Kajian Seputar Aqidah dan Amaliah Aswaja

Sunday, September 16, 2018

Pasal tentang Adab-adab Shalat

آدَابُ الصَّلاَةِ


Adab-adab Shalat

فَإِذَا فَرَغْتَ مِنْ طَهَارَةِ الْحَدَثِ، وَطَهَارَةِ الْخَبَثِ، فِي الْبَدَنِ، وَالثِّيَابِ، وَالْمَكَانِ وَمِنْ سَتْرِ الْعَوْرَةِ مِنَ السُّرَّةِ إِلَى الرُّكْبَةِ، فَاسْتَقْبِلِ الْقِبْلَةَ قَائِمًا مُفَرجًا بَيْنَ قَدَمَيْكَ بِحَيْثُ لاَ تَضُمُّهُمَا، وَاسْتَوِ قَائِمًا، ثُمَّ اقْرَأْ (قُلْ أَعُوْذُ بِرَبِّ النَّاسِ) تَحَصُّنًا بِهَا مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ
Apabila engkau telah selesai bersuci dari hadas dan mensucikan badan, pakaian dan tempat shalat dari najis, dan engkau pun telah menutup auratmu mulai pusar hingga lutut,[1] maka berdirilah engkau dengan tegak menghadap kiblat seraya merenggangkan kedua kaki dan tidak merapatkannya, kemudian bacalah surat an-Nas guna membentengi diri dari setan yang terkutuk.

وَأَحْضِرْ قَلْبَكَ مَا أَنْتَ فِيْهِ، وَفَرِّغْهُ مِنَ الْوَسْوَاسِ، وَانْظُرْ بَيْنَ يَدَي مَنْ تَقُوْمُ، وَمَنْ تُنَاجِيْ، وَاسْتَحِ أَنْ تُنَاجِىْ مَوْلاَكَ بِقَلْبٍ غَافِلٍ، وَصَدْرٍ مَشْحُوْنٍ بِوَسْاوِسِ الدُّنْيَا وَخَبَائِثِ الشَّهَوَاتِ
Hadirkan hatimu pada apa yang sedang engkau lakukan, kosongkan ia dari perasaan was-was. Bayangkan bahwa engkau sedang berada di hadapan Allah dan bermunajat kepada-Nya. Malulah bila engkau menghadap kepada Allah dengan hati yang kosong serta dengan dada yang dipenuhi oleh rasa was-was terhadap persoalan dunia dan kotoran-kotoran syahwat.

وَاعْلَمْ أَنَّ الله تَعَالَى مُطَّلِعٌ عَلَى سَرِيْرَتِكَ وَنَاظِرٌ إِلَى قَلْبِكَ، فَإِنَّمَا يَتَقَبَّلُ اللهُ مِنْ صَلاَتِكَ بِقَدْرِ خُشُوْعِكَ وَخُضُوْعِكَ، وَتَوَاضُعِكَ وَتَضَرُّعِكَ، وَاعْبُدْهُ فِيْ صَلاَتِكَ كَأَنَّكَ تَرَاهُ؛ فَإِنْ لَمْ تَكُنْ تَرَاهُ فَإِنَّهُ يَرَاكَ
Ketahuilah bahwa Allah SWT senantiasa mengawasi apa yang terlintas di dalam hatimu dan menatap ke arah sanubarimu. Karena sesungguhnya Allah hanya menerima shalatmu sesuai dengan tingkat kekhusyu’anmu, ketundukanmu, ketawadhu’anmu, dan kerendahan dirimu di hadapan-Nya. Oleh karena itu, sembahlah Allah dalam shalatmu seakan-akan engkau melihat-Nya. Apabila engkau tak mampu melihat-Nya, maka yakinlah bahwa Dia sedang melihat ke arahmu.

