Perlu
diingat bahwa bershalawat bukan sekedar memuji dan menyanjung Baginda Rasul
SAW. Ketika Anda membaca shalawat, Anda bukan hanya sekedar melafalkan
kalimat-kalimat indah dan puitis untuk Rasulullah SAW, namun hakikatnya Anda
sedang berdoa, berdzikir dan bermunajat kepada Allah Ta’ala. Tentunya ketika
Anda menyampaikan shalawat teriring harapan dalam hati Anda semoga Allah ‘Azza
wa Jalla berkenan mengabulkannya. Berdoa, berdzikir dan bermunajat kepada Allah
termasuk bentuk ibadah. Sehingga orang yang bershalawat pada dasarnya adalah
orang yang sedang beribadah kepada Allah, dan dia akan mendapatkan limpahan
anugerah dan pahala dari-Nya.
Oleh karena
itu, apabila Anda hendak bershalawat ada sejumlah hal yang perlu Anda
perhatikan, baik yang terkait dengan kondisi, tempat maupun waktu.
Pertama, hendaklah
Anda bershalawat pada malam Jumat dan hari Jumat. Tentang hal ini, telah sampai
kepada kita sebuah hadits yang bersumber dari Aus bin Aus ra yang menyatakan
bahwa Rasulullah SAW bersabda:
إِنَّ مِنْ أَفْضَلِ أَيَّامِكُمْ
يَوْمَ الْجُمُعَةِ، فِيهِ خُلِقَ آدَمُ وَفِيهِ النَّفْخَةُ وَفِيهِ الصَّعْقَةُ،
فَأَكْثِرُوا عَلَيَّ مِنَ الصَّلاَةِ فِيهِ، فَإِنَّ صَلاَتَكُمْ مَعْرُوضَةٌ
عَلَيَّ.
“Yang paling utama dari hari-hari kalian adalah hari Jumat.
Pada hari itu Adam diciptakan, sangkakala ditiup dan manusia sadar dari
pingsannya. Maka perbanyaklah bershalawat kepadaku pada hari itu, sebab
shalawat kalian diperlihatkan kepadaku.” (HR Ibnu Majah)
Dalam hadits yang lain disebutkan Rasulullah SAW
bersabda:
“Perbanyaklah oleh kalian membaca shalawat di malam
hari Jumat dan siangnya, karena shalawat kalian akan disampaikan kepadaku.” (HR Thabrani)
Kedua, hendaklah Anda bershalawat saat berdoa dan bermunajat kepada Allah SWT. Dalam satu riwayat disebutkan bahwa Rasulullah SAW mendengar seorang laki-laki berdoa, namun tidak mengawalinya dengan memuji Allah dan membaca shalawat atas Nabi Muhammad SAW. Kepadanya Rasulullah SAW kemudian bersabda:
Kedua, hendaklah Anda bershalawat saat berdoa dan bermunajat kepada Allah SWT. Dalam satu riwayat disebutkan bahwa Rasulullah SAW mendengar seorang laki-laki berdoa, namun tidak mengawalinya dengan memuji Allah dan membaca shalawat atas Nabi Muhammad SAW. Kepadanya Rasulullah SAW kemudian bersabda:
إِذَا صَلَّى أَحَدُكُمْ فَلْيَبْدَأْ بِتَمْجِيْدِ
رَبِّهِ جَلَّ وَعَزَّ وَالثَّنَاءِ عَلَيْهِ، ثُمَّ يُصَلِّي عَلَى النَّبِيِّ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، ثُمَّ يَدْعُوْ بَعْدُ بِمَا شَاءَ
“Apabila salah seorang di antara kalian melakukan
shalat maka hendaknya memulai dengan mengagungkan Tuhannya Yang Maha Agung dan
Perkasa, serta dengan memuji kepada-Nya, kemudian bershalawat kepada Nabi SAW
kemudian berdoa setelah itu dengan apa yang ia kehendaki.” (HR Abu Dawud dari Fadhalah bin ‘Ubaid ra)
Dalam riwayat Imam Tirmidzi disebutkan bahwa Umar bin
Khaththab ra mengatakan:
إِنَّ الدُّعَاءَ
مَوْقُوْفٌ بَيْنَ السَّمَاءِ وَاْلأَرْضِ لاَ يَصْعَدُ مِنْهُ شَيْءٌ حَتَّى
تُصَلِّيَ عَلَى نَبِيِّكَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
“Sesungguhnya doa akan terhenti di antara bumi dan
langit, ia tidak akan naik sehingga kamu bershalawat kepada Nabimu SAW.”
