Kajian Seputar Aqidah dan Amaliah Aswaja

Sunday, December 2, 2018

Jangan Menganiaya Diri Sendiri

Diriwayatkan dalam satu nasihatnya, Sayidina Umar bin Khaththab ra pernah berkata:

“Tidak seorang manusia pun yang mampu mencelakakan dirimu, karena sesungguhnya apa yang ditakdirkan untukmu itu akan tetap menimpamu, walaupun tanpa mereka. Janganlah engkau sia-siakan waktu siangmu, sesungguhnya segala yang engkau lakukan itu tercatat (diawasi).

Jika engkau melakukan keburukan, maka ikutilah dengan perbuatan baik. Sungguh tidak ada sesuatu pun yang lebih besar tuntutannya dan lebih cepat pendapatannya daripada amalan baik yang baru setelah melakukan dosa yang telah lalu.”

Tegukan Hikmah:
Nasihat ini termaktub dalam kitab Al-Bayan wat Tabyin, III/143.

Melalui nasihat ini, Sayidina Umar bin Khaththab ra berpesan kepada kita agar jangan menganiaya diri sendiri. Ada banyak perilaku yang dilakukan manusia, yang tanpa ia sadari telah mamasukkannya ke dalam golongan orang-orang yang menganiaya diri sendiri. Dua di antaranya disebutkan oleh Sayidina Umar ra di dalam nasihatnya ini.

Pertama, orang yang menyia-nyiakan waktu yang diberikan oleh Allah Swt kepadanya. Ketahuilah, setiap detik dari waktu kehidupan yang Allah anugerahkan kepada kita akan diminta oleh-Nya pertanggungjawaban. Tak ada yang tak berarti dari setiap tarikan dan hembusan napas yang kita lakukan. Disebabkan adanya tanggung jawab yang harus kita berikan di hadapan Allah kelak, maka jangan pernah menyia-nyiakan waktu. Gunakan setiap detik kehidupan ini untuk sesuatu yang menambah catatan amal kebaikan kita di sisi Tuhan.

Guliran waktu akan terus berlangsung sebelum Allah berkehendak menghentikannya. Selama guliran itu, waktu memberikan kesempatan penuh kepada kita untuk melakukan apa pun yang kita kehendaki. Waktu tidak memilihkan kepada kita apa yang terbaik untuk kita, dan ia pun tidak mampu menjerumuskan kita ke lembah maksiat yang mengundang murka Allah. Ia hanya bergulir dan menghamparkan segalanya untuk kita. Kitalah yang memutuskan, apakah waktu yang bergulir itu kita manfaatkan untuk sesuatu yang berarti, atau kita mengisinya dengan hal-hal yang hanya akan merugikan kita di kehidupan akhirat kelak.

Sayidina Umar ra menasihatkan kita agar jangan menyia-nyiakan waktu. Artinya, isilah waktu yang disediakan Tuhan dalam kehidupan kita ini dengan sesuatu yang berarti dan yang dapat memberikan kebahagiaan kepada kita kelak di yaumil akhir. Orang yang mampu memanfaatkan waktu dan mengisinya dengan berbagai macam amal saleh, dialah orang yang beruntung baik di dunia maupun di akhirat.

Sedangkan orang yang menyia-nyiakan waktu, membiarkannya berlalu begitu saja, atau mengisinya namun dengan sesuatu yang sia-sia, maka dialah orang yang merugi. Dan orang semacam ini termasuk ke dalam golongan manusia yang menganiaya diri sendiri.

Kedua, orang yang mengerjakan keburukan secara terus menerus, tanpa menyertainya dengan kebaikan. Ini merupakan bentuk penganiayaan terhadap diri sendiri. Orang yang mengerjakan keburukan tanpa mengiringinya dengan perbuatan baik laksana orang yang terjerumus ke kubangan lumpur dan tak bisa keluar darinya. Bila sudah demikian, mungkinkah ia akan bisa membersihkan dirinya?

Sesungguhnya di dalam kehidupan ini, orang yang baik itu bukanlah orang yang tak pernah berbuat dosa. Orang yang baik adalah orang yang pernah khilaf melakukan perbuatan dosa, lalu menyadarinya, bertaubat, dan mengiringi perbuatan dosanya itu dengan amal saleh. Begitu pentingkah mengiringi perbuatan buruk yang mengandung dosa dengan perbuatan baik yang menghasilkan pahala? Ya, sangat penting. Sayidina Umar ra mengatakan, “Sungguh tidak ada sesuatu pun yang lebih besar tuntutannya dan lebih cepat pendapatannya daripada amalan baik yang baru setelah melakukan dosa yang telah lalu.” Artinya adalah amalan baik yang mengiringi perbuatan dosa itu bisa segera membuat Allah berkenan mengampuninya. Syaratnya tentu saja amalan baik itu dikerjakan secara ikhlas, hanya demi mengharap keridhaan Allah Ta’ala.

Namun perlu diingat bahwa tidak layak bagi kita untuk ‘mempermainkan’ Tuhan dengan cara berbuat buruk, lalu berbuat baik, kemudian berbuat buruk lagi, dan demikian seterusnya. Tentu tidak demikian kesimpulannya. Sikap terbaik yang harus kita pilih adalah berusaha semaksimal mungkin untuk selalu berbuat baik. Namun, saat kekhilafan menghampiri, lalu melakukan sesuatu yang melanggar perintah Allah, segeralah sadar dan bertaubat, dan iringi kekhilafan itu dengan berbuat kebajikan. Niscaya yang demikian itu akan mempercepat turunnya ampunan Allah.

Nah, orang yang sama sekali tak mengiringi perbuatan buruknya dengan perbuatan baik, sama artinya dengan orang yang membiarkan dirinya terus menerus berada dalam gelimangan dosa. Ketahuilah, sikap seperti itu merupakan bentuk nyata penganiayaan terhadap diri sendiri.
Share:

0 comments:

Post a Comment

Waktu Saat Ini


Syubbanul Wathon

Tahlilan

Tamu Online