Kajian Seputar Aqidah dan Amaliah Aswaja

Monday, September 24, 2018

Hal yang Paling Menakutkan

Diriwayatkan bahwa Sayidina Umar bin Khaththab ra pernah berkata:

Hal yang paling aku takutkan menimpa kalian adalah bakhil yang dipelihara, hawa nafsu yang dituruti, dan ‘ujub (bangga) terhadap diri sendiri.”

Tegukan Hikmah:
Nasihat ini termaktub dalam Kitab Jami’ Bayanil ‘Ilm wa Fadhlihi, I/173.

Melalui ungkapan ini Sayidina Umar bin Khaththab ra mengingatkan kita bahwa ada tiga hal yang biasa dipandang remeh oleh kebanyakan orang, padahal sesungguhnya sangatlah berbahaya. Ketiga hal itu adalah:

  •  Bakhil yang dipelihara 
  • Hawa nafsu yang selalu diperturutkan, dan 
  • ‘Ujub atau merasa bangga terhadap diri sendiri.

Ketiga hal ini sesungguhnya merupakan penyakit yang menggerogoti kehidupan manusia, namun banyak yang tidak menyadari bila penyakit ini sudah kronis akan bisa menyengsarakan kehidupan orang yang terjangkiti olehnya di dunia dan akhirat. Kok bisa? Ya, memang demikian. 

Perhatikanlah, bakhil merupakan virus awal yang akan menyebabkan seseorang terserang penyakit tamak. Bakhil memiliki pengertian yang sama dengan pelit. Pelit merupakan sifat yang menyebabkan manusia tak pernah bisa siap untuk berbagi dengan orang lain. Pelit merupakan hasil kebiasaan seseorang yang selalu mementingkan diri sendiri. Akibat dari kebiasaan itu yang ada dalam pemahamannya adalah apa pun yang dimiliki haruslah dipergunakan sebesar-besar untuk kepentingan pribadi. Kalau ada orang lain yang membutuhkan maka ia akan memilih mengutamakan pemenuhan kebutuhannya sendiri. 

Orang yang pelit/bakhil selalu merasa khawatir terjadi pengurangan jumlah dari sesuatu yang ia miliki, dan ia memandang berkurangnya jumlah sesuatu yang dimilikinya itu pasti akan menimbulkan kerugian padanya. Itulah sebabnya mengapa ia selalu tidak mau berbagi dengan yang lain. Namun, dampak sifat bakhil yang dipelihara tidak hanya sampai di situ. Seorang yang bakhil takkan pernah merasa cukup dengan sesuatu yang diberikan Tuhan padanya. Ia akan selalu merasa kurang, kurang, dan kurang. 

Akibatnya, ia akan menggunakan segala cara untuk memenuhi apa yang ia anggap masih kurang dalam kehidupannya. Prinsip menghalalkan segala cara niscaya tak mungkin dihindarinya. Keadaan yang demikian sesungguhnya bentuk penderitaan. Lahir-batin ia akan menderita karena selalu merasa tak pernah cukup dan tak pernah mampu memenuhi segala macam kehendak nafsunya. Nah, bukankah ini berbahaya?

Demikian halnya dengan nafsu yang selalu diperturutkan dan merasa bangga terhadap diri sendiri. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwa bakhil/pelit yang kemudian berlanjut menjadi sifat tamak, merupakan salah satu hasil dari sikap selalu memperturutkan hawa nafsu. Itu hanya satu bagian saja. Lalu, bagaimana kalau kita memperturutkan semua kehendak nafsu? Jawabnya tentu akan jauh lebih menyengsarakan hidup di dunia dan di akhirat. 

Di sisi lain, merasa bangga terhadap diri sendiri akan memunculkan penyakit lebih lanjut, yakni takabur atau sombong. Penyakit ini akan membuat seseorang selalu merasa lebih dalam segala hal dibanding orang lain. Ia selalu merasa sebagai yang terbaik dalam bidang apa pun sehingga selalu meremehkan orang lain. Sayangnya, terkadang yang demikian itu hanya ada dalam perasaannya, sementara kenyataannya tidaklah demikian. Ia merasa yang paling kaya, padahal kenyataannya tidak; ia merasa paling dermawan, padahal kenyataannya tidak; dan seterusnya. 

Penyakit ‘ujub ini tak kalah bahayanya dengan penyakit bakhil. Orang yang terjangkiti ‘ujub selalu mengharap penghargaan dari orang lain. Namun, tentu tidak selamanya penghargaan itu akan ia dapatkan. Apabila yang diharapkan tak diperoleh, sudah pasti yang timbul adalah perasaan kecewa. Kekecewaan demi kekecewaan yang menghimpit perasaan akan sangat berbahaya bagi kehidupan manusia, baik di dunia maupun di akhirat. Di dunia orang yang banyak kecewa akan disiksa oleh perasaannya sendiri, sedangkan di akhirat ia akan disiksa Allah karena sikapnya yang tak pernah menghargai dan mensyukuri nikmat Allah. Maka, berhatil-hatilah!
Share:

0 comments:

Post a Comment

Waktu Saat Ini


Syubbanul Wathon

Tahlilan

Tamu Online