فَإِنْ لَمْ يَحْضُرْ قَلْبُكَ، وَلَمْ تَسْكُنْ جَوَارِحُكَ، فَهَذَا لِقُصُوْرِ مَعْرِفَتِكَ بِجَلاَلِ اللهِ تَعَالَى، فَقَدِّرْ أَنَّ رَجُلاً صَالِحًا مِنْ وُجُوْهِ أَهْلِ بَيْتِكَ يَنْظُرُ إِلَيْكَ لِيَعْلَمَ كَيْفَ صَلاَتُكَ، فَعِنْدَ ذَلِكَ يَحْضُرُ قَلْبُكَ، وَتَسْكُنُ جَوَارِحُكَ، ثُمَّ ارْجِعْ إِلَى نَفْسِكَ فَقُلْ: يَا نَفْسَ السُّوْءِ أَلاَ تَسْتَحِيْنَ مِنْ خَالِقِكِ وَمَوْلاَكِ؟ إِذَ قَدَّرْتِ اطِّلاَعَ عَبْدٍ ذَلِيْلٍ مِنْ عِبَادِهِ عَلَيْكِ، وَلَيْسَ بِيَدِهِ ضَرُّكِ وَلاَ نَفْعُكِ، خَشَعَتْ جَوَارِحُكِ، وَحَسُنَتْ صَلاَتُكِ، ثُمَّ إِنَّكِ تَعْلَمِيْنَ أَنَّهُ مُطَّلِعٌ عَلَيْكِ، وَلاَ تَخْشَعِيْنَ لِعَظَمَتِهِ، أَهُوَ  تَعَالَى عِنْدَكِ أَقَلُّ مِنْ عَبِْدٍ مِنْ عِبَادِهِ؟ فَمَا أَشَدَّ طُغْيَانَكِ وَجَهْلَكِ، وَمَا أَعْظَمَ عَدَاوَتَكِ لِنَفْسِكِ
Apabila engkau tidak mampu menghadirkan hatimu, dan anggota badanmu pun tak bisa tenang, maka hal itu disebabkan oleh kurangnya pengetahuanmu tentang keagungan Allah. Oleh karena itu, bayangkanlah seolah-olah ada seorang lelaki shalih dari keluargamu yang sedang memperhatikanmu untuk mengetahui bagaimana kamu melakukan shalat. Jika engkau melakukan hal itu niscaya hatimu akan hadir dan anggota badanmu pun akan tenang. Kemudian kembalilah engkau kepada nafsumu, katakan padanya: “Wahai nafsu yang buruk, tidakkah engkau malu kepada Tuhan yang telah menciptakanmu? Bagaimana mungkin engkau menagungkan pandangan makhluk yang hina, yang tidak dapat memberikan mudharat maupun manfaat terhadapmu. Di hadapannya engkau khusyu’kan anggota badanmu dan engkau baguskan shalatmu. Padahal engkau tahu bahwa Tuhan selalu menatap ke arahmu, namun engkau tidak khusyu’ di hadapan keagungan-Nya. Apakah menurutmu Allah lebih rendah daripada makhluk yang hina itu? Sungguh begitu berat kelaliman dan kebodohanmu, dan begitu besar permusuhanmu dengan dirimu sendiri.

وَعَالِج قَلْبَكَ بِهَذِهِ الْحِيَل، فَعَسَاهُ أَنْ يَحْضُرَ مَعَكَ فِيْ صَلاَتِكَ؛ فَإِنَّهُ لَيْسَ لَكَ مِنْ صَلاَتِكَ إِلاَّ مَا عَقَلْتَ مِنْهَا، وَأَمَّا مَا أَتَيْتُ بِهِ مَعَ الْغَفْلَةِ وَالسَّهْوِ، فَهُوَ إِلَى اْلاِسْتِغْفَارِ وَالتَّكْفِيْرِ أَحْوَجُ
Obatilah hatimu dengan cara-cara seperti itu. Semoga dengan cara demikian hatimu akan hadir dalam shalat yang sedang engkau kerjakan. Sesungguhnya tidaklah engkau memperoleh sesuatu dari shalatmu kecuali sesuai dengan kadar penghayatanmu di dalamnya. Adapun shalat yang engkau kerjakan dalam keadaan lalai dan lupa kepada Allah SWT, maka yang perlu segera engkau lakukan adalah memohon ampun kepada-Nya dan membayar denda.

فَإِذَا حَضَرَ قَلْبُكَ، فَلاَ تَتْرُكْ اْلإِقَامَةَ، وَإِنْ كُنْتَ وَحْدَكَ. وَإِنِ انْتَظَرْتَ حُضُوْرَ جَمَاعَةٍ فَأَذِّنْ، ثُمَّ أَقِمْ
Apabila hatimu telah hadir, hendaklah engkau tidak meninggalkan iqamah sekalipun engkau shalat sendirian. Namun jika engkau menunggu hadirnya para jamaah, kumandangkanlah adzan, lalu iqamah.

فَإِذَا أَقَمْتَ فَانْوِ وَقُلْ فِيْ قَلْبِكَ: أُؤَدِّيْ فَرْضَ الظُّهْرِ ِللهِ تَعَالَى، وَلْيَكُنْ ذَلِكَ حَاضِرًا فِيْ قَلْبِكَ عِنْدَ تَكْبِيْرِكَ. وَلاَ تَعْزُبْ عَنْكَ النِّيَّةُ قَبْلَ الْفَرَاغِ مِنَ التَّكْبِيْرِ
Jika engkau telah siap untuk menunaikan shalat berniat dan ucapkanlah di dalam hatimu: “Aku mengerjakan shalat fardhu Zhuhur karena Allah Ta’ala.” Niat dan ucapan itu hendaklah hadir di dalam hatimu ketika engkau melaksanakan takbiratul ihram, dan hendaklah niat tersebut tidak hilang dari hatimu sebelum engkau selesai melaksanakan takbiratul ihram tersebut. 

