Suatu ketika
Sayidina Umar bin Khaththab ra pernah mengucapkan kata:
“Nilai
seseorang itu terletak pada hartanya, kemuliaannya terletak pada agamanya, dan
harga dirinya terletak pada akhlaknya.”
Tegukan Hikmah:
Nasihat ini
termaktub dalam Kitab Al-Aqdul Farid, II/326.
Perkataan Sayidina Umar bin Khaththab ra ini singkat, namun mengandung makna yang
sangat dalam. Kita perlu memahaminya dengan baik, karena jika tidak, kita akan
menyimpulkan bahwa harta yang banyak akan menyebabkan seseorang menjadi sosok
yang paling bernilai.
Sayidina Umar ra mengatakan bahwa nilai seseorang itu terletak pada
hartanya. Yang dimaksud bukanlah jumlah (kuantitas) harta yang dimiliki,
melainkan kualitasnya. Bila dikaitkan dengan kepemilikan harta, seseorang akan
dinilai baik atau buruk dengan memperhatikan bagaimana cara yang ditempuhnya
dalam memperoleh harta dan ke mana ia belanjakan harta itu. Masyarakat akan
cenderung menilai seseorang itu baik apabila dalam memperoleh harta dan
kekayaan ia lakukan cara-cara yang baik dan menghindar sejauh mungkin dari
cara-cara yang diharamkan oleh Allah penggunaannya.
Penilaian
akan jauh semakin baik bila harta yang telah terkumpul itu kemudian ia
belanjakan pada hal-hal yang orang banyak bisa merasakan manfaatnya. Kalau
harta yang dimilikinya itu hanya ia nikmati sendiri bersama keluarganya, tanpa
sedikit pun peduli terhadap orang-orang yang membutuhkan uluran tangan
saudaranya, maka nilainya tidaklah baik, meskipun hidupnya bergelimang harta.
Melalui ungkapan ini, Sayidina Umar ra sebenarnya mengingatkan kepada
orang-orang yang diberikan Allah kelapangan rezki agar tidak lupa diri
dengannya, lalu menganggap keadaan hidup yang berkecukupan itu secara otomatis
telah mengangkatnya pada posisi nilai tertinggi dari kebaikan. Ketahuilah,
bahwa itu tidak akan kita peroleh, kecuali jika kita mengumpulkan harta dengan
cara-cara yang baik dan membelanjakannya di berbagai jalan kebajikan.
Sayidina Umar ra pun berkata bahwa kemuliaan seseorang terletak pada
agamanya. Ya, kemuliaan yang dimaksud adalah kemuliaan di dunia dan di akhirat.
Kita tidak akan menjadi seorang yang mulia di kedua kehidupan itu jika
mengabaikan agama dan menyepelekan nilai-nilai yang terkandung padanya. Agama
merupakan kumpulan pedoman hidup yang digariskan oleh Tuhan dan utusan-Nya.
Jika Anda mengamalkannya dalam kehidupan Anda, maka Tuhan akan memuliakan Anda,
baik di dunia maupun di akhirat. Namun, jika yang Anda lakukan bertentangan
dengan pedoman hidup itu, maka Anda akan mendapatkan keadaan sebaliknya, di
dunia maupun di akhirat.
Kemuliaan
hakiki adalah kemuliaan yang dianugerahkan Tuhan. Hanya Tuhan yang berhak
menentukan siapa di antara kita yang mulia hidupnya. Dan, Tuhan menentukan
kemuliaan seseorang berdasarkan pada tingkat pengamalannya terhadap pedoman
hidup yang telah ditetapkan-Nya, yakni agama.
“Harga diri
seseorang terletak pada akhlaknya,” kata Sayidina Umar ra. Akhlak
yang diperlihatkan seseorang mencerminkan harga dirinya. Perhatikanlah,
masihkah memiliki harga diri seseorang yang tanpa rasa malu mengambil harta
saudaranya dengan cara-cara yang batil? Masihkah memiliki harga diri para
koruptor yang tega mengambil uang rakyat demi memuaskan tuntutan nafsunya? Semua
orang akan berkata bahwa orang seperti itu telah kehilangan harga dirinya. Satu
sifat harga diri yang harus kita perhatikan adalah sekali ia hilang dari
kehidupan kita, selamanya kita takkan pernah lagi meraihnya.
Seseorang
dipandang memiliki harga diri jika dalam hidupnya ia memperlihatkan akhlak yang
mulia. Akhlak mulia menjauhkan seseorang dari sikap-sikap rendah hasil dorongan
hawa nafsu. Tak sulit untuk mengetahui mana akhlak mulia dan mana yang hina.
Allah telah anugerahkan pada kita qalbu yang
selalu membisikkan kebaikan pada kita. Lakukan segala macam yang bernilai baik,
maka akhlak Anda akan baik. Namun jika yang Anda lakukan segala macam
keburukan, maka itulah pertanda akhlak buruk telah merasuki Anda. Sekarang
tinggal pilih. Keputusan ada di tangan Anda!
0 comments:
Post a Comment