آدَابُ
اْلاِسْتِعْدَادِ لِسَائِرِ الصَّلَوَاتِ
Adab-Adab Persiapan Shalat
يَنْبَغِيْ
أَنْ تَسْتَعِدَّ لِصَلاَةِ الظُّهْرِ قَبْلَ الزَّوَالِ، فَتُقَدِّمَ
الْقَيْلُوْلَةَ إِنْ كَانَ لَكَ قِيَامٌ فِي اللَّيْلِ أَوْ سَهَرٌ فِي
الْخَيْرِ؛ فَإِنَّ فِيْهَا مَعُوْنَةً عَلَى قِيَامِ اللَّيْلِ، كَمَا أَنَّ فِي
السَّحُوْرِ مَعُوْنَةً عَلَى صِيَامِ النَّهَارِ، وَالْقَيْلُوْلَةُ مِنْ غَيْرِ
قِيَامِ بِاللَّيْلِ كَالسُّحُوْرِ مِنْ غَيْرِ صِيَامٍ بِالنَّهَارِ
Seyogyanya engkau telah mempersiapkan diri untuk
menunaikan shalat Zhuhur sebelum matahari tergelincir. Awali dengan melakukan
tidur qailulah,[1]
bila engkau hendak mengerjakan shalat malam atau begadang di malam hari
untuk suatu kebaikan. Sesungguhnya tidur qailulah akan dapat membantumu
untuk bisa bangun di malam hari, seperti halnya sahur yang dapat membantu
terlaksananya puasa di siang hari. Namun demikian, bila engkau melakukan tidur qailulah
tetapi tidak menunaikan shalat malam, keadaanmu seperti orang yang sahur namun
tidak berpuasa di siang hari.
فَإِذَا قُلْتَ، فَاجْتَهِدْ أَنْ تَسْتَيْقِظَ قَبْلَ الزَّوَالِ،
وَتَتَوَضَّأَ، وَتَحْضُرَ الْمَسْجِدَ، وَتُصَلِّيَ تَحِيَّةَ الْمَسْجِدِ،
وَتَنْتَظِرَ الْمُؤَذِّنَ فَتُجِيْبَهُ، ثُمَّ تَقُوْمُ فَتُصَلِّي أَرْبَعَ
رَكَعَاتٍ عَقِبَ الزَّوَالِ، كَانَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ يُطَوِّلُهُنَّ وَيَقُوْلُ: هَذَا وَقْتٌ تُفْتَحُ فِيْهِ أَبْوَابُ
السَّمَاءِ، فَأُحِبُّ أَنْ يُرْفَعَ لِيْ فِيْهِ عَمَلٌ صَالِحٌ. وَهَذِهِ
اْلأَرْبَعُ قَبْلَ الظُّهْرِ سُنَّةٌ مُؤَكَّدَةٌ؛ فَفِي الْخَبَرِ: مَنْ
صَلاَّهُنَّ فَأَحْسَنَ رُكُوْعَهُنَّ وَسُجُوْدَهُنَّ صَلَّى مَعَهُ سَبْعُوْنَ
أَلْفَ مَلَكٍ يَسْتَغْفِرُوْنَ لَهُ إِلَى اللَّيْلِ
Apabila engkau melakukan tidur qailulah, hendaklah
engkau berusaha untuk bangun sebelum matahari tergelincir. Kemudian berwudhulah
dan segera langkahkah kakimu menuju masjid. Begitu sampai di masjid, lakukanlah
shalat sunnah tahiyyat masjid, lalu tunggulah hingga muadzin mengumandangkan
adzan dan jawablah seruan adzannya itu. Kemudian hendaklah engkau berdiri guna
menunaikan shalat sunnah empat rakaat setelah matahari tergelincir.[2]
Di dalam hadits telah dijelaskan bahwa Rasulullah SAW melaksanakan shalat ini
dalam waktu yang cukup lama. Beliau bersabda: “Inilah waktu dibukanya
pintu-pintu langit, dan aku suka bila amal shalihku diangkat pada waktu ini.”[3]
Shalat empat rakaat sebelum zhuhur ini hukumnya adalah sunnah muakkadah.[4]
Dalam sebuah hadits disebutkan: “Barangsiapa yang melaksanakan shalat empat
rakaat sebelum zhuhur dengan membaguskan (menyempurnakan) rukuk dan sujudnya,
maka tujuh puluh ribu malaikat akan shalat bersamanya seraya memohonkan ampun
untuknya hingga waktu malam tiba.”