وَارْفَعْ يَدَيْكَ عِنْدَ التَّكْبِيْرِ بَعْدَ إِرْسَالِهِمَا أَوَّلاً إِلَى حَذْوِ مَنْكِبَيْكَ وَهُمَا مَبْسُوْطَتَانِ، وَأَصَابِعُهُمَا مَنْشُوْرَةٌ، وَلاَ تَتَكَلَّفْ ضَمَّهَا وَلاَ تَفْرِيْجَهَا، بِحَيْثُ تُحَاذِىْ بِإِبْهَامَيْكَ شَحْمَتَى أُذُنَيْكَ، وَبِرُؤُوْسِ أَصَابِعِكَ أَعْلَى أُذُوْنَيْكَ وَبِكَفَّيْكَ مَنْكِبَيْكَ، فَإِذَا اسْتَقَرَّتَا فِيْ مَقَرِّهِمَا فَكَبِّرْ، ثُمَّ أَرْسِلْهُمَا بِرِفْقٍ
Angkatlah kedua tanganmu saat melakukan takbiratul ihram setelah sebelumnya ia dalam keadaan menjulur ke bawah[2] hingga sejajar dengan kedua bahumu, dengan kedua telapak tangan membuka sedangkankan jari jemarinya dalam keadaan renggang. Dan hendaklah engkau tidak memaksakan diri untuk untuk mendempetkan atau merenggangkan jari jemarimu secara berlebihan. Cukuplah hanya dengan menyejajarkan kedua ibu jarimu dengan kedua daun telingamu bagian bahwah, sementara ujung jari jemarimu berada lebih tinggi dari daun telingamu dan kedua telapak tanganmu berada di atas bahumu. Apabila semuanya telah tepat berada pada posisinya, maka bertakbirlah engkau, kemudian arahkan tanganmu ke bawah secara perlahan.

وَلاَ تَدْفَعْ يَدَيْكَ عِنْدَ الرَّفْعِ وَاْلإِرْسَالِ إِلَى قُدَّامٍ دَفْعًا وَلاَ إِلَى خَلْفٍ رَفْعًا، وَلاَ تَنْفُضْهُمَا يَمِيْنًا وَلاَ شِمَالاً. فَإِذَا أَرْسَلْتَهُمَا فَاسْتَأْنِفْ رَفْعَهُمَا إِلَى صَدْرِكَ، وَأَكْرِمِ الْيُمْنَى بِوَضْعِهَا عَلَى الْيُسْرَى، وَانْشُرْ أَصَابِعَ الْيُمْنَى عَلَى طُوْلِ ذِرَاعِكَ الْيُسْرَى، وَاقْبِضْ بِهَا عَلَى كُوْعِهَا
Janganlah engkau menghentakkan kedua tanganmu pada saat mengangkat ke depan dan menurunkan ke belakang, dan jangan pula engkau mengibaskannya ke kanan maupun ke kiri. Setelah engkau menurunkan keduanya ke bawah, kini saatnya engkau meletakkannya di dada.[3] Posisikan tangan kananmu di atas tangan kirimu seraya merenggangkan jari-jari tangan kananmu di sepanjang lengan kirimu, lalu genggamlah pergelangan tangan kirimu.

وَقُلْ بَعْدَ التَّكْبِيْرِ: اللهُ أَكْبَرُ كَبِيْرًا، وَالْحَمْدُ ِللهِ كَثِيْرًا، وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلاً
Setelah takbiratul ihram, bacalah doa berikut: [Allaahu akbaru kabiiraa, walhamdulillaahi katsiiraa, wasubhaanallaahi bukratan wa ashiilaa] –Allah Maha Besar dengan sebesar-besarnya. Segala puji bagi Allah yang sebanyak-banyaknya. Maha Suci Allah pada pagi dan petang hari.[4]

