Diriwayatkan
bahwa Sayidina Umar bin Khaththab ra pernah berkata:
“Hal yang paling aku takutkan menimpa kalian adalah bakhil yang
dipelihara, hawa nafsu yang dituruti, dan ‘ujub (bangga) terhadap diri
sendiri.”
Tegukan
Hikmah:
Nasihat ini
termaktub dalam Kitab Jami’ Bayanil ‘Ilm wa Fadhlihi, I/173.
Melalui ungkapan ini Sayidina Umar bin Khaththab ra mengingatkan kita bahwa
ada tiga hal yang biasa dipandang remeh oleh kebanyakan orang, padahal
sesungguhnya sangatlah berbahaya. Ketiga hal itu adalah:
- Bakhil yang dipelihara
- Hawa nafsu yang selalu diperturutkan, dan
- ‘Ujub atau merasa bangga terhadap diri sendiri.
Ketiga hal ini sesungguhnya merupakan penyakit yang menggerogoti kehidupan
manusia, namun banyak yang tidak menyadari bila penyakit ini sudah kronis akan
bisa menyengsarakan kehidupan orang yang terjangkiti olehnya di dunia dan
akhirat. Kok bisa? Ya, memang demikian.
Perhatikanlah,
bakhil merupakan virus awal yang akan menyebabkan seseorang terserang penyakit
tamak. Bakhil memiliki pengertian yang sama dengan pelit. Pelit merupakan sifat
yang menyebabkan manusia tak pernah bisa siap untuk berbagi dengan orang lain.
Pelit merupakan hasil kebiasaan seseorang yang selalu mementingkan diri
sendiri. Akibat dari kebiasaan itu yang ada dalam pemahamannya adalah apa pun
yang dimiliki haruslah dipergunakan sebesar-besar untuk kepentingan pribadi.
Kalau ada orang lain yang membutuhkan maka ia akan memilih mengutamakan pemenuhan
kebutuhannya sendiri.
Orang yang pelit/bakhil selalu merasa khawatir terjadi pengurangan jumlah
dari sesuatu yang ia miliki, dan ia memandang berkurangnya jumlah sesuatu yang
dimilikinya itu pasti akan menimbulkan kerugian padanya. Itulah
sebabnya mengapa ia selalu tidak mau berbagi dengan yang lain. Namun, dampak
sifat bakhil yang dipelihara tidak hanya sampai di situ. Seorang yang bakhil
takkan pernah merasa cukup dengan sesuatu yang diberikan Tuhan padanya. Ia akan
selalu merasa kurang, kurang, dan kurang.
Akibatnya,
ia akan menggunakan segala cara untuk memenuhi apa yang ia anggap masih kurang
dalam kehidupannya. Prinsip menghalalkan segala cara niscaya tak mungkin
dihindarinya. Keadaan yang demikian sesungguhnya bentuk penderitaan. Lahir-batin
ia akan menderita karena selalu merasa tak pernah cukup dan tak pernah mampu
memenuhi segala macam kehendak nafsunya. Nah, bukankah ini berbahaya?
Demikian
halnya dengan nafsu yang selalu diperturutkan dan merasa bangga terhadap diri
sendiri. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwa bakhil/pelit yang
kemudian berlanjut menjadi sifat tamak, merupakan salah satu hasil dari sikap
selalu memperturutkan hawa nafsu. Itu hanya satu bagian saja. Lalu, bagaimana
kalau kita memperturutkan semua kehendak nafsu? Jawabnya tentu akan jauh lebih
menyengsarakan hidup di dunia dan di akhirat.
Di sisi
lain, merasa bangga terhadap diri sendiri akan memunculkan penyakit lebih
lanjut, yakni takabur atau sombong. Penyakit ini akan membuat seseorang selalu
merasa lebih dalam segala hal dibanding orang lain. Ia selalu merasa sebagai
yang terbaik dalam bidang apa pun sehingga selalu meremehkan orang lain.
Sayangnya, terkadang yang demikian itu hanya ada dalam perasaannya, sementara
kenyataannya tidaklah demikian. Ia merasa yang paling kaya, padahal
kenyataannya tidak; ia merasa paling dermawan, padahal kenyataannya tidak; dan
seterusnya.
Penyakit
‘ujub ini tak kalah bahayanya dengan penyakit bakhil. Orang yang terjangkiti
‘ujub selalu mengharap penghargaan dari orang lain. Namun, tentu tidak
selamanya penghargaan itu akan ia dapatkan. Apabila yang diharapkan tak
diperoleh, sudah pasti yang timbul adalah perasaan kecewa. Kekecewaan demi
kekecewaan yang menghimpit perasaan akan sangat berbahaya bagi kehidupan
manusia, baik di dunia maupun di akhirat. Di dunia orang yang banyak kecewa
akan disiksa oleh perasaannya sendiri, sedangkan di akhirat ia akan disiksa
Allah karena sikapnya yang tak pernah menghargai dan mensyukuri nikmat Allah.
Maka, berhatil-hatilah!
0 comments:
Post a Comment