Kajian Seputar Aqidah dan Amaliah Aswaja

Thursday, November 29, 2018

Akal dan Kebodohan

Sayidina Ali bin Abu Thalib ra pernah berkata:

“Tidak ada kekayaan yang lebih berguna daripada akal, dan tidak ada kemiskinan yang lebih berbahaya daripada kebodohan.”

Tegukan Hikmah:
Nasihat ini termaktub dalam kitab Al-Aqdul Farid, 2/106.

Di zaman yang serba mengandalkan kepemilikan materi ini, menyebabkan sebagian besar orang memandang kekayaan itu adalah kepemilikan harta dalam jumlah yang banyak. Sedangkan kemiskinan dimengerti sebagai keadaan hidup dengan kepemilikan harta yang sangat sedikit. Betulkah demikian hakikat kekayaan dan kemiskinan?

Sayidina Ali bin Abu Thalib ra melalui nasihatnya ini memberikan jawaban pada kita tentang persoalan ini. Menurut beliau, bukanlah kekayaan itu terletak pada kepemilikan harta dalam jumlah yang banyak. Kekayaan itu adalah akal yang sehat dan sempurna. Akal jauh lebih berharga daripada harta. Dengan akal yang sehat dan dapat berpikir dengan baik, harta bisa diperoleh. Namun harta yang banyak takkan mungkin bisa mengembalikan akal yang tidak sehat pada keadaan normal seperti sedia kala.

Harta yang banyak sering kali membuat manusia lupa memfungsikan akal sehatnya. Akibatnya ia lupa diri dan melakukan hal-hal yang bertentangan dengan akal sehatnya. Tatkala seseorang melakukan sesuatu yang bertentangan dengan akal sehatnya, maka ia terjerumus pada keadaan yang boleh jadi akan menempatkan dirinya pada posisi yang lebih hina daripada seekor hewan.

Tidak demikian dengan orang yang memiliki akal dan mampu memfungsikannya dengan baik. Sekali pun ia tidak memiliki harta dalam jumlah yang banyak, namun dengan akalnya ia bisa meraih hal-hal yang tidak bisa digapai oleh orang-orang yang hanya mengandalkan hartanya. Dengan akal ia bisa membedakan mana yang benar dan yang salah, sehingga ia tidak terjerumus pada kasus-kasus yang bisa menyulitkan dirinya sendiri.

Dengan akal ia tahu bagaimana cara memperlakukan orang lain dengan baik, sehingga ia pun diperlakukan orang dengan baik pula. Bahkan, dengan akal ia bisa meraih jumlah harta yang lebih banyak. Itulah sebabnya Sayidina Ali ra mengatakan bahwa akal merupakan kekayaan yang lebih berguna dibandingkan kekayaan dalam bentuk apa pun (harta).

Di sisi lain, kemiskinan yang sesungguhnya bukanlah karena sedikitnya jumlah harta yang dimiliki. Kemiskinan hakiki adalah kebodohan, dan Sayidina Ali ra mengatakan, bahwa kemiskinan dalam wujud kebodohan ini jauh lebih berbahaya daripada kemiskinan harta. Kebodohan menyebabkan hidup seseorang menjadi terombang-ambing. Seorang yang bodoh takkan mampu menentukan pilihan hidupnya sendiri. Ia akan mengarah ke mana pun ‘angin bertiup’. Kebodohan menyebabkannya tak tahu apa yang harus dilakukan, bahkan untuk mencukupi kebutuhan dasar hidupnya. Akibatnya, ia akan melakukan apa pun demi memenuhi kebutuhan itu, bahkan sekali pun harus mengorbankan imannya.

Tentu saja ini sangat berbahaya karena ia bisa menyebabkan tercabutnya iman dari kalbu seorang manusia. Kebodohan hakikatnya adalah kemiskinan terhadap ilmu. Ilmu jauh lebih menyelamatkan daripada harta. Dengan kata lain, miskin ilmu jauh lebih berbahaya daripada miskin harta. Oleh karena itu, seseorang hakikatnya adalah kaya tatkala ia mampu mengoptimalkan penggunaan akalnya berdasarkan ilmu. Dan, seseorang hakikatnya adalah miskin tatkala akal yang dianugerahkan Allah padanya tak pernah disentuhkannya dengan ilmu.
Share:

0 comments:

Post a Comment

Waktu Saat Ini


Syubbanul Wathon

Tahlilan

Tamu Online