ثُمَّ اقْرَأْ: وَجَّهْتُ وَجْهِيَ لِلَّذِيْ فَطَرَ السَّمَوَاتِ وَاْلأَرْضَ، حَنِيْفًا مُسْلِمًا وَمَا أَنَا مِنَ الْمُشْرِكِيْنَ، إِنَّ صَلاَتِيْ وَنُسُكِيْ وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِيْ ِللهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ، لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَبِذَلِكَ أُمِرْتُ وَأَنَا مِنَ الْمُسْلِمِيْنَ
Kemudian bacalah: [Wajjahtu wajhiya lilladzii fatharas samaawaati wal ardha, haniifan musliman wa maa ana minal musyrikiin, inna shalaatii wanusukii wamahyaaya wamamaati lillaahi rabbil ‘aalamiin, laa syariika lahu wabidzaalika umirtu wa ana minal muslimiin] –Aku hadapkan wajahku kepada Tuhan yang telah menciptakan langit dan bumi, dengan lurus dan penuh kepasrahan diri, dan aku tidaklah termasuk ke dalam golongan orang-orang musyrik. Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidup dan matiku hanya untuk Allah Tuhan sekalian alam. Tiada sekutu bagi-Nya dan dengan semua itu aku diperintahkan dan aku termasuk golongan orang-orang yang berserah diri.[5]

ثُمَّ قُلْ: أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ، ثُمَّ اقْرَأْ الْفَاتِحَةَ بِتَشْدِيْدَاتِهَا، وَاجْتَهِدْ فِي الْفَرْقِ بَيْنَ الضَّادِ وَالظَّاءِ فِيْ قِرَاءَتِكَ فِي الصَّلاَةِ، وَقُلْ آميْنَ، وَلاَ تَصِلْهُ بِقَوْلِكَ: وَلاَ الضَّالِّيْنَ  وَصلاً
Setelah itu bacalah [A’uudzu billaahi minasy syaithaanir rajiim] –Aku berlindung kepada Allah dari godaan setan yang terkutuk. Kemudian bacalah surat al-Fatihah dengan menyempurnakan seluruh tasydid-nya, dan dalam bacaan shalatmu itu berusahalah untuk membedakan antara dhad dengan zha’. Lalu ucapkanlah aamiin, dan janganlah menyambungnya dengan kalimat waladhdhaalliin.[6]

وَاجْهَرْ بِالْقِرَاءَةِ فِي الصُّبْحِ، وَالْمَغْرِبِ، وَالْعِشَاءِ، أَعْنِيْ فِي الرَّكْعَتَيْنِ اْلأَوْلَيَيْنِ إِلاَّ أَنْ تَكُوْنَ مَأْمُوْمًا، وَاجْهَرْ بِالتَّأْمِيْنِ
Keraskanlah bacaanmu pada saat shalat Subuh, Maghrib, dan Isya, yakni pada dua rakaat pertama kecuali bila engkau menjadi makmum, cukuplah bagimu mengeraskan bacaan aamiin saja.

وَاقْرَأْ فِي الصُّبْحِ بَعْدَ الْفَاتِحَةِ مِنَ السَّوَرِ الطِّوَالِ مِنَ الْمُفَصَّلِ، وَفِي الْمَغْرِبِ مِنْ قِصَارِهِ، وَفِي الظُّهْرِ وَالْعَصْرِ وَالْعِشَاءِ مِنْ أَوْسَاطِهِ، نَحْوِ: وَالسَمَاءِ ذَاتِ الْبُرُوْجِ، وَمَا قَارَبَهَا مِنَ السُّوَرِ
Bacalah pada shalat Subuh setelah membaca surat al-Fatihah surat-surat panjang di antara surat-surat al-mufashshal. Pada shalat Maghrib bacalah surat-surat yang pendek. Sedangkan pada shalat Zhuhur, Ashar, dan Isya hendaklah engkau membaca surat-surat yang tidak begitu panjang dan tidak pula begitu pendek, seperti surat al-Buruj dan surat-surat lain yang hampir sama jumlah ayatnya. 

وَفِي الصُّبْحِ فِي السَّفَرِ: قُلْ يَأَيُّهَا الْكَافِرُوْنَ، وَ قُلْ هُوَ اللهُ أَحَدٌ
Jika engkau dalam perjalanan, maka pada shalat Subuh bacalah suratnya pada rakaat pertama surat al-Kafirun dan rakaat kedua surat al-Ikhlas.

وَلاَ تَصِلْ آخِرَ السُّوْرَةِ بِتَكْبِيْرة الرُّكُوْعِ، وَلَكِنْ افْصُلْ بَيْنَهُمَا بِمِقْدَارِ سُبْحَانَ اللهِ
Hendaklah engkau tidak menyambung akhir surat yang engkau baca dengan takbir ruku’. Pisahkanlah di antara keduanya dengan seukuran waktu yang kau butuhkan untuk membaca [subhanallaah] –Maha Suci Allah.

