Sayidina Umar bin Khaththab ra diriwayatkan pernah berkata:
“Barangsiapa
yang banyak tertawanya, akan sedikit kewibawaannya. Barangsiapa yang bergurau,
ia akan dilecehkan. Barangsiapa yang banyak dalam suatu hal, maka ia akan
dikenal dengannya. Dan barangsiapa yang banyak bicaranya, banyak pula
kesalahannya. Barangsiapa yang banyak kesalahannya, maka sedikitlah rasa
malunya. Barangsiapa yang sedikit rasa malunya, maka sedikit pula sikap
wara’nya (kehati-hatiannya). Dan barangsiapa yang sedikit sikap wara’nya, maka
matilah hatinya.”
Tegukan
Hikmah:
Nasihat ini
termaktub dalam kitab Shifatush Shafwah, I/149.
Melalui
nasihatnya ini, Sayidina Umar ra
menjelaskan kepada kita hal-hal yang bisa membawa hati seseorang sampai kepada
keadaan mati. Menurut Sayidina Umar ra,
sikap awal yang beresiko menyebabkan matinya hati seseorang adalah banyak
tertawa.
“Ah…, mana
mungkin tertawa bisa menyebabkan hati menjadi mati?” Mungkin Anda akan berkata
seperti itu. Ya, tak bisa dipungkiri bahwa kita memang butuh untuk tertawa.
Tertawa bisa meminimalkan dampak stress terhadap kesehatan. Namun, yang
dimaksud oleh Sayidina Umar ra di
sini adalah banyak tertawa atau tertawa secara berlebihan. Tentunya kita
sepakat bahwa apa pun yang berlebihan akan menimbulkan akibat yang tidak baik.
Banyak
tertawa akan mengurangi, bahkan menghilangkan, kewibawaan. Perhatikanlah
orang-orang yang berprofesi sebagai komedian. Di mana letak kewibawaan mereka?
Senda gurau dan canda tawa yang selalu mereka mainkan membuat kewibawaan lenyap
dari kehidupan mereka. Rasa saling menghormati dan menghargai menjadi pudar.
Bagi mereka yang penting bisa membuat orang lain tertawa. Hilangnya kewibawaan
dari diri seseorang menyebabkannya mudah dilecehkan orang lain.
Saat
seseorang bergurau dan bercanda dengan teman-temannya, simaklah apa yang mereka
ucapkan. Sering kali yang kita dengar adalah ucapan-ucapan yang mengandung
kebohongan dan tanpa makna. Ucapan-ucapan seperti itu, bila dibandingkan
manfaatnya cenderung lebih banyak mudharatnya. Orang yang banyak berucap tanpa
memperhatikan kualitas ucapannya, hanya akan memperbanyak kesalahannya. Menurut
Sayidina Umar ra, orang yang banyak melakukan kesalahan merupakan gambaran
menipisnya rasa malu yang ada pada dirinya. Kalau rasa malu telah hilang, maka
sikap kehati-hatian pun akan lenyap, dan itulah tahap akhir yang mengantarkan
seseorang pada kondisi hidup dengan keadaan hati yang mati.
Kalau hati
sudah mati, maka nilai manusia pasti akan jatuh, bahkan lebih rendah daripada
seekor hewan. Kok bisa? Ya, karena hati yang mati takkan pernah lagi memperoleh
aliran petunjuk dari Allah Ta’ala. Orang yang hidup tanpa petunjuk Allah akan
dituntun oleh dorongan nafsunya. Sehingga setiap perbuatannya adalah cerminan
dari kehendak nafsu yang telah menguasainya. Padahal, nafsu selalu menuntun
manusia kepada perbuatan maksiat terhadap Allah Swt.
Oleh karena
itu, bila ingin hati kita tidak menjadi mati, yang harus kita lakukan adalah:
- Bergurau dan tertawalah secara sederhana.
- Perbanyak melakukan kebaikan, maka Anda akan dikenal karena kebaikan itu.
- Berhati-hati dalam berucap dan jangan sampai mengucapkan kata-kata yang hanya akan menambah catatan kesalahan Anda di sisi Allah.
- Tanamkan dalam diri rasa malu, terutama kepada Allah.
- Bersikap hati-hati (wara’) dalam menjalani hidup ini.
0 comments:
Post a Comment