Kajian Seputar Aqidah dan Amaliah Aswaja

Tuesday, December 4, 2018

Takwa adalah Benteng

Sayidina Ali bin Abu Thalib ra pernah berkata:

“Aku berwasiat kepada para hamba Allah agar bertakwa kepada-Nya, karena takwa adalah benteng dari segala kesesatan dan jalan menuju keselamatan. Seakan-akan kalian adalah badan yang telah kehilangan ruhnya dan berada dalam kubur. Dan sekali-kali tidaklah bertambah satu hari dari waktu hidupnya di dunia, kecuali berkurang satu hari umurnya. Duniamu tidak lain hanyalah tempat berteduh, atau tempat musafir menambah bekal.

Dan aku peringatkan kalian dengan paggilan Yang Maha Kuasa dan Maha Pemaksa terhadap hamba-Nya. Hari di mana akan musnah segala yang masih tersisa. Rumah-rumah akan ditinggalkan oleh para penghuninya, sedangkan anak-anaknya akan menjadi yatim. Kemudian ia akan dimasukkan ke dalam lubang, pipinya berdebu, tanpa bantal dan tanpa alas.”

Tegukan Hikmah:
Nasihat ini termaktub dalam kitab Al-Aqdul Farid, 4/65.

Takwa adalah benteng dari segala kesesatan dan jalan menuju keselamatan. Itulah inti nasihat dari Sayidina Ali bin Abu Thalib ra ini. Ketahuilah, tidak ada benteng yang lebih kokoh dari takwa yang dapat menyelamatkan manusia dari kesesatan. Kesesatan selalu saja berusaha menjerumuskan setiap manusia. Ia datang dengan berbagai macam bentuk yang setiap saat bisa berubah-ubah. Berhati-hatilah terhadapnya.

Jika Anda ingin selamat dari ‘serangan’ kesesatan, yang harus Anda lakukan adalah senantiasa bertakwa kepada Allah Ta’ala, di mana pun dan dalam keadaan apa pun. Jika Anda benar-benar bertakwa kepada Allah, niscaya Anda akan selalu berjalan di atas petunjuk Tuhan, dan itu pasti akan memberikan keselamatan bagi Anda, di dunia dan di akhirat.

Lalu, bagaimana caranya agar kita bisa menjadi manusia yang bertakwa?

Sayidina Ali ra memberikan jawabannya pada kita. Kata beliau, sadarilah bahwa kita akan segera berpindah dari dunia ini ke alam barzah. Sesungguhnya saat perpindahan itu sudah dekat. Setiap hari yang kita lalui pada hakikatnya semakin mendekatkan kita pada saat itu. Satu hari yang kita lalui di dunia ini telah mengurangi satu hari jatah kehidupan kita. Begitulah seterusnya hingga kematian datang menghampiri. Begitu singkatnya waktu kehidupan di dunia ini, maka isilah ia dengan berbuat kebaikan. Laksana seorang musafir yang sedang singgah di suatu tempat untuk menambah bekal perjalanannya. Bila tiba waktunya ia akan segera pergi dari tempat itu menuju tujuan yang sesungguhnya.

Hal lain yang harus kita sadari adalah bahwa Allah merupakan Dzat Yang Maha Memaksa. Jika Dia berkehendak maka kehendak-Nya itu pasti akan berlaku. Tidak ada seorang pun di antara para hamba ini yang kuasa untuk menolaknya. Pemaksaan Allah yang benar-benar sangat dekat waktu pelaksanaannya dengan kita adalah kematian. Bila kematian tiba, segala yang kita usahakan di masa hidup akan kita tinggalkan. Sang istri akan menjadi janda dan anak-anak akan menjadi yatim. Renungkanlah keadaan itu. Semoga ia menjadi jalan bagi kita untuk lebih bertakwa kepada Allah ‘Azza wa Jalla.
Share:

0 comments:

Post a Comment

Waktu Saat Ini


Syubbanul Wathon

Tahlilan

Tamu Online