وَكُنْ فِيْ جَمِيْعِ قِيَامِكَ مُطْرِقًا، قَاصِرًا نَظَرَكَ عَلَى مُصَلاَّكَ؛ فَذَلِكَ أَجْمَعُ لِهَمِّكَ، وَأَجْدَرُ لِحُضُوْرِ قَلْبِكَ، وَإِيَّاكَ أَنْ تَلْتَفِتَ يَمِيْنًا وَشِمَالاً فِيْ صَلاَتِكَ
Pada keseluruhan posisi berdirimu di dalam shalat hendaklah engkau menundukkan pandanganmu ke arah tempat shalat (tempat sujud)mu; karena yang demikian itu akan membuat perhatianmu lebih fokus dan membantu hatimu untuk hadir. Dan jangan sekali-kali engkau menoleh ke kanan dan ke kiri di dalam shalatmu.

ثُمَّ كَبِّرْ لِلرُّكُوْعِ، وَارْفَعْ يَدَيْكَ كَمَا سَبَقَ، وَمُدَّ التَّكْبِيْرَ إِلَى انْتِهَاءِ الرُّكُوْعِ، ثُمَّ ضَعْ رَاحَتَيْكَ عَلَى رُكْبَتَيْكَ وَأَصَابِعَكَ مَنْشُوْرَةً، وَانْصُبْ رُكْبَتَيْكَ، وَمُدَّ ظَهْرَكَ وَعُنُقَكَ وَرَأْسَكَ مُسْتَوِيًا كَالصَّفِيْحَة الْوَاحِدَةِ، وَجَافِ مِرْفَقَيْكَ عَنْ جَنْبَيْكَ، وَالْمَرْأَةُ لاَ تَفْعَلُ ذَلِكَ بَلْ تَضُمُّ بَعْضَهَا إِلَى بَعْضٍ، وَقُلْ: سُبْحَانَ رَبِّيَ الْعَظِيْمِ - ثَلاَثًا. وَإِنْ كُنْتَ مُنْفَرِدًا، فَالزِّيَادةُ إِلَى الْسَبْع وَالْعَشْر حَسَنٌ
Kemudian bertakbirlah untuk melakukan ruku’, dan angkatlah tanganmu dengan cara seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Panjangkan lafazh takbirmu hingga engkau benar-benar berada dalam posisi ruku’ yang sempurna. Kemudian posisikan kedua telapak tanganmu di atas kedua lututmu dan jari-jari tanganmu dalam keadaan renggang. Luruskan kedua lututmu. Hamparkan pula tulang punggung, leher dan kepalamu dengan rata laksana sebuah lempengan. Jauhkan kedua sikumu dari lambung (pinggang)mu. Namun bagi kaum wanita hendaklah ia tidak melakukan hal yang demikian itu. Justru ia harus merapatkan antara anggota badan yang satu dengan lainnya. Kemudian ucapkanlah: [Subhaana rabbiyal ‘azhiim] –Maha Suci Tuhanku Yang Maha Agung— sebanyak  tiga kali.[7] Apabila engkau shalat sendirian, maka menambahkan bacaan ruku’ tersebut sebanyak tujuh hingga sepuluh kali adalah lebih baik.

ثُمَّ ارْفَعْ رَأْسَكَ حَتَّى تَعْتَدِلَ قَائِمًا، وَارْفَعْ يَدَيْكَ قَائِلاً: سَمِعَ اللهُ لِمَنْ حَمِدَهُ، فَإِذَا اسْتَوَيْتَ قَائِمًا فَقُلْ: رَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ مِلْءُ السَّمَوَاتِ وَمِلْءُ اْلاَرْضِ وَمِلْءُ مَا شِئْتَ مِنْ شَيْءٍ بَعْدُ
Kemudian angkatlah kepalamu hingga tegak secara sempurna (benar-benar berdiri) seraya mengangkat kedua tanganmu sambil membaca: [Sami’allaahu liman hamidah] –Allah Maha Mendengar terhadap orang yang memujinya.[8] Dalam keadaan tegak berdiri itu ucapkanlah: [Rabbanaa lakal hamdu mil-us samaawaati wamil-ul ardhi wamil-u maa syi’ta min syai-in ba’du] –Wahai Tuhan kami, bagi-Mu segala puji, sepenuh langit dan sepenuh bumi, serta sepenuh segala sesuatu yang Engkau kehendaki sesudahnya.[9]

وَإِنْ كُنْتَ فِيْ فَرِيْضَةِ الصُّبْحِ فَاقْرَأْ الْقُنُوْتَ فِي الرَّكْعَةِ الثَّانِيَةِ فِيْ اعْتِدَالِكَ مِنَ الرُّكُوْعِ
Apabila engkau mengerjakan shalat Subuh, maka bacalah doa qunut[10] pada rakaat kedua dalam posisi berdiri dari ruku’ setelah membaca bacaan i’tidal.