ثُمَّ صَلِّ الْفَرْضَ مَعَ اْلإِمَامِ، ثُمَّ صَلِّ بَعْدَ
الْفَرْضِ رَكْعَتَيْنِ؛ فَهُمَا مِنَ الرَّوَاتِبِ الثَّابِتَةِ، وَلاَ
تَشْتَغِلْ إِلَى الْعَصْرِ إِلاَّ بِتَعَلُّمِ عِلْمٍ، أَوْ إِعَانَةِ مُسْلِمٍ،
أَوْ قِرَاءَةِ قُرْآنٍ، أَوْ سَعْيٍ فِيْ مَعَاشٍ لِتَسْتَعِيْنَ بِهِ عَلَى
دِيْنِكَ، ثُمَّ صَلِّ أَرْبَعَ رَكَعَاتٍ قَبْلَ الْعَصْرِ؛ فَهِيَ سُنَّةٌ
مُؤَكَّدَةٌ؛ فَقَدْ قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ:
رَحِمَ اللهُ امْرَأً صَلَّى أَرْبَعًا قَبْلَ الْعَصْرِ. فَاجْتَهِدْ أَنْ
يَنَالَكَ دُعَاؤُهُ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم
Kemudian tunaikanlah shalat Zhuhur bersama
imam. Setelah itu shalatlah dua rakaat setelah Zhuhur karena ia termasuk shalat
rawatib yang ditetapkan oleh syariat. Setelah semua itu engkau laksanakan,
janganlah engkau menyibukkan diri hingga tiba waktu Ashar kecuali belajar
memperdalam ilmu, atau membantu sesama Muslim, atau membaca al-Qur’an, atau
berikhtiar mencari rezki (penghidupan) yang dengannya urusan agamamu menjadi
tertolong. Selanjutnya, jika waktu Ashar telah tiba, laksanakanlah shalat empat
rakaat sebelum Ashar; hukumnya adalah sunnah muakkadah. Rasulullah SAW
bersabda: “(Semoga) Allah mengasihi orang-orang yang shalat empat rakaat
sebelum Ashar.”[5] Oleh karena itu,
berusahalah agar engkau memperoleh doa Rasulullah SAW tersebut.
وَلاَ تَشْتَغِلَ بَعْدَ الْعَصْرِ إِلاَّ بِمِثْلِ مَا سَبَقَ
قَبْلَهُ، وَلاَ يَنْبَغِيْ أَنْ تَكُوْنَ اَوْقَاتُكَ مُهْمَلَةً، فَتَشْتَغِلَ
فِيْ كُلِّ وَقْتٍ بِمَا اتَّفَقَ كَيْفَ اتَّفَقَ، بَلْ يَنْبَغِيْ أَنْ
تُحَاسِبَ نَفْسَكَ، وَتُرَتِّبَ أَوْرَادَكَ وَوَظَائِفَكَ فِيْ لَيْلِكَ
وَنَهَارِكَ، وَتُعَيِّنَ لِكُلِّ وَقْتٍ شُغْلاً لاَ تَتَعَدَّاهُ وَلاَ تُؤْثِرُ
فِيْهِ سِوَاهُ، فَبِذَلِكَ تَظْهَرُ بَرَكَةُ اْلأَوْقَاتِ
Setelah shalat Ashar, janganlah engkau
menyibukkan dirimu kecuali dengan hal-hal yang telah kami sebutkan sebelumnya.[6] Tidak seharusnya waktu
yang engkau punya terbuang sia-sia tanpa sesuatu yang bermanfaat. Mestinya
engkau mengisi setiap waktu yang ada dengan hal-hal yang baik dan yang lebih
baik lagi. Bahkan waktu luangmu itu seharusnya engkau pergunakan untuk
melakukan muhasabah atas dirimu sendiri, menertibkan wirid-wiridmu dan
menata kegiatanmu baik di waktu malam maupun di waktu siang. Isilah setiap
waktu yang bergulir dengan mengerjakan hal-hal yang bermanfaat, jangan biarkan
ia kosong dan tak berguna. Dengan cara demikian, maka engkau akan menyaksikan
keberkahan waktu bagimu.
