A. Dalil Ulama yang Menghalalkan Ucapan Selamat
Natal
لاَ يَنْهَاكُمُ اللهُ عَنِ الَّذِيْنَ لَمْ يُقَاتِلُوْكُمْ
فِي الدِّيْنِ وَلَمْ يُخْرِجُوْكُمْ مِنْ دِيَارِكُمْ أَنْ تَبَرُّوْهُمْ وَتُقْسِطُوْا
إِلَيْهِمْ ۚ إِنَّ اللهَ يُحِبُّ الْمُقْسِطِيْنَ
“Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan
berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak
(pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang
yang berlaku adil.” (QS. al-Mumtahanah: 8)
وَقُوْلُوْا لِلنَّاسِ حُسْنًا
“...serta ucapkanlah kata-kata yang baik kepada manusia...” (QS.
al-Baqarah: 83)
إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ
“Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan...” (QS.
an-Nahl: 90)
وَإِذَا حُيِّيْتُمْ بِتَحِيَّةٍ فَحَيُّوْا بِأَحْسَنَ مِنْهَا
أَوْ رُدُّوْهَا ۗ
“Apabila kamu diberi penghormatan dengan sesuatu
penghormatan, maka balaslah penghormatan itu dengan yang lebih baik dari padanya,
atau balaslah penghormatan itu (dengan yang serupa)... (QS. an-Nisa: 86)
B. Ulama-ulama yang Menghalalkan Ucapan Selamat
Natal
Syaikh Wahbah Zuhaili berkata :
لا مانع من مجاملة النصارى في رأي بعض
الفقهاء في مناسباتهم على ألا يكون من العبارات ما يدل على إقرارهم على معتقداتهم.
“