Diriwayatkan
dalam satu nasihatnya, Sayidina Umar bin
Khaththab ra pernah berkata:
“Tidak
seorang manusia pun yang mampu mencelakakan dirimu, karena sesungguhnya apa
yang ditakdirkan untukmu itu akan tetap menimpamu, walaupun tanpa mereka.
Janganlah engkau sia-siakan waktu siangmu, sesungguhnya segala yang engkau
lakukan itu tercatat (diawasi).
Jika engkau
melakukan keburukan, maka
ikutilah dengan perbuatan baik. Sungguh tidak ada sesuatu pun yang lebih besar
tuntutannya dan lebih cepat pendapatannya daripada amalan baik yang baru
setelah melakukan dosa yang telah lalu.”
Tegukan
Hikmah:
Nasihat ini
termaktub dalam kitab Al-Bayan wat Tabyin, III/143.
Melalui
nasihat ini, Sayidina Umar bin
Khaththab ra berpesan kepada kita agar jangan menganiaya diri sendiri. Ada
banyak perilaku yang dilakukan manusia, yang tanpa ia sadari telah
mamasukkannya ke dalam golongan orang-orang yang menganiaya diri sendiri. Dua
di antaranya disebutkan oleh Sayidina Umar ra di
dalam nasihatnya ini.
Pertama, orang yang
menyia-nyiakan waktu yang diberikan oleh Allah Swt kepadanya. Ketahuilah,
setiap detik dari waktu kehidupan yang Allah anugerahkan kepada kita akan
diminta oleh-Nya pertanggungjawaban. Tak ada yang tak berarti dari setiap tarikan dan hembusan napas yang kita lakukan. Disebabkan adanya tanggung jawab
yang harus kita berikan di hadapan Allah kelak, maka jangan pernah
menyia-nyiakan waktu. Gunakan setiap detik kehidupan ini untuk sesuatu yang
menambah catatan amal kebaikan kita di sisi Tuhan.
Guliran
waktu akan terus berlangsung sebelum Allah berkehendak menghentikannya. Selama
guliran itu, waktu memberikan kesempatan penuh kepada kita untuk melakukan apa
pun yang kita kehendaki. Waktu tidak
memilihkan kepada kita apa yang terbaik untuk kita, dan ia pun tidak mampu
menjerumuskan kita ke lembah maksiat yang mengundang murka Allah. Ia hanya
bergulir dan menghamparkan segalanya untuk kita. Kitalah yang memutuskan,
apakah waktu yang bergulir itu kita manfaatkan untuk sesuatu yang berarti, atau
kita mengisinya dengan hal-hal yang hanya akan merugikan kita di kehidupan
akhirat kelak.
Sayidina Umar ra menasihatkan kita agar jangan menyia-nyiakan waktu.
Artinya, isilah waktu yang disediakan Tuhan dalam kehidupan kita ini dengan
sesuatu yang berarti dan yang dapat memberikan kebahagiaan kepada kita kelak di
yaumil akhir. Orang yang mampu memanfaatkan
waktu dan mengisinya dengan berbagai macam amal saleh, dialah orang yang
beruntung baik di dunia maupun di akhirat.
Sedangkan
orang yang menyia-nyiakan waktu, membiarkannya berlalu begitu saja, atau
mengisinya namun dengan sesuatu yang sia-sia, maka dialah orang yang merugi.
Dan orang semacam ini termasuk ke dalam golongan manusia yang menganiaya diri
sendiri.
Kedua, orang yang
mengerjakan keburukan secara terus menerus, tanpa menyertainya dengan kebaikan.
Ini merupakan bentuk penganiayaan terhadap diri sendiri. Orang yang mengerjakan
keburukan tanpa mengiringinya dengan perbuatan baik laksana orang yang
terjerumus ke kubangan lumpur dan tak bisa keluar darinya. Bila sudah demikian,
mungkinkah ia akan bisa membersihkan dirinya?
Sesungguhnya
di dalam kehidupan ini, orang yang baik itu bukanlah orang yang tak pernah
berbuat dosa. Orang yang baik adalah orang yang pernah khilaf melakukan
perbuatan dosa, lalu menyadarinya, bertaubat, dan mengiringi perbuatan dosanya
itu dengan amal saleh. Begitu pentingkah mengiringi perbuatan buruk yang
mengandung dosa dengan perbuatan baik yang menghasilkan pahala? Ya, sangat
penting. Sayidina Umar ra
mengatakan, “Sungguh tidak ada sesuatu pun yang lebih besar tuntutannya dan lebih
cepat pendapatannya daripada amalan baik yang baru setelah melakukan dosa yang
telah lalu.” Artinya adalah amalan baik yang mengiringi perbuatan dosa itu
bisa segera membuat Allah berkenan mengampuninya. Syaratnya tentu saja amalan
baik itu dikerjakan secara ikhlas, hanya demi mengharap keridhaan Allah Ta’ala.
Namun perlu
diingat bahwa tidak layak bagi kita untuk ‘mempermainkan’ Tuhan dengan cara
berbuat buruk, lalu berbuat baik, kemudian berbuat buruk lagi, dan demikian
seterusnya. Tentu tidak demikian kesimpulannya. Sikap terbaik yang harus kita
pilih adalah berusaha semaksimal mungkin untuk selalu berbuat baik. Namun, saat
kekhilafan menghampiri, lalu melakukan sesuatu yang melanggar perintah Allah,
segeralah sadar dan bertaubat, dan iringi kekhilafan itu dengan berbuat
kebajikan. Niscaya yang demikian itu akan mempercepat turunnya ampunan Allah.
Nah, orang
yang sama sekali tak mengiringi perbuatan buruknya dengan perbuatan baik, sama artinya dengan orang yang
membiarkan dirinya terus menerus berada dalam gelimangan dosa. Ketahuilah,
sikap seperti itu merupakan bentuk nyata penganiayaan terhadap diri sendiri.
0 comments:
Post a Comment