فَأَمَّا إِذَا تَرَكْتَ نَفْسَكَ سُدًى مُهْمِلاً، إِهْمَالَ
الْبَهَائِمِ، لاَ تَدْرِيْ بِمَاذَا تَشْتَغِلُ فِيْ كُلِّ وَقْتٍ، فَيَنْقَضِيْ
أَكْثَرُ أَوْقَاتِكَ ضَائِعًا، وَأَوْقَاتُكَ عُمُرُكَ، وَعُمُرُكَ رَأْسُ
مَالِكَ، وَعَلَيْهِ تِجَارَتُكَ، وَبِهِ وُصُوْلُكَ إِلَى نَعِيْمِ دَارِ
اْلأَبَدِ فِيْ جِوَارِ اللهِ تَعَالَى؛ فَكُلُّ نَفْسٍ مِنْ أَنْفَاسِكَ
جَوْهَرَةٌ لاَ قِيْمَةَ لَهَا؛ إِذْ لاَ بَدَلَ لَه، فَإِذَا فَاتَ فَلاَ عَوْدَ
لَه
Apabila engkau biarkan dirimu menganggur
tanpa kegiatan apa pun, sebagaimana halnya hewan yang menganggur, tanpa
mengetahui apa saja hal yang bisa engkau kerjakan untuk mengisi setiap waktumu,
maka sebagian besar waktumu akan sia-sia dan hilang dengan percuma. Padahal
waktu yang kau miliki itu hakikatnya adalah umurmu, sedangkan umurmu adalah
modal utama kehidupanmu. Padanya bergantung untung rugi perniagaan akhiratmu,
dan dengannya engkau akan sampai pada kenikmatan abadi kehidupan akhirat di
sisi Allah SWT. Setiap nafas dari rangkaian tarikan dan hembusan nafasmu
laksana permata yang tak ternilai harganya. Tak ada sesuatu pun yang dapat
menggantikannya. Apabila ia telah keluar, maka tak mungkin lagi baginya untuk
kembali.
فَلاَ تَكُنْ كَالْحَمْقَى الْمَغْرُوْرِيْنَ، الَّذِيْنَ
يَفْرَحُوْنَ كُلَّ يَوْمٍ بِزِيَادَةِ أَمْوَالِهِمْ مَعَ نُقْصَانِ
أَعْمَارِهِمْ، فَأَيِّ خَيْرٍ فِيْ مَالٍ يَزِيْدُ، وَعُمُرٍ يَنْقُصُ؟
Maka janganlah engkau seperti orang-orang
dungu yang mudah tertipu, yang merasa gembira karena setiap hari jumlah harta
mereka bertambah, padahal pada saat yang sama umur mereka berkurang. Lalu,
kebaikan seperti apakah yang ada pada keadaan seperti itu, harta bertambah
namun usia berkurang?
وَلاَ تَفْرَحْ إِلاَّ بِزِيَادَةِ عِلْمٍ أَوْ عَمَلٍ صَالِحٍ؛
فَإِنَّهُمَا رَفِيْقَاكَ يَصْحَبَانِكَ فِي الْقَبْرِ، حَيْثُ يَتَخَلَّفُ عَنْكَ
أَهْلُكَ وَمَالُكَ، وَوَلَدُكَ، وَأَصْدِقَاؤُكَ
Janganlah engkau merasa gembira kecuali
dengan bertambahnya ilmu atau amal shalih. Karena keduanya adalah kawan setia
yang akan menemanimu di alam kubur, kelak pada saat keluarga, harta, anak-anak
dan teman-temanmu berpaling dan meninggalkanmu.
