Kajian Seputar Aqidah dan Amaliah Aswaja

Friday, November 16, 2018

Penyebab Matinya Hati

Sayidina Umar bin Khaththab ra diriwayatkan pernah berkata:

“Barangsiapa yang banyak tertawanya, akan sedikit kewibawaannya. Barangsiapa yang bergurau, ia akan dilecehkan. Barangsiapa yang banyak dalam suatu hal, maka ia akan dikenal dengannya. Dan barangsiapa yang banyak bicaranya, banyak pula kesalahannya. Barangsiapa yang banyak kesalahannya, maka sedikitlah rasa malunya. Barangsiapa yang sedikit rasa malunya, maka sedikit pula sikap wara’nya (kehati-hatiannya). Dan barangsiapa yang sedikit sikap wara’nya, maka matilah hatinya.”

Tegukan Hikmah:
Nasihat ini termaktub dalam kitab Shifatush Shafwah, I/149.

Melalui nasihatnya ini, Sayidina Umar ra menjelaskan kepada kita hal-hal yang bisa membawa hati seseorang sampai kepada keadaan mati. Menurut Sayidina Umar ra, sikap awal yang beresiko menyebabkan matinya hati seseorang adalah banyak tertawa.

“Ah…, mana mungkin tertawa bisa menyebabkan hati menjadi mati?” Mungkin Anda akan berkata seperti itu. Ya, tak bisa dipungkiri bahwa kita memang butuh untuk tertawa. Tertawa bisa meminimalkan dampak stress terhadap kesehatan. Namun, yang dimaksud oleh Sayidina Umar ra di sini adalah banyak tertawa atau tertawa secara berlebihan. Tentunya kita sepakat bahwa apa pun yang berlebihan akan menimbulkan akibat yang tidak baik.

Banyak tertawa akan mengurangi, bahkan menghilangkan, kewibawaan. Perhatikanlah orang-orang yang berprofesi sebagai komedian. Di mana letak kewibawaan mereka? Senda gurau dan canda tawa yang selalu mereka mainkan membuat kewibawaan lenyap dari kehidupan mereka. Rasa saling menghormati dan menghargai menjadi pudar. Bagi mereka yang penting bisa membuat orang lain tertawa. Hilangnya kewibawaan dari diri seseorang menyebabkannya mudah dilecehkan orang lain.

Saat seseorang bergurau dan bercanda dengan teman-temannya, simaklah apa yang mereka ucapkan. Sering kali yang kita dengar adalah ucapan-ucapan yang mengandung kebohongan dan tanpa makna. Ucapan-ucapan seperti itu, bila dibandingkan manfaatnya cenderung lebih banyak mudharatnya. Orang yang banyak berucap tanpa memperhatikan kualitas ucapannya, hanya akan memperbanyak kesalahannya. Menurut Sayidina Umar ra, orang yang banyak melakukan kesalahan merupakan gambaran menipisnya rasa malu yang ada pada dirinya. Kalau rasa malu telah hilang, maka sikap kehati-hatian pun akan lenyap, dan itulah tahap akhir yang mengantarkan seseorang pada kondisi hidup dengan keadaan hati yang mati.

Kalau hati sudah mati, maka nilai manusia pasti akan jatuh, bahkan lebih rendah daripada seekor hewan. Kok bisa? Ya, karena hati yang mati takkan pernah lagi memperoleh aliran petunjuk dari Allah Ta’ala. Orang yang hidup tanpa petunjuk Allah akan dituntun oleh dorongan nafsunya. Sehingga setiap perbuatannya adalah cerminan dari kehendak nafsu yang telah menguasainya. Padahal, nafsu selalu menuntun manusia kepada perbuatan maksiat terhadap Allah Swt.

Oleh karena itu, bila ingin hati kita tidak menjadi mati, yang harus kita lakukan adalah:

  • Bergurau dan tertawalah secara sederhana. 
  • Perbanyak melakukan kebaikan, maka Anda akan dikenal karena kebaikan itu. 
  • Berhati-hati dalam berucap dan jangan sampai mengucapkan kata-kata yang hanya akan menambah catatan kesalahan Anda di sisi Allah. 
  • Tanamkan dalam diri rasa malu, terutama kepada Allah. 
  • Bersikap hati-hati (wara’) dalam menjalani hidup ini.
Share:

0 comments:

Post a Comment

Waktu Saat Ini


Syubbanul Wathon

Tahlilan

Tamu Online