَ بِتَهْوِيْسَاتِ الْبَطَّالِيْنَ، وَاقْتَدِ بِأُوْلِى الْعَزْمِ وَالنُّهَي مِنَ اْلاَنْبِيَاءِ وَالصَّالِحِيْنَ، وَلاَ تَطْمَعْ فِيْ أَنْ تَحْصِدَ مَا لَمْ تَزْرَعْ، وَلَيْتَ مَنْ صَامَ وَصَلَّى وَجَاهَدَ وَاتْقَى غُفِرَ لَهُ
Maka hendaklah engkau tidak membisikkan di dalam dirimu kehendak untuk meniru cara berpikir dan berperilaku kaum pemalas, namun tirulah orang-orang yang bersemangat dan cerdas dari kalangan para nabi dan hamba-hamba Allah yang shalih. Janganlah engkau berharap dapat menuai sesuatu yang tak pernah engkau tanam. Semoga Allah memberikan ampunan kepada orang-orang yang menunaikan shalat, berpuasa, berjihad dan bertakwa. 
 
 فَهَذِهِ جُمَلٌ مِمَّا يَنْبَغِيْ أَنْ تَحْفَظَ عَنْهُ جَوَارِحَكَ الظَّاهِرَةَ، وَأَعْمَالُ هَذِهِ الْجَوَارِحِ إِنَّمَا تَتَرَشَّحُ مِنْ صِفَاتِ الْقَلْبِ؛ فَإِنْ أَرَدْتَ حِفْظَ الْجَوَارِحِ فَعَلَيْكَ بِتَطْهِيْرِ الْقَلْبِ؛ فَهُوَ تَقْوَى الْبَاطِنِ، وَالْقَلْبُ هُوَ الْمُضْغَةُ الَّتِيْ إِذَا صَلُحَتْ صَلُحَ بِهَا سَائِرُ الْجَسَدِ، وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ بِهَا سَائِرُ الْجَسَدِ، فَاشْتَغِلْ بِاِصْلاَحِهِ لِتُصْلِحَ بِهِ جَوَارِحَكَ، وَصَلاَحُهُ يَكُوْنُ بِمُلاَزَمَةِ الْمُرَاقَبَةِ
Inilah hal-hal yang hendaknya seluruh anggota badanmu engkau pelihara darinya. Dan hendaklah engkau ketahui bahwa segala perbuatan anggota tubuhmu pada hakikatnya adalah gambaran dari keadaan sifat yang ada di dalam hati. Apabila engkau ingin menjaga anggota tubuhmu maka hal pertama yang harus engkau lakukan adalah membersihkan hatimu. Caranya adalah dengan memelihara ketakwaan batin. Hati pada dasarnya adalah segumpal daging yang apabila ia baik, maka baiklah seluruh anggota tubuh; dan apabila ia rusak, maka rusaklah seluruh perbuatan anggota tubuh. Maka sibukkanlah dirimu untuk memperbaikinya, niscaya hal itu akan membuat baik amal seluruh anggota tubuhmu; dan cara memperbaiki hati adalah dengan senantiasa merasa bahwa Allah melihat dan menatap ke arahmu dalam setiap waktu dan keadaan (muraqabah).


[1] QS. Hud [11]: 113.
[2] HR al-Baihaqi dari Ibnu Mas’ud ra dengan lafazh yang sedikit berbeda.
[3] Lihat: QS. al-Mudatstsir [74]: 38.
[4] Maksudnya: Memang benar bahwa Allah SWT itu Dzat Yang Maha Pemurah, Maha Penyayang dan Maha memberi ampunan kepada orang-orang yang bermaksiat kepada-Nya ketika si hamba itu datang bertaubat kepada-Nya. Namun demikian, tidak berarti engkau menjadi bebas melakukan berbagai kemaksiatan terhadap-Nya. Jika itu yang kau lakukan, niscaya engkau tergolong manusia yang disebut Rasulullah SAW sebagai “Si Dungu”.
[5] HR Tirmidzi, Ibnu Majah dan Ahmad dari Syaddad bin Aus ra.
[6] QS. an-Najm [53]: 39.
[7] QS. ath-Thur [52]: 16.
[8] QS. al-Infithar [82]: 13-14.
Share:

0 comments:

Post a Comment

Waktu Saat Ini


Syubbanul Wathon

Tahlilan

Tamu Online