Kajian Seputar Aqidah dan Amaliah Aswaja

Wednesday, December 12, 2018

Musibah adalah Ujian

Sayidina Ali bin Abu Thalib ra pernah berkata:

“Wahai anak Adam… Janganlah engkau gembira dengan kekayaan. Dan jangan berputus asa dengan kefakiran. Jangan bersedih dengan musibah dan jangan bersuka cita dengan kesenangan. Sesungguhnya emas itu dilebur dengan api, sedangkan hamba yang saleh itu dilebur dosanya dengan musibah.

Sesungguhnya engkau tidak akan mendapatkan apa yang engkau inginkan, kecuali dengan meninggalkan kesenanganmu. Dan engkau tidak akan mendapatkan apa yang engkau angankan, kecuali dengan bersabar atas apa yang tidak engkau sukai.

Dan curahkanlah seluruh usahamu untuk menjaga apa yang diwajibkan Allah padamu.”

Tegukan Hikmah:
Nasihat ini termaktub dalam kitab Risalatul Mustarsyidin, halaman 51.

Secara umum dalam ungkapannya ini Sayidina Ali bin Abu Thalib ra menasihati kita agar tak pernah lupa diri dalam menyikapi apa pun keadaan hidup yang sedang kita jalani. Jika Anda sedang menikmati limpahan kekayaan dari Allah, janganlah terlalu gembira dengannya. Jika Anda sedang diuji Allah dengan kefakiran sehingga Anda merasa sulit bahkan untuk memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari, janganlah berputus asa olehnya. Jika musibah sedang menimpa Anda, jangan masukkan diri Anda ke dalam larutan kesedihan yang berkepanjangan. Dan jika Allah sedang anugerahkan pada Anda kesenangan, jangan terlalu bersuka cita karenanya.

Sayidina Ali ra menyampaikan nasihat yang demikian itu tentu saja bukan tanpa alasan. Segala macam bentuk keadaan hidup yang disebutkan di atas sesungguhnya adalah ujian dari Allah Swt. Untuk sampai pada satu keadaan di mana seseorang menjadi mulia dalam pandangan Allah Ta’ala dibutuhkan adanya ujian. Tidak ada prestasi apa pun yang bisa digapai seseorang tanpa melewati suatu ujian. Tidak ada kemuliaan apa pun yang bisa diraih seorang hamba di sisi Allah Swt tanpa keberhasilan melampaui ujian yang dihadapkan padanya.

Lalu, jika ingin mulia di sisi Allah, siapa yang akan menguji kita dan apa bentuk ujiannya? Yang akan menguji kita adalah Allah Ta’ala sendiri dan bentuk ujiannya ada berbagai macam, salah satunya adalah musibah. Musibah selalu menggoreskan kesedihan, bahkan kegoncangan jiwa bagi orang yang menghadapinya. Namun, ketahuilah bahwa musibah merupakan salah satu bentuk ujian dari Allah untuk mengetahui apakah seseorang itu layak dimuliakan-Nya atau tidak. Bagi hamba-hamba Allah yang beriman kepada-Nya, musibah menjadi suatu ujian yang akan membuatnya naik pada derajat yang lebih tinggi dan lebih mulia daripada yang telah ia gapai sebelumnya.

Sayidina Ali ra memberikan ilustrasi pada kita. Perhatikanlah emas itu. Bukankah emas bisa menjadi bernilai dan berharga setelah mengalami peleburan di dalam jilatan api. Panas dan segala bentuk kepedihan yang dialaminya telah membuatnya menjelma menjadi sesuatu yang jauh lebih berharga. Demikianlah dengan seorang hamba Allah yang saleh. Musibah menjadi media baginya untuk melepaskan diri dari belenggu dosa. Musibah membuatnya tersucikan dari noda-noda maksiat. Musibah mengantarkannya pada suatu tingkat yang di dalamnya Allah berikan padanya kemuliaan.

Sungguh tidak mudah bagi kita meraih derajat kemuliaan di sisi Allah. Jika Anda ingin memperoleh kemuliaan itu, ketahuilah, bahwa Anda harus meninggalkan kesenangan Anda dan menggantinya dengan amalan-amalan yang disenangi oleh Tuhan. Anda tidak mungkin mampu mengamalkan yang dikehendaki Allah jika Anda tetap mendahulukan segala macam kehendak Anda. Maka, dalam hal ini Anda membutuhkan kesabaran. Ajaklah diri Anda untuk tetap bersabar menjalankan kehendak Allah. Untuk sampai pada tahap tersebut, maka langkah awal yang harus kita lakukan adalah mencurahkan seluruh usaha kita untuk menetapi dan melaksanakan apa yang telah diwajibkan Allah atas kita.
Share:

0 comments:

Post a Comment

Waktu Saat Ini


Syubbanul Wathon

Tahlilan

Tamu Online