Dalam suatu
riwayat disebutkan bahwa Salman al-Farisi ra pernah datang menemui Sayidina Abu Bakar Ash-Shiddiq ra untuk meminta nasihat padanya. Salman ra
berkata, “Wahai Khalifah Rasulullah Saw, nasihatilah aku!”
Lalu, Sayidina Abu Bakar ra berkata padanya, “Sesungguhnya Allah telah
membukakan dunia bagi kalian, maka janganlah kalian mengambil kecuali yang
kalian butuhkan darinya saja. Dan sesungguhnya barangsiapa yang shalat
Subuh, maka ia berada dalam tanggungan Allah ‘Azza wa Jalla. Oleh karena itu,
janganlah engkau khianati tanggungan Allah sehingga akan membuat-Nya memasukkan
dirimu ke dalam siksa neraka.”
Tegukan
Hikmah:
Nasihat ini
termaktub dalam Kitab Az-Zuhdu, halaman 137.
Sayidina Abu Bakar Ash-Shiddiq ra menasehatkan pada kita, bahwa dunia ini
telah dibukakan Allah untuk kita. Namun jangan lupa, bahwa terbukanya dunia ini
bagi kita mengandung ujian di dalamnya. Akankah kita mengambil seluruh isinya,
menikmatinya, lalu melupakan Dia yang telah membukakannya bagi kita. Atau, kita
hanya mengambil secukupnya saja dan menjadikannya sebagai sarana untuk
mendekatkan diri kepada Allah. Nah, Sayidina Abu Bakar ra
menganjurkan kita agar mengambil secukupnya saja. Cukup dalam pengertian bisa
mempertahankan hidup dengannya dan bisa menunjang pengabdian kita kepada Allah
Ta’ala.
Seseorang
mungkin akan bertanya, “Bukankah pengertian cukup itu relatif?” Ya, tentu saja
relatif. Namun hanya orang-orang yang memandang relativitas itu sesuai tuntunan
nafsunya yang tidak akan mampu merasakan apakah sudah cukup atau masih sangat
kurang dunia itu baginya. Sedangkan bagi orang-orang yang ditolong Allah, ia
secara pasti bisa merasakan bahwa dunia itu sudah sangat cukup baginya.
Untuk memahami
pengertian tersebut, Sayidina Abu Bakar
Ash-Shiddiq ra mengatakan bahwa orang yang shalat Subuh berada dalam tanggungan
Allah ‘Azza wa Jalla. Apa artinya? Shalat Subuh adalah hak Allah yang paling
awal yang harus kita penuhi. Ketika kita menunaikan shalat Subuh pada waktunya,
berarti kita menyegerakan diri di awal kehidupan kita pagi itu untuk memenuhi
apa yang menjadi hak Allah atas kita, maka Allah akan memenuhi hak kita
atas-Nya. Dia adalah Dzat yang tidak akan menyia-nyiakan setiap amal yang
dipersembahkan untuk-Nya. Dia pasti akan memberikan imbalan atas
kebaikan-kebaikan yang kita lakukan, apalagi bila yang kita laksanakan itu
adalah sesuatu yang diwajibkan-Nya atas kita.
Salah satu
hak kita atas Allah adalah rezki. Karena hanya Allah yang bisa memberi rezki
kepada setiap makhluk, maka adalah kewajiban-Nya memberikan rezki itu kepada
makhluk. Dalam pengertian ini, Sayidina Abu Bakar ra
mengatakan kepada Salman al-Farisi ra (dan kepada
kita), bahwa kalau kita shalat Subuh, maka rezki
kita pada hari itu berada dalam tanggungan Allah. Karena kita menyegerakan
pemenuhan hak Allah atas kita, maka Allah pun akan menyegerakan pemenuhan hak
kita atas-Nya, yakni rezki kita.
Nah, karena
rezki kita berada dalam tanggungan Allah, maka janganlah melakukan sesuatu yang
menyebabkan Allah memasukkan kita ke dalam neraka. Artinya, janganlah demi
memenuhi kebutuhan hidup kita pada hari itu, lalu kita melakukan segala macam
cara yang tidak dihalalkan oleh-Nya. Tetaplah Anda berusaha mendapatkan rezki
Anda yang telah disebarkan Tuhan di permukaan bumi ini, namun janganlah
menggunakan cara-cara yang tidak dikehendaki Tuhan, karena Dia telah menjamin
rezki Anda. Jika Anda menggunakan cara-cara yang diharamkan Allah, artinya Anda
tidak percaya pada jaminan Tuhan, dan layaklah bila Allah akan memasukkan
orang-orang yang berbuat demikian ke dalam siksa neraka.
Oleh karena
itu, janganlah khianati apa yang sudah menjadi tanggungan Allah atas kehidupan
kita.
0 comments:
Post a Comment