ثُمَّ اسْجُدْ مُكَبِّرًا غَيْرَ رَافِعِ الْيَدَيْنِ، وَضَعْ أَوَّلاً عَلَى اْلأَرْضِ رُكْبَتَيْكَ، ثُمَّ يَدَيْكَ، ثُمَّ جَبْهَتَكَ مَكْشُوْفَةً، وَضَعْ أَنْفَكَ مَعَ الْجَبْهَةِ، وَجَافِ مِرْفَقَيْكَ عَنْ جَنْبَيْكَ، وَأَقِلَّ بَطْنَكَ عَنْ فَخِذَيْكَ، وَالْمَرْأَةُ لاَ تَفْعَلُ ذَلِكَ، وَضَعْ يَدَيْكَ عَلَى اْلأَرْضِ حَذْوَ مَنْكِبَيْكَ، وَلاَ تَفْرُشْ ذِرَاعَيْكَ عَلَى اْلأَرْضِ، وَقُلْ: سُبْحَانَ رَبِّيَ اْلاَعْلَى - ثَلاَثًا،  أَوْ سَبْعًا أَوْ عَشْرًا، إِنْ كُنْتَ مُنْفَرِدًا
Kemudian hendaklah engkau bersujud dengan mengucapkan takbir tanpa disertai mengangkat kedua tangan. Pertama kali yang engkau letakkan ke tanah adalah lututmu, kemudian kedua telapak tanganmu, lalu dahimu yang terbuka tanpa satu penghalang pun. Sementara hidungmu hendaklah engkau letakkan bersamaan dengan dahimu. Renggangkan kedua sikumu dari pinggangmu. Renggangkan juga perutmu dari kedua pahamu. Namun kaum wanita tidaklah melakukan yang demikian itu. Dalam sujud itu hendaklah engkau meletakkan kedua telapak tanganmu di tanah (lantai) sejajar dengan kedua bahumu, sedangkan kedua lenganmu janganlah engkau letakkan di atas tanah (lantai). Kemudian bacalah: [Subhaana rabbiyal a’laa] –Maha Suci Tuhanku Yang Maha Tinggi, sebanyak tiga kali.[11] Sedangkan jika engkau shalat sendirian, maka bolehkan engkau membacanya sebanyak tujuh atau sepuluh kali.

ثُمَّ ارْفَعْ رَأْسَكَ مِنَ السُّجُوْدِ مُكَبِّرًا حَتَّى تَعْتَدِلَ جَالِسًا، وَاجْلِسْ عَلَى رِجْلِكَ الْيُسْرَى، وَانْصُبْ قَدَمَكَ الْيُمْنَى، وَضَعْ يَدَيْكَ عَلَى فَخِذَيْكَ، وَاْلأَصَابِعَ مَنْشُوْرَةً، وَقُلْ: رَبِّ اغْفِرْ لِيْ، وَارْحَمْنِيْ، وَارْزُقْنِيْ، وَاهْدِنِيْ، وَاجْبُرْنِيْ، وَعَافِنِيْ وَاعْفُ عَنِّيْ
Selanjutnya, angkatlah kepalamu dari sujud seraya bertakbir hingga engkau berada pada posisi duduk yang sempurna. Duduklah di atas telapak kakimu yang kiri, sementara telapak kakimu yang kanan dalam posisi tegak. Letakkan kedua tanganmu di atas kedua pahamu sedangkan jari-jarimu dalam keadaan terbuka. Kemudian ucapkanlah: [Rabbighfirlii, warhamnii, warzuqnii, wahdinii, wajburnii, wa’aafinii, wa’fu’annii] –Ya Tuhan, ampunilahku, kasihanilah aku, berilah aku rezki, berilah aku petunjuk, berilah aku kekayaan, berilah aku kesehatan, dan maafkanlah aku.[12]

ثُمَّ اسْجُدْ سَجْدَةً ثَانِيَةً كَذَلِكَ
Kemudian lakukan sujud yang kedua dengan cara yang sama.

ثُمَّ اعْتَدِلْ جَالِسًا لِلاِْسْتِرَاحَةِ فِيْ كُلِّ رَكْعَةٍ لاَ تَشَهَّدُ عَقِبَهَا
Kemudian bangunlah dari sujud untuk melaksanakan duduk istirahat pada setiap rakaat yang tidak terdapat tasyahud di dalamnya.

