Ketika mengadakan majelis tahlilan yang di dalamnya
biasanya diawali dengan pembacaan surat Yasin, kemudian dilanjutkan dengan
serangkaian bacaan dzikir seperti yang telah dipaparkan pada bab sebelumnya,
maka dari semua itu akan dimohonkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala
agar pahalanya atau manfaatnya disampaikan kepada orang yang telah meninggal
dunia. Ritual semacam ini sering disebut juga di tengah masyarakat sebagai
kirim doa atau hadiah pahala.
Mayoritas ulama sejak dahulu
berpendapat bahwa amaliah orang yang masih hidup dapat bermanfaat bagi orang
yang telah meninggal dunia apabila ia secara ikhlas menghadiahkan kepadanya. Namun sayangnya, saat ini demikian gencar sekelompok
orang yang menyelisihi pendapat jumhur al-ulama ini mendengungkan di
tengah masyarakat bahwa amaliah orang yang masih hidup tidak akan bermanfaat
bagi orang yang telah meninggal dunia. Mereka juga mengatakan bahwa hadiah
pahala tidak akan sampai kepada si mayit dengan sejumlah dalil yang sering kali
mereka pahami secara tekstual, bahkan didasarkan pada kehendak nafsunya semata.[1]
Pendapat mereka itu tentu saja
tidak benar, karena ada banyak hadits yang mengisyaratkan bahwa amaliah orang
yang masih hidup bisa memberi manfaat kepada orang yang telah meninggal dunia. Insya Allah hadits-hadits tersebut akan penulis
paparkan. Namun sebelum sampai ke sana, terlebih dahulu akan disampaikan
amal-amal apa saja yang bermanfaat bagi seseorang setelah kematiannya dan
pahalanya terus mengalir padanya, yang itu merupakan hasil usahanya semasa ia
menjalani kehidupan di dunia ini.
Imam Muslim meriwayatkan hadits sebagai berikut:
عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ
أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِذَا مَاتَ
اْلإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَنْهُ عَمَلُهُ إِلاَّ مِنْ ثَلاَثٍِ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ
أَوْ عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ أَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُوْ لَهُ
Artinya: “Dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda, “Apabila salah seorang manusia meninggal dunia,
maka terputuslah segala amalannya kecuali tiga perkara: sedekah jariyah, ilmu
yang bermanfaat baginya dan anak shalih yang selalu mendoakannya.” (HR Imam
Muslim)[2]
Hadits ini menjelaskan kepada
kita bahwa ada tiga perkara yang apabila diamalkan seseorang semasa
kehidupannya di dunia ini maka ia akan terus memperoleh pahala amaliahnya itu
sekalipun ia telah meninggal dunia. Pertama, apabila semasa hidupnya ia selalu memberi sedekah
jariyah, misalnya ia menjadi donatur pembangunan masjid, madrasah, pesantren
dan sebagainya, maka pahala atas amalnya akan terus diberikan Allah padanya
sekalipun ia telah meninggalkan dunia ini. Kedua, apabila dalam hidupnya
ia selalu mengajarkan ilmu-ilmu yang bermanfaat bagi banyak orang, maka pahala
dari amaliahnya itu akan terus mengalir padanya sekalipun ia telah wafat. Ketiga,
apabila ia diamanahi oleh Allah anak, lalu ia mendidiknya dengan baik sesuai
dengan tuntunan Allah dan Rasul-Nya sehingga si anak menjadi seorang yang
shalih, maka doa-doa si anak itu untuknya akan bermanfaat baginya sekalipun ia
telah meninggal dunia.
Dalam Sunan Ibnu Majah disebutkan hadits
berikut:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ
قَالَ قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ مِمَّا
يَلْحَقُ الْمُؤْمِنَ مِنْ عَمَلِهِ وَحَسَنَاتِهِ بَعْدَ مَوْتِهِ عِلْمًا
عَلَّمَهُ وَنَشَرَهُ وَوَلَدًا صَالِحًا تَرَكَهُ وَمُصْحَفًا وَرَّثَهُ أَوْ
مَسْجِدًا بَنَاهُ أَوْ بَيْتًا ِلابْنِ السَّبِيْلِ بَنَاهُ أَوْ نَهْرًا
أَجْرَاهُ أَوْ صَدَقَةً أَخْرَجَهَا مِنْ مَالِهِ فِيْ صِحَّتِهِ وَحَيَاتِهِ
يَلْحَقُهُ مِنْ بَعْدِ مَوْتِهِ
Artinya: “Dari Abu Hurairah ia berkata, “Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya kebaikan yang akan
mengiringi seorang Mukmin setelah ia meninggal adalah ilmu yang ia ajarkan dan
sebarkan, anak shalih yang ia tinggalkan dan al-Qur’an yang ia wariskan, atau
masjid yang ia bangun, atau rumah yang ia bangun untuk ibnu sabil, atau sungai
yang ia alirkan (untuk orang lain), atau sedekah yang ia keluarkan dari harta
miliknya di masa sehat dan masa hidupnya, semuanya akan mengiringinya setelah
meninggal.” (HR Imam Ibnu Majah)
Pada hadits ini dijelaskan lebih
banyak lagi amaliah yang dilakukan seseorang semasa hidupnya yang kemudian akan
memberikan pahala baginya dan terus mengalir sekalipun ia telah meninggal
dunia. Amaliah itu adalah ilmu
bermanfaat yang ia ajarkan, anak shalih hasil bimbingannya yang selalu
mendoakannya, al-Qur’an yang ia wariskan, masjid yang ia bangun, rumah yang ia
dirikan untuk ibnu sabil, sungai yang ia gali dan ia alirkan untuk kepentingan
orang banyak serta sedekah jariyah yang ia keluarkan dari hartanya.
