Tuma’ninah merupakan salah satu hal yang sering kali
secara tidak sadar terlewatkan dalam shalat, baik karena tergesa-gesa
atau lain hal. Padahal tuma’ninah termasuk salah satu rukun shalat yang tidak
boleh ditinggalkan.
Dalam kitab Al-Tahdzib
fi Adillati Matnil Ghayah wat Taqrib, Mustthafa Daib Al-Bigha
Al-Maidani Al-Dimasyqi Al-Syafi’i menjelaskan bahwa kewajiban melakukan
tuma’ninah dalam shalat bersumber dari hadits yang diriwayatkan oleh Imam
Bukhari dan Imam Muslim berikut ini:
عن أبي هريرة رضي الله عنه: أن رجلاً دخل
المسجد ورسول الله جالس فيه فرد عليه السلام، ثم قال له: ارجع فصل فإنك لم تصل.
فرجع فصلى كما صلى، ثم جاء فسلم علي النبي فرد عليه السلام ثم قال: ارجع فصل فإنك
لم تصل، فرجع فصلى كما صلى، ثم جاء فسلم على النبي فرد عليه السلام، وقال: ارجع
فصل فإنك لم تصل ثلاث مرات، فقال في الثالثة: والذي بعثك بالحق يا رسول الله
ما أحسن غيره فعلمني. فقال : إذا قمت إلى الصلاة فكبر، ثم اقرأ ما تيسر معك
من القرآن، ثم اركع حتى تطمئن راكعاً، ثم ارفع حتى تعتدل قائماً، ثم اسجد
حتى تطمئن ساجداً، ثم اجلس حتى تطمئن جالساً، ثم اسجد حتى تطمئن ساجداً،
وافعل ذلك في صلاتك كلها . متفق عليه
Dari sahabat Abu Hurairah ra, “Sesungguhnya
Rasulullah Saw masuk masjid, lalu ada seorang
laki-laki masuk kemudian ia shalat. Kemudian orang itu datang dan memberi salam
kepada Rasulullah Saw. Lalu Rasulullah Saw menjawab salamnya dan
bersabda, “Kembali
dan ulangilah shalatmu, karena kamu belum shalat (dengan shalat yang sah)!” Lalu
orang itu kembali dan mengulangi shalat seperti semula. Kemudian ia datang
menghadap kepada Nabi Saw sambil memberi salam kepada beliau. Maka
Rasulullah Saw menjawab salamnya dan bersabda:
“Kembali
dan ulangilah shalatmu karena kamu belum shalat!” Sehingga ia mengulang
sampai tiga kali. Maka laki-laki itu berkata, “Demi Dzat yang mengutus
anda dengan kebenaran, aku tidak bisa melakukan yang lebih baik dari shalat
seperti ini, maka ajarilah aku.” Beliau pun bersabda, “Jika
kamu berdiri untuk shalat maka bertakbirlah, lalu bacalah ayat yang mudah dari
Al Qur’an. Kemudian
ruku’-lah hingga benar-benar thuma’ninah (tenang/mapan) dalam ruku’, lalu
bangkitlah (dari rukuk) hingga kamu berdiri tegak (lurus), kemudian sujudlah
sampai engkau thuma’ninah dalam sujud, lalu angkat (kepalamu) untuk duduk
hingga thuma’ninah dalam keadaan dudukmu. Kemudian lakukanlah semua itu di
seluruh shalat (rakaat) mu.” (HR
Bukhari dan Muslim)
Berdasarkan hadis di atas, para ahli
fikih mencatat setidaknya ada empat rukun wajib tuma’ninah di dalamnya, yaitu
(1) tuma’ninah ketika ruku’, (2) ketika i’tidal, (3) ketika sujud, (4) ketika duduk
antara dua sujud. Jadi sebelum berpindah ke gerakan selanjutnya, hendaknya
orang yang shalat melakukan tuma’ninah atau diam sejenak.
Tuma’ninah harus dilakukan dengan
benar, misalnya tuma’ninah saat sujud, Abu Abdillah Muhammad bin Qasim Al-Ghazi
dalam Fathul
Qarib mencontohkan bahwa tuma’ninah saat sujud tidak cukup
hanya menyentuhkan kepala ke tempat sujud. Tapi harus dilakukan sekira beban
kepala mengenai tempat sujud, jadi andai ada kapas di bawah kepalanya niscaya
akan ada bekas tekanan.
Berapa Lamakah Kadar Tuma’ninah Itu?
Syaikh Salim bin Samir Al-Hadrami menyebutkan pengertian thuma’ninah
dalam kitabnya Safinatunnaja
dengan redaksi berikut:
الطمأنينة هي :
سكون بعد حركة بحيث يستقر كل عضو محله بقدر سبحان الله
“Tuma’ninah adalah diam sesudah gerakan sebelumnya,
sekira-kira semua anggota badan tetap (tidak bergerak) dengan kadar waktu
lamanya membaca bacaan tasbih (subhanallah).
Jadi, kadar tuma’ninah atau diam
sejenak itu adalah sekira waktu yang dibutuhkan untuk melafalkan bacaan
subhanallah.
Wallahu a’lam
0 comments:
Post a Comment