Ketiga, hendaklah Anda membaca shalawat/salam baik saat
tasyahud awal maupun akhir. Ibnu Abbas ra bercerita kepada kita bahwa
Rasulullah SAW mengajarkan kepada mereka (para sahabat) bacaan tasyahud sebagai
berikut:
التَّحِيَّاتُ الْمُبَارَكَاتُ الصَّلَوَاتُ
الطَّيِّبَاتُ لِلَّهِ، السَّلاَمُ عَلَيْكَ أَيُّهَا النَّبِيُّ وَرَحْمَةُ اللهِ
وَبَرَكَاتُهُ، السَّلاَمُ عَلَيْنَا وَعَلَى عِبَادِ اللهِ الصَّالِحِيْنَ،
أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ
اللهِ
“Segala penghormatan shalawat dan juga kebaikan bagi
Allah. Semoga keselamatan terlimpahkan kepadamu wahai Nabi dan juga rahmat dan
berkahnya. Semoga keselamatan terlimpahkan atas kami dan hamba Allah yang saleh.
Saya bersaksi bahwa tidak ada tuhan (yang berhak disembah) melainkan Allah, dan
saya bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah.” (HR Muslim)
Keempat, hendaklah Anda membaca shalawat ketika berada dalam
satu perkumpulan, baik perkumpulan itu dalam rangka kegiatan yang bersifat
keagamaan maupun keduaniwian. Tentang hal ini telah sampai kepada kita sebuah
hadits yang bersumber dari Abu Hurairah ra, di mana Rasulullah SAW bersabda:
مَا جَلَسَ قَوْمٌ
مَجْلِسًا لَمْ يَذْكُرُوا اللهَ فِيْهِ وَلَمْ يُصَلُّوْا عَلَى نَبِيِّهِمْ
إِلاَّ كَانَ عَلَيْهِمْ تِرَةً فَإِنْ شَاءَ عَذَّبَهُمْ وَإِنْ شَاءَ غَفَرَ
لَهُمْ
“Tidaklah suatu kaum yang duduk di dalam suatu majelis
dan tidak menyebutkan nama Allah padanya serta tidak bershalawat kepada Nabi
mereka, melainkan mereka mendapatkan penyesalan. Apabila Allah menghendaki Dia
mengazab mereka dan apabila Allah menghendaki maka Dia mengampuni mereka.” (HR Tirmidzi dan beliau mengatakan hadits ini hasan
shahih)
Kelima, hendaklah Anda membaca shalawat setelah selesai
kumandang adzan. Bacaan doa setelah adzan Anda dahului dengan membaca shalawat
kepada Nabi Muhammad SAW. Hal ini sesuai dengan informasi yang disampaikan
kepada kita oleh Abdullah bin Amr bin al-‘Ash ra yang menyatakan bahwa
Rasulullah SAW bersabda:
إِذَا سَمِعْتُمُ الْمُؤَذِّنَ
فَقُوْلُوْا مِثْلَ مَا يَقُوْلُ، ثُمَّ صَلُّوْا عَلَيَّ فَإِنَّهُ مَنْ صَلَّى
عَلَيَّ صَلاَةً صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ بِهَا عَشْرًا، ثُمَّ سَلُوا اللهَ لِي
الْوَسِيْلَةَ
“Apabila kalian mendengar muadzin (mengumandangkan
adzan) maka ucapkanlah seperti apa yang dia ucapkan, kemudian bershalawatlah atasku,
karena orang yang bershalawat atasku dengan satu shalawat, niscaya Allah akan
bershalawat atasnya dengannya sepuluh kali, kemudian mintalah kepada Allah
wasilah untukku.” (HR
Muslim)
Keenam, hendaklah Anda membaca shalawat
ketika menyampaikan khutbah, baik khutbah Jumat maupun khutbah di kedua hari
raya, karena membaca shalawat pada khutbah-khutbah tersebut termasuk rukun yang
tidak boleh ditinggalkan.
Menurut Quraish Shihab, sebagian
ulama menambahkan bahwa membaca shalawat juga sangat dianjurkan pada setiap
saat nama Rasulullah SAW disebut, di akhir doa qunut, setelah takbir ke dua
dalam shalat jenazah, ketika masuk dan keluar masjid, ketika berziarah ke makam
Nabi SAW, ketika berdiri meninggalkan suatu majelis, ketika masuk rumah, ketika
akan tidur, ketika khatam membaca al-Qur’an, ketika menulis nama Rasulullah
SAW, ketika hati merasa resah, ketika memulai suatu pembicaraan yang penting,
dan lain-lain.