ثُمَّ تَقُوْمُ وَتَضَعُ الْيَدَيْنِ عَلَى اْلأَرْضِ، وَلاَ تُقَدِّمْ إِحْدَى رِجْلَيْكَ فِيْ حَالَةِ اْلاِرْتِفَاعِ، وَابْتَدِىءْ بِتَكْبِيْرَةِ اْلاِرْتِفَاعِ عِنْدَ الْقُرْبِ مِنْ حَدِّ جَلْسَةِ اْلاِسْتِرَاحَةِ، وَمُدَّهَا إِلَى انْتِصَافِ ارْتِفَاعِكَ إِلَى قِيَامِكَ، وَلْتَكُنْ هَذِهِ الْجَلْسَةُ جَلْسَةً خَفِيْفَةً مُخْتَطَفَةً
Kemudian bangunlah untuk berdiri memasuki rakaat berikutnya dengan meletakkan kedua tanganmu ke tanah (lantai). Janganlah engkau mendahulukan salah satu dari kakimu saat hendak berdiri. Mulailah dengan mengucapkan takbir untuk berdiri pada saat masa duduk istirahatmu berakhir, dan hendaklah engkau memanjangkan takbirmu hingga engkau berada pada posisi setengah berdiri. Ingatlah, bahwa duduk istirahat ini hanyalah duduk sebentar saja, cepat dan tidak lama. 

وَصَلِّ الرَّكْعَةَ الثَّانِيَةَ كَاْلأُوْلَى، وَأَعِدْ التَّعَوُّذَ فِي اْلاِبْتِدَاءِ، ثُمَّ اجْلِسْ فِي الرَّكْعَةِ الثَّانِيَةِ لِلتَّشَهُّدِ اْلأَوَّلِ، وَضَعْ الْيَدَ الْيُمْنَى فِيْ جُلُوْسِ التَّشَهُّدِ اْلاَوَّل عَلَى الْفَخِذِ الْيُمْنَى مَقْبُوْضَةَ اْلأَصَابِعِ إِلاَّ الْمُسَبِّحَةَ وَاْلإِبْهَامَ فَتُرْسِلَهُمَا، وَانْشُرْ مُسَبِّحَةَ يُمْنَاكَ عِنْدَ قَوْلِكَ: (إِلاَّ اللهُ) لاَ عِنْدَ قَوْلِكَ: (لاَ إِلَهَ). وَضَعْ الْيَدَ الْيُسْرَى مَنْشُوْرَةَ اْلاَصَابِعِ عَلَى الْفَخِذِ الْيُسْرَى، وَاجْلِسْ عَلَى رِجْلِكَ الْيُسْرَى فِيْ هَذَا التَّشَهُّدِ كَمَا بَيْنَ السَّجْدَتَيْنِ
Kemudian lakukanlah shalat di rakaat kedua dengan cara seperti pada rakaat pertama, dan ulangilah kembali membaca ta’awwudz pada setiap permulaan berdiri (permulaan rakaat). Lalu, duduklah pada rakaat kedua untuk melakukan tasyahud awal. Dalam duduk tasyahud awal ini letakkan tangan kananmu di atas paha kanan dengan posisi jari-jarimu menggenggam, kecuali jari telunjuk dan ibu jari yang berada dalam keadaan menjuntai. Dan angkatlah jari telunjukmu yang kanan pada saat engkau membaca illallaah, dan bukan pada bacaan laa ilaaha. Di sisi lain, letakkan tangan kirimu di atas paha kiri dengan posisi jari-jari tangan terbuka. Duduklah engkau di atas telapak kakimu yang kiri dalam tasyahud awal ini, sebagaimana keadaanmu pada waktu duduk di antara dua sujud. 

وَفِي التَّشَهُّدِ اْلأَخِيْرِ مُتَوَرِّكًا. وَاسْتَكْمِلِ الدُّعَاءَ الْمَعْرُوْفَ الْمَأْثُوْرَ بَعْدَ الصَّلاَةِ عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ. وَاجْلِسْ فِيْهِ عَلَى وَرِكِكَ اْلأَيْسَرِ، وَضَعْ رِجْلَكَ الْيُسْرَى خَارِجَةً مِنْ تَحْتِكَ، وَانْصُبْ الْقَدَمَ الْيُمْنَى
Dalam tasyahud akhir duduklah engkau dengan posisi tawarruk. Setelah engkau membaca shalawat kepada Nabi SAW, maka sempurnakanlah dengan doa-doa yang telah dikenal dan diriwayatkan dari Nabi SAW. Yang dimaksud dengan duduk tawarruk adalah duduk di atas pangkal pahamu yang kiri dan meletakkan kakimu yang kiri di tanah (lantai) dan mengeluarkannya dari bawahmu (bawah kaki kanan), sementara telapak kaki kanan dalam posisi tegak.

ثُمَّ قُلْ بَعْدَ الْفَرَاغِ: السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ - مَرَّتَيْنِ، مِنَ الْجَانِبَيْنِ، وَالْتَفِتْ بِحَيْثُ يُرَى بَيَاضُ خَدَّيْكَ مِنْ جَانِبَيْكَ، وَانْوِ الْخُرُوْجَ مِنَ الصَّلاَةِ، وَانْوِ السَّلاَمَ عَلَى مَنْ عَلَى جَانِبَيْكَ مِنَ الْمَلاَئِكَةِ وَالْمُسْلِمِيْنَ
Setelah menyelesaikan tasyahud dan menyempurnakannya dengan doa-doa, maka ucapkanlah: [Assalaamu ‘alaikum warahmatullaah] –Semoga keselamatan dan rahmat Allah terlimpah atasmu— sebanyak dua kali, seraya menoleh ke arah dua sisi samping (kanan dan kiri). Ukuran menoleh itu adalah hingga sekiranya bagian putih pipimu terlihat dari arah sampingmu. Tatkala mengucapkan salam itu, hendaklah engkau meniatkannya untuk keluar dari shalat, dan niatkan pula untuk mengucapkan salam terhadap siapa pun yang ada di sampingmu, baik dari kalangan malaikat maupun kaum Muslimin.  

وَهَذِهِ هَيْئَةُ صَلاَةِ الْمُنْفَرِدِ
Seluruh penjelasan di atas adalah berkaitan dengan adab-adab shalat yang dilaksanakan secara munfarid (sendirian).

وَعِمَادُ الصَّلاَةِ الْخُشُوْعُ، وَحُضُوْرُ الْقَلْبِ، مَعَ الْقِرَاءَةِ وَالذِّكْرِ بِالْفَهمِ
Sesungguhnya tiang shalat yang paling kokoh adalah khusyu’ dan hadirnya hati, disertai pemahaman yang baik terhadap bacaan dan dzikir yang dilantunkan di dalamnya.

وَقاَلَ الْحَسَنُ الْبَصْرِيُّ رَحِمَهُ اللهُ تَعَالَى: كُلُّ صَلاَةٍ لاَ يَحْضُرُ فِيْهَا الْقَلْبُ فَهِيَ إِلَى الْعُقُوْبَةِ أَسْرَعُ
Telah berkata al-Hasan al-Bahsri rahimahullaahu ta’ala: “Setiap shalat yang tidak disertai kehadiran  hati di dalamnya justru akan lebih cepat membawa (pelakunya) kepada siksa.”

وَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: إِنَّ الْعَبْدَ لَيُصَلِّي الصَّلاَةَ فَلاَ يُكْتَبُ لَهُ مِنْهَا سُدْسُهَا وَلاَ عُشْرُهَا، وَإِنَّمَا يُكْتَبُ لِلْعَبْدِ مِنْ صَلاَتِهِ بِقَدْرِ مَا عَقَلَ مِنْهَا
Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya seseorang ketika melaksanakan shalat, maka tidaklah dicatat baginya dari shalatnya itu seperenam atau sepersepuluhnya. Namun yang ditulis untuknya dari shalat yang dikerjakannya itu adalah sesuai dengan tingkat penghayatannya.”


[1] Untuk laki-laki.
[2] Maksudnya, angkatlah kedua tanganmu dari arah bawah ke atas.
[3] Maksudnya adalah di bawah dada (antara pusar dengan dada).
[4] HR Ath-Thayalisi, Abu Dawud, Ibnu Majah, Ibnu Khuzaimah, dan Ibnu Hibban dari Jabir bin Muth’am ra.
[5] HR Muslim, Ahmad, Abu Dawud, Tirmidzi dan Nasa’i dari Ali ra.
[6] Maksudnya, hendaklah ada jeda antara ucapan aamiin dengan kalimat waladhdhaalliin sekalipun hanya dengan satu tarikan nafas.
[7] HR Abu Dawud dan Tirmidzi dari Abdullah bin Mas’ud.
[8] HR Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah ra.
[9] HR Muslim, Abu Dawud, dan Tirmidzi dari Ali dan Ibnu Abu Aufa ra.
[10] Bacaannya sebagaimana yang termaktub dalam HR Abu Dawud, Tirmidzi, Nasa’i, Ibnu Majah dan al-Hakim dari Hasan bin Ali ra.
[11] HR Abu Dawud, Tirmidzi, dan Ibnu Majah dar Ibnu Mas’ud ra.
[12] HR Abu Dawud, Tirmidzi, Ibnu Majah, Baihaqi dalam Sunan al-Kubra, dan al-Hakim dari Ibnu Abbas ra.
Share:

0 comments:

Post a Comment

Waktu Saat Ini


Syubbanul Wathon

Tahlilan

Tamu Online