ثُمَّ إِذَا اصْفَرَّتِ الشَّمْسُ، فَاجْتَهِدْ أَنْ تَعُوْدَ إِلَى
الْمَسْجِدِ قَبْلَ الْغُرُوْبِ، وَتَشْتَغِلَ بِالتَّسْبِيْحِ
وَاْلاِسْتِغْفَارِ؛ فَإِنَّ فَضْلَ هَذَا الْوَقْتِ كَفَضْلِ مَا قَبْلَ
الطُّلُوْعِ، قَالَ اللهُ تَعَالَى: وَسَبِّحْ بِحَمْدِ رَبِّكَ قَبْلَ طُلُوْعِ
الشَّمْسِ وَقَبْلَ غُرُوْبِهَا
Kemudian apabila matahari telah menyiratkan
warna kuning (jingga),[7] berusahalah engkau untuk
kembali ke masjid sebelum matahari terbenam. Sibukkan dirimu dengan membaca
tasbih dan istighfar. Karena keutamaan waktu ini sama seperti keutamaan waktu
sebelum terbitnya matahari. Allah SWT berfirman: “Dan bertasbihlah dengan
memuji Tuhanmu sebelum matahari terbit dan sebelum terbenamnya.”[8]
وَاقْرَأْ قَبْلَ غُرُوْبِ الشَّمْسِ: وَالشَّمْسِ وَضُحَاهَا،
وَاللَّيْلِ إِذَا يَغْشَى، وَالْمُعَوِّذَتَيْنِ
Selain itu, bacalah sejumlah surat berikut ini sebelum matahari terbenam,
yakni: Wasy-syamsi wa dhuhaaha (surat
asy-Syams), wal laili idzaa yaghsyaa (surat al-Layl) dan al-Mu’awwidzatain (surat al-Falaq dan surat an-Nas).
وَلْتَغْرُبْ
عَلَيْكَ الشَّمْسُ وَأَنْتَ فِي اْلاِسْتِغْفَارِ، فَإِذَا سَمِعْتَ اْلأَذَانَ
فَاَجِبْهُ، وَقُلْ بَعْدَهُ: اللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ عِنْدَ إِقْبَالِ
لَيْلِكَ، وَإِدْبَارِ نَهَارِكَ، وَحُضُوْرِ صَلاَتِكَ، وَأَصْوَاتِ دُعَاتِكَ[9]
أَنْ تُؤْتِيَ مُحَمَّدً الْوَسِيْلَةَ وَالْفَضِيْلَةَ، وَالشَّرَفَ
وَالدَّرَجَةَ الرَّفِيْعَةَ، وَابْعَثْهُ الْمَقَامَ الْمَحْمُوْدَ الَّذِيْ
وَعَدْتَهُ، إِنَّكَ لاَ تُخْلِفُ الْمِيْعَادَ. وَالدُّعَاءُ كَمَا سَبَقَ
Selanjutnya, hendaklah engkau membaca
istighfar hingga matahari terbenam. Apabila engkau mendengar kumandang adzan,
maka jawablah. Setelah itu bacalah doa berikut ini: “Ya Allah, sesungguhnya
aku memohon kepada-Mu pada saat datangnya waktu malam-Mu, di saat berlalunya
waktu siang-Mu, pada saat datangnya waktu shalat-Mu, di saat terdengarnya
seruan para pendoa kepada-Mu.[10]
Karuniakanlah kepada Nabi Muhammad SAW wasilah, keutamaan, kemuliaan, dan
derajat yang tinggi. Dan bangkitkanlah dia pada tempat yang terpuji yang telah
Engkau janjikan. Sesungguhnya Engkau adalah Dzat Yang tidak akan mengingkari
janji.” Yakni doa adzan sebagaimana yang telah dijelaskan pada bab
sebelumnya.
ثُمَّ صَلِّ الْفَرْضَ بَعْدَ جَوَابِ الْمُؤَذِّنِ وَاْلاِقَامَةِ،
وَصَلِّ بَعْدَه قَبْلَ أَنْ تَتَكَلَّمَ رَكْعَتَيْنِ، فَهُمَا رَاتِبَةُ
الْمَغْرِبِ، وَإِنْ صَلَّيْتَ بَعْدَهُمَا أَرْبَعًا تُطِيْلُهُنَّ، فَهُنَّ
أَيْضًا سُنَّة
Setelah engkau selesai menjawab adzan dan
iqamah, tunaikanlah shalat Maghrib berjamaah. Setelah itu, sebelum engkau
berkata-kata, lakukanlah shalat sunnah dua rakaat. Yakni shalat rawatib
ba’diyyah Maghrib. Dan apabila setelah itu engkau menunaikan lagi shalat sunnah
empat rakaat dengan keadaan yang lebih panjang (lama), maka hal itu pun termasuk
yang disunnahkan.
