Kajian Seputar Aqidah dan Amaliah Aswaja

Saturday, November 10, 2018

Penafsiran Syaikh Ibnu Taimiyah terhadap Ayat-ayat Syafaat

Syaikh Ibnu Taimiyah mengemukakan dalam kitabnya al-Fatawa sebuah analisis yang jitu sekali sehubungan dengan dikemukakannya sejumlah ayat yang dijadikan dalil untuk melarang syafaat atau yang mengesankan tidak bergunanya syafaat, serta larangan untuk meminta syafaat oleh pihak-pihak yang menentang permohonan syafaat kepada Nabi Muhammad SAW di dunia ini.

Syaikh Ibnu Taimiyah mengatakan bahwa orang-orang yang mengingkari syafaat ber-hujjah dengan ayat-ayat sebagai berikut:

Firman Allah:

وَاتَّقُوا يَوْمًا لَا تَجْزِي نَفْسٌ عَنْ نَفْسٍ شَيْئًا وَلَا يُقْبَلُ مِنْهَا شَفَاعَةٌ وَلَا يُؤْخَذُ مِنْهَا عَدْلٌ وَلَا هُمْ يُنْصَرُونَ
“Dan jagalah dirimu dari (azab) hari (Kiamat, yang pada hari itu) seseorang tidak dapat membela orang lain, walau sedikitpun; dan (begitu pula) tidak diterima syafaat dan tebusan daripadanya, dan tidaklah mereka akan ditolong.” (QS. al-Baqarah [2]: 48)

Firman Allah:

وَاتَّقُوا يَوْمًا لَا تَجْزِي نَفْسٌ عَنْ نَفْسٍ شَيْئًا وَلَا يُقْبَلُ مِنْهَا عَدْلٌ وَلَا تَنْفَعُهَا شَفَاعَةٌ وَلَا هُمْ يُنْصَرُونَ
 “Dan takutlah kamu kepada suatu hari di waktu seseorang tidak dapat menggantikan seseorang yang lain sedikitpun dan tidak akan diterima suatu tebusan daripadanya dan tidak akan memberi manfaat sesuatu syafaat kepadanya dan tidak (pula) mereka akan ditolong.” (QS. al-Baqarah [2]: 123)

Firman Allah:

وَأَنْذِرْهُمْ يَوْمَ الْآزِفَةِ إِذِ الْقُلُوبُ لَدَى الْحَنَاجِرِ كَاظِمِينَ ۚ مَا لِلظَّالِمِينَ مِنْ حَمِيمٍ وَلَا شَفِيعٍ يُطَاعُ
“Berilah mereka peringatan dengan hari yang dekat (hari Kiamat yaitu) ketika hati (menyesak) sampai di kerongkongan dengan menahan kesedihan. Orang-orang yang zalim tidak mempunyai teman setia seorang pun dan tidak (pula) mempunyai seorang pemberi syafaat yang diterima syafaatnya.” (QS. al-Mu’min [40]: 18)

Firman Allah:

فَمَا تَنْفَعُهُمْ شَفَاعَةُ الشَّافِعِينَ
 “Maka tidak berguna lagi bagi mereka syafaat dari orang-orang yang memberikan syafaat.” (QS. al-Mudatstsir [74]: 48)

Menurut paham Ahl al-Sunnah, maksud dari ayat-ayat tersebut di atas adalah 2 hal berikut ini:

1. Bahwa syafaat itu hanya tidak bermanfaat bagi orang-orang musyrik, sebagaimana yang ditegaskan oleh firman Allah SWT:

مَا سَلَكَكُمْ فِي سَقَرَ، قَالُوا لَمْ نَكُ مِنَ الْمُصَلِّينَ، وَلَمْ نَكُ نُطْعِمُ الْمِسْكِينَ، وَكُنَّا نَخُوضُ مَعَ الْخَائِضِينَ، وَكُنَّا نُكَذِّبُ بِيَوْمِ الدِّينِ، حَتَّىٰ أَتَانَا الْيَقِينُ، فَمَا تَنْفَعُهُمْ شَفَاعَةُ الشَّافِعِينَ
Apakah yang memasukkan kamu ke dalam Saqar (neraka)?” Mereka menjawab: “Kami dahulu tidak termasuk orang-orang yang mengerjakan shalat, dan kami tidak (pula) memberi makan orang miskin, dan adalah kami membicarakan yang batil bersama dengan orang-orang yang membicarakannya, dan adalah kami mendustakan hari pembalasan, hingga datang kepada kami kematian.” Maka tidak berguna lagi bagi mereka syafaat dari orang-orang yang memberikan syafaat.” (QS. al-Mudatstsir [74]: 42-48)

Jadi, mereka itu tidak bisa memperoleh syafaat dari orang yang memberi syafaat disebabkan kekafiran mereka.

2. Bahwa syafaat yang dimaksudkan dalam ayat-ayat tersebut adalah syafaat yang diamalkan oleh orang-orang musyrik dan orang-orang yang menyerupai mereka dari kalangan ahli bid’ah. Misalnya, golongan ahli kitab di mana mereka berpendapat bahwa makhluk pun mempunyai hak dan kekuasaan untuk memberi syafaat di sisi Allah SWT, walaupun bukan dengan izin-Nya.

Kesimpulan dari pernyataan Syaikh Ibnu Taimiyah di atas adalah bahwa sesungguhnya syafaat sama sekali tidak berguna bagi orang-orang musyrik, di mana hal ini ditunjukkan dengan jelas oleh ayat-ayat di atas. Atau dengan kata lain, ayat-ayat itu sesungguhnya bermaksud menafikan syafaat yang dianut orang-orang musyrik, karena mereka yakin bahwa pemberi syafaat itu dapat memberikan syafaatnya tanpa izin dari Allah SWT.
Share:

0 comments:

Post a Comment

Waktu Saat Ini


Syubbanul Wathon

Tahlilan

Tamu Online