أَمَّا الْحَسَدُ: فَهُوَ مُتَشَعِّبٌ
مِنَ الشُّحِّ، فَإِنَّ الْبَخِيْلَ هُوَ الَّذِيْ يَبْخَلُ بِمَا فِيْ يَدِهِ
عَلَى غَيْرِهِ، وَالشَّحِيْحُ هُوَالَّذِيْ يَبْخَلُ بِنِعْمَةِ اللهِ تَعَالَى
--وَهِيَ فِيْ خَزَائِنِ قُدْرَتِهِ تَعَالَى، لاَ فِيْ خَزَائِنِهِ-- عَلَى
عِبَادِ اللهِ تَعَالَى، فَشُحُّهُ أَعْظَمُ
Sifat Hasad (Dengki): Sesungguhnya hasad adalah bagian
dari ketamakan (syuh). Lalu, apa bedanya dengan orang bakhil? Orang
bakhil adalah orang yang bakhil terhadap apa-apa yang ada dalam genggamannya,
sehingga tidak mau memberikannya kepada orang lain. Sedangkan orang tamak
adalah orang yang bakhil terhadap nikmat Allah Ta’ala –sedangkan perbendaharaan
itu masih berada dalam genggaman Allah, bukan dalam genggamannya— yang
diberikan-Nya kepada orang lain.[1]
Dengan demikian, tamak lebih buruk daripada bakhil.
وَالْحَسُوْدُ: هُوَ الَّذِيْ يَشُقُّ
عَلَيْهِ إِنْعَامُ اللهِ تَعَالَى مِنْ خَزَائِنِ قُدْرَتِهِ عَلَى عَبْدٍ مِنْ
عِبَادِهِ، بِعِلْمٍ أَوْ مَالٍ أَوْ مَحَبَّةٍ فِيْ قُلُوْبِ النَّاسِ، أَوْ
حَظٍّ مِنَ الْحُظُوْظِ، حَتَّى إِنَّهُ لَيُحِبُّ زَوَالَهَا عَنْهُ، وَإِنْ لَمْ
يَحْصَلْ لَهُ بِذَلِكَ شَيْءٌ مِنْ تِلْكَ النِّعْمَةِ؛ فَهَذَا مُنْتَهَى
الْخُبْثِ؛ فَلِذَلِكَ قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ:
الْحَسَدُ يَأْكُلُ الْحَسَنَاتِ كَمَا تَأْكُلُ النَّارُالْحَطَبَ
Orang yang dengki adalah orang yang merasa susah (berat
hati) ketika mengetahui bahwa Allah menganugerahkan nikmat dari
perbendaharaan-Nya kepada salah seorang hamba-Nya, baik berupa ilmu, harta,
kasih sayang yang ditanamkan Allah dalam hati manusia terhadap hamba-Nya itu,
pangkat maupun nikmat-nikmat yang lain. Kedengkiannya bahkan membuatnya sangat ingin
agar kenikmatan itu lenyap dari orang yang mendapatkannya, sekalipun ia tahu
bahwa sikap yang seperti itu tidak akan memberinya keuntungan apa-apa.[2]
Inilah puncak keburukan. Karena itu Rasulullah SAW bersabda: “Dengki memakan
berbagai kebaikan laksana api memakan kayu bakar.”[3]
وَالْحَسُوْدُ: هُوَ الْمُعَذَّبُ
الَّذِيْ لاَ يُرْحَمْ، وَلاَ يَزَالُ فِيْ عَذَابٍ دَائِمٍ فِي الدُّنْيَا،
فَإِنَّ الدُّنْيَا لاَ تَخْلُوْ قَطُّ عَنْ خَلْقٍ كَثِيْرٍ مِنْ أَقْرَانِهِ
وَمَعَارِفِهِ مِمَّنْ أَنْعَمَ اللهُ عَلَيْهِمْ بِعِلْمٍ أَوْ مَالٍ أَوْ حَاهٍ،
فَلاَ يَزَالُ فِيْ عَذَابٍ دَائِمٍ فِي الدُّنْيَا إِلَى مَوْتِهِ، وَلَعَذَابُ
اْلآخِرَةِ أَشَدُّ وَأَكْبَرُ
Orang yang dengki adalah orang yang mengalami siksaan
batin yang tidak perlu dikasihani. Siksaan batin itu tidak akan berakhir selama
kehidupannya di dunia, karena dunia tidak pernah sepi dari orang lain, baik
teman maupun kenalan, yang mereka mendapat limpahan nikmat dari Allah berupa
ilmu, harta, ataupun kedudukan. Akibatnya, siksaan batin itu akan terus
berlangsung selama kehidupan di dunia hingga kematian datang menjemputnya.
Padahal siksaan akhirat (yang akan diterimanya) jauh lebih pedih dan lebih
menyakitkan lagi.
بَلْ لاَ يَصِلُ الْعَبْدُ إِلَى
حَقِيْقَةِ اْلإِيْمَانِ مَا لَمْ يُحِبَّ لِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ مَا يُحِبُّ
لِنَفْسِهِ، بَلْ يَنْبَغِيْ اَنْ يُسَاهِمَ الْمُسْلِمِيْنَ فِي السَّرَّاءِ
وَالضَّرَّاءِ؛ فَالْمُسْلِمُوْنَ كَالْبُنْيَانِ الْوَاحِدِ يَشُدُّ بَعْضَهُ
بَعْضًا، وَكَالْجَسَدِ الْوَاحِدِ إِذَا اشْتَكَى مِنْهُ عُضْوٌ اشْتَكَى سَائِرُ
الْجَسَدِ
Sungguh seseorang tidak akan sampai kepada hakikat iman
sebelum ia mencintai seluruh kaum muslimin sebagaimana ia mencintai dirinya
sendiri. Bahkan mestinya ia senantiasa bersama-sama kaum muslimin[4]
dalam keadaan lapang maupun sempit. Karena kaum muslimin itu laksana satu
bangunan yang saling mengokohkan antara satu dengan lainnya. Juga laksana satu
tubuh yang apabila satu anggota tubuh merasakan sakit, maka seluruh anggota
tubuh yang lain ikut merasakan sakit.
فَإِنْ كُنْتَ لاَ تُصَادِفُ هَذَا
مِنْ قَلْبِكَ، فَاشْتِغَالُكَ بِطَلَبِ التَّخَلُّصِ مِنَ الْهَلاَكِ أَهَمُّ مِن
اشْتِغَالِكَ بِنَوَادِرِ الْفُرُوْعِ وَعِلْمِ الْخُصُوْمَاتِ
Oleh karena itu, jika engkau belum menemukan perasaan
tersebut di dalam hatimu, maka menyibukkan diri mencari jalan yang dapat menyelamatkanmu
dari kehancuran jauh lebih penting daripada menyibukkan diri dengan masalah-masalah
furu’ yang tidak begitu penting dan ilmu yang mengajarkan perdebatan.
Bersambung...
[1]
Singkat kata: Orang tamak adalah orang yang tidak senang ketika mengetahui ada
orang lain yang mendapatkan nikmat dari Allah SWT.
[2]
Bagi orang yang dengki, jika ia tidak mendapatkan nikmat itu, maka ia pun tidak
ingin orang lain mendapatkannya.
[3] HR Ibnu
Majah.
[4]
Maksudnya: Mestinya ia bisa merasakan apa yang dirasakan oleh kaum Muslimin.
0 comments:
Post a Comment