Dalam Shahih Muslim disebutkan hadits sebagai
berikut:
عَنْ جَرِيْرِ بْنِ عَبْدِ اللهِ قَالَ قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى
اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ سَنَّ فِي اْلإِسْلاَمِ سُنَّةً حَسَنَةً فَعُمِلَ
بِهَا بَعْدَهُ كُتِبَ لَهُ مِثْلُ أَجْرِ مَنْ عَمِلَ بِهَا وَلاَ يَنْقُصُ مِنْ
أُجُوْرِهِمْ شَيْءٌ وَمَنْ سَنَّ فِي اْلإِسْلاَمِ سُنَّةً سَيِّئَةً فَعُمِلَ
بِهَا بَعْدَهُ كُتِبَ عَلَيْهِ مِثْلُ وِزْرِ مَنْ عَمِلَ بِهَا وَلاَ يَنْقُصُ
مِنْ أَوْزَارِهِمْ شَيْءٌ
Artinya: “Dari Jarir bin Abdullah dia berkata, “Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa mengadakan kebiasaan yang
baik dalam Islam, lalu kebiasaan baik tersebut diikuti oleh orang-orang
sesudahnya, maka akan dicatat untuknya pahala sebanyak yang diperoleh
orang-orang yang mengikutinya tanpa mengurangi sedikit pun pahala yang mereka
peroleh. Sebaliknya, barang siapa mengadakan kebiasaan yang buruk dalam Islam,
lalu kebiasaan buruk tersebut diikuti oleh orang-orang sesudahnya, maka akan
dicatat baginya dosa sebanyak yang diperoleh orang-orang yang mengikutinya
tanpa mengurangi dosa yang mereka peroleh sedikit pun.” (HR Imam Muslim).[3]
Kalau saat ini Anda memiliki
kebiasaan baik yang selalu Anda lakukan dalam kehidupan Anda, kemudian diikuti
oleh orang lain, maka Anda akan memperoleh pahala selain dari kebiasaan baik
Anda juga dari perilaku baik dari orang-orang
yang mencontoh kebiasaan baik Anda itu. Pahala yang Anda dapatkan bukan hanya saat
Anda menjalani hidup di dunia ini, tapi juga saat Anda telah berpulang
menghadap ke haribaan Allah subhanahu wa ta’ala. Hal sebaliknya pun
berlaku demikian. Itulah pesan yang terkandung dalam hadits di atas.
Semua hadits di atas menjelaskan kepada kita bentuk-bentuk amaliah yang
dilakukan seseorang semasa hidupnya, lalu memberi manfaat baginya setelah
kematiannya tanpa pernah terputus. Nah, itu semua berasal dari amalnya sendiri.
Namun ada juga amal-amal lainnya yang bukan amalnya namun bisa memberi manfaat
untuk dirinya setelah kematiannya. Amal-amal tersebut adalah amal-amal yang
dilakukan oleh orang-orang yang masih hidup namun karena keikhlasan mereka
memohonkan kepada Allah agar manfaatnya disampaikan kepada orang yang sudah
meninggal dunia itu, maka ia bisa menerima manfaat darinya, meskipun bukan
amalnya sendiri.
[1]
Insyaallah akan dipaparkan
sejumlah dalil yang mereka jadikan sebagai alasan untuk mengatakan bahwa
amaliah orang yang masih hidup tidak bermanfaat
bagi orang yang telah meninggal dunia, dan akan penulis sampaikan
jawaban terhadap dalil-dalil mereka itu.
[2]
Hadits ini sering dijadikan dalil bagi orang-orang yang mengatakan bahwa hadiah
pahala itu tidak sampai dan orang yang telah meninggal dunia tidak bisa
menerima manfaat dari amaliah orang yang masih hidup, namun Insyaallah jawabannya akan kami paparkan.
0 comments:
Post a Comment