وَإِنْ أَمْكَنَكَ أَنْ تَنْوِيَ اْلاِعْتِكَاف إِلَى الْعِشَاءِ،
وَتُحْيِىَ مَا بَيْنَ الْعِشَاءَيْنِ بِالصَّلاَةِ فَافْعَلْ، فَقَدْ وَرَدَ فِيْ
فَضْلِ ذَلِكَ مَا لاَ يُحْصَى، وَهِيَ نَاشِئَةُ اللَّيْلِ؛ لِأَنَّهَا أَوَّلُ
نَشْأَةٍ، وَهِيَ صَلاَةُ اْلأَوَّابِيْنَ، وَسُئِلَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ قَوْلِهِ تَعَالَى: تَتَجَافَى جُنُوْبُهُمْ عَنِ
الْمَضَاجِعِ، فَقَالَ: هِيَ الصَّلاَةُ مَا بَيْنَ الْعِشَاءَيْنِ؛ فَإِنَّهَا
تَذْهَبُ بِمُلاَغَاتِ النَّهَارِ وَتُهَذِّبُ آخِرَهُ
Jika memungkinkan bagimu untuk melakukan
i’tikaf hingga waktu shalat Isya tiba dan menghidupkan waktu antara Maghrib dan
Isya dengan shalat sunnah, maka lakukanlah. Sungguh di antara kedua waktu itu
ada keutamaan yang tiada ternilai harganya. Waktu itu disebut Nasyiatul
Layli, yakni permulaan malam. Shalat yang dikerjakan pada waktu itu adalah
shalat sunnah Awwabin.[11] Rasulullah SAW pernah
ditanya tentang firman Allah SWT: “Lambung mereka jauh dari tempat
tidurnya,” maka beliau bersabda: “Maksudnya adalah melaksanakan
shalat sunnah antara waktu Maghrib dan Isya; karena sesungguhnya shalat
di antara kedua waktu tersebut dapat menghilangkan segala perbuatan yang tak
berguna yang dilakukan di siang hari dan memperbaikinya.
فَإِذَا دَخَلَ وَقْتُ الْعِشَاءِ، فَصَلِّ أَرْبَعَ رَكَعَاتٍ
قَبْلَ الْفَرْضِ إِحْيَاءً لِمَا بَيْنَ اْلأَذَانَيْنِ فَفَضْلُ ذَلِكَ
كَثِيْرٌ، وَفِي الْخَبَرِ أَنَّ: الدُّعَاءَ بَيْنَ اْلأَذَانِ وَاْلاِقَامَةِ
لاَ يُرَدُّ
Apabila waktu shalat Isya telah masuk, maka
lakukanlah shalat sunnah empat rakaat sebelum Isya guna menghidupkan waktu
antara adzan dan iqamah, karena di waktu itu terdapat keutamaan yang sangat
banyak. Dalam sebuah hadits disebutkan bahwa: “Doa antara adzan dan iqamah
tidak akan ditolak.”[12]
ثُمَّ صَلِّ الْفَرْضَ، وَصَلِّ الرَّاتِبَةَ رَكْعَتَيْنِ،
وَاقْرَأْ فِيْهِمَا سُوْرَةَ: الم السَّجْدَة، وَتَبَارَكَ الْمُلْكَ؛ أَوْ
سُوْرَة يس، وَ الدُّخَان، فَذَلِكَ مَأْثُوْرٌ عَنْ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
Kemudian
tunaikanlah shalat Isya secara
berjamaah. Lalu lakukan juga shalat sunnah rawatib dua rakaat
sesudahnya. Dalam
shalat ba’diyyah Isya tersebut bacalah di dalamnya surat as-Sajdah dan
surat al-Mulk; atau surat Yasin dan surat ad-Dukhan. Yang demikian itu
berasal
dari amalan yang dilakukan oleh Rasulullah SAW.