Selain hal-hal yang berkaitan dengan waktu
dianjurkannya membaca shalawat, yang tak kalah penting untuk diperhatikan
adalah persoalan adab saat kita bershalawat kepada beliau SAW. Para ulama yang
melazimkan diri mereka untuk bershalawat memberikan nasihat kepada kita
berkaitan dengan adab-adab yang perlu kita jaga saat membaca shalawat, beberapa
di antaranya adalah:[1]
Pertama, ketika Anda membaca shalawat, maka sertakan di dalam
diri Anda perasaan cinta, penghormatan dan pemuliaan kepada Rasulullah SAW.
Sayyid Abdul Aziz ad-Dabbagh memberi penjelasan bahwa terdapat dua jenis
manusia yang bershalawat kepada Nabi SAW. Jenis pertama adalah orang yang
bibirnya bershalawat sementara hatinya lalai dan dipenuhi oleh kesibukan
duaniawi, atau ia bershalawat hanya karena suatu kebiasaan saja. Orang-orang
yang berada pada jenis pertama ini hanya mendapat pahala sedikit. Jenis kedua
adalah orang yang bershalawat disertai dengan mahabbah (rasa cinta) dan
pengagungan kepada Nabi SAW. Mahabbah itu muncul setelah dia
menghadirkan dalam hatinya kebesaran dan kemuliaan Rasulullah SAW. Ia menyadari
bahwa beliau adalah sebab dari segala yang maujud (makhluk) sekaligus
cahaya dari cahaya. Juga sebagai rahmat bagi seluruh semesta dan jalan turunnya
petunjuk Allah bagi seluruh makhluk. Nah, orang-orang yang berada pada jenis
kedua ini akan memperoleh pahala yang sangat besar dan tak terhingga dari
shalawat yang mereka lantunkan.
Kedua, sebagaimana
yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa membaca shalawat sangat dianjurkan pada
waktu-waktu yang mulia, di antara pada malam dan hari Jumat. Telah sampai
kepada kita riwayat bahwa Imam al-Khatib dalam kitab Syarah al-Minhaj
memberi nasihat, “Disunnahkan banyak membaca surat al-Kahfi dan shalawat kepada
Nabi Muhammad SAW pada hari dan malam Jumat. Untuk yang pertama paling sedikit
tiga kali, sedangkan untuk yang kedua paling sedikit tiga ratus kali.”
Ketiga, ketika membaca shalawat Anda dianjurkan melakukannya
di tempat-tempat yang mulia, termasuk di dalam perkumpulan-perkumpulan mulia.
Dalam sebuah hadits disebutkan bahwa Rasulullah SAW bersabda:
تُعْرَضُ اْلأَعْمَالُ يَوْمَ اْلاِثْنَيْنِ
وَالْخَمِيْسِ، فَأُحِبُّ أَنْ يُعْرَضَ عَمَلِيْ وَأَنَا صَائِمٌ
“Pada hari Senin dan Kamis semua amalan dinaikkan
kepada Allah Ta’ala, maka aku lebih suka amalku dinaikkan kepada-Nya ketika aku
sedang berpuasa.”
(HR Tirmidzi, dan beliau meng-hasan-kannya)
Berdasarkan informasi dari Nabi
SAW di atas, disunnahkan bagi kita untuk membaca shalawat pada malam Senin dan
malam Jumat, sebagaimana yang dikatakan oleh Imam al-Munawi dalam Faidul Qadir
Syarah Jami’us Shaghir, “Disyariatkan berkumpul membaca shalawat kepada
Nabi SAW pada malam Jumat dan malam Senin seperti yang dilaksanakan di Masjid
Jami’ al-Azhar dan dilantunkan dengan suara keras.”
Keempat, ketika membaca shalawat sebaiknya Anda masih dalam keadaan memilki wudhu.
Kelima, dianjurkan membaca shalawat dengan suara keras namun
tetap dalam batasan kepatutan. Anjuran yang demikian itu diinformasikan kepada
kita oleh Imam Nawawi dalam al-Adzkar di mana beliau berkata, “Apabila
disebut nama Rasulullah SAW disunnahkan membaca shalawat dan salam dengan suara
yang keras, tetapi tidak boleh berlebihan secara mencolok. Di antara ulama yang
menganjurkan hal yang demikian adalah al-Imam al-Hafizh Abu Bakar al-Khatib
al-Baghdadi dan lain-lain.”
Itulah beberapa hal yang perlu kita perhatikan saat
bershalawat kepada Nabi Muhammad SAW. Dengan memperhatikan dan mengamalkannya
tentu pahala yang kita dapatkan di sisi Allah akan berlipat ganda sesuai dengan
kehendak-Nya. Mari bershalawat dan jadikan ia sebagai wiridan, semoga Allah
melimpahkan rahmat-Nya kepada kita dan semoga Rasulullah SAW mengizinkan
syafaatnya untuk kita di hari Kiamat kelak.
0 comments:
Post a Comment