وَصَلِّ بَعْدَهَا أَرْبَعَ رَكَعَاتٍ، فَفِي الْخَبَرِ مَا يَدُلُّ
عَلَى عَظِيْمِ فَضْلِهَا. ثُمَّ صَلِّ الْوِتْرَ بَعْدَهَا ثَلاَثًا
بِتَسْلِيْمَتَيْنِ أَوْ بِتَسْلِيْمَةٍ وَاحِدَةٍ. وَكَانَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى
اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقْرَأْ فِيْهَا سُوْرَةَ سَبِّحِ اسْمَ رَبِّكَ
اْلأَعْلَى، وَقُلْ يَأَيُّهَا الْكَافِرُوْنَ، وَاْلاِخْلاَص
وَالْمُعَوِّذَتَيْنِ[13]
Setelah itu lakukanlah shalat sunnah empat
rakaat, karena terdapat hadits yang menjelaskan betapa besar keutamaan yang ada
padanya. Jika shalat sunnah empat rakaat itu telah selesai engkau lakukan,
lanjutkanlah dengan melakukan shalat witir tiga rakaat dengan dua kali salam
atau satu kali salam. Dalam shalat witir biasanya Rasulullah membaca surat al-A’la (rakaat
pertama), surat
al-Kafirun (rakaat kedua), dan al-Ikhlas, al-Falaq serta an-Nas (pada rakaat
ketiga).
فَإِنْ كُنْتَ عَازِمًا عَلَى قِيَامِ اللَّيْلِ، فَأَخِّرِ
الْوِتْرَ، لِيَكُوْنَ آخِرَ صَلاَتِكَ بِاللَّيْلِ وِتْرًا، ثُمَّ اشْتَغِلْ
بَعْدَ ذَلِكَ بِمُذَاكَرَةِ عِلْمٍ أَوْ مُطَالَعَةِ كِتَابٍ، وَلاَ تَشْتَغِلْ
بِاللَّهْوِ وَاللَّعِبِ، فَيَكُوْنُ ذَلِكَ خَاتِمَةُ أَعْمَالِكَ قَبْلَ
نَوْمِكَ؛ فَإِنَّمَا اْلأَعْمَالُ بِخَوَاتِيْمِهَا
Apabila engkau berniat untuk menunaikan
shalat malam, maka akhirkanlah witirmu. Yang demikian itu agar akhir shalatmu
di malam hari adalah shalat witir. Setelah itu sibukkan dirimu dengan
mempelajari ilmu dan menelaah kitab, dan janganlah engkau melakukan hal-hal
yang sia-sia dan tak berguna. Dengan demikian engkau telah menjadikan
mempelajari ilmu dan menelaah kitab sebagai penutup aktivitasmu di hari itu
sebelum engkau beranjak tidur. Sesungguhnya amal itu tergantung pada bagaimana
penutupnya.
[1] Tidur
sejenak sebelum tibanya waktu Zhuhur.
[2] Yang
dimaksud adalah shalat sunnah qabliyyah zhuhur.
[3] HR Ahmad
dan Tirmidzi dari Abdullah bin Saib ra
[4] Yakni,
shalat sunnah yang sangat dianjurkan oleh Rasulullah SAW untuk dikerjakan.
[5] HR
Tirmidzi dan Abu Dawud dari Abdullah bin Umar ra.
[6]
Yakni, belajar
memperdalam ilmu, atau membantu sesama Muslim, atau membaca al-Qur’an, atau
berikhtiar mencari rezki (penghidupan).
[7]
Maksudnya di waktu sore hari.
[8] QS.
Thaha [20]: 130.
[9] HR
Tirmidzi dan Abu Dawud dari Ummu Salamah ra.
[10] HR
Tirmidzi dan Abu Dawud dari Ummu Salamah ra.
[11] Shalat
sunnah para ahli taubat.
[12] HR Ibnu
Khuzaimah dan Ibnu Sunni dari Anas bin Malik ra.
[13] HR Abu
Dawud, Tirmidzi, Ibnu Majah dari Aisyah ra.
0 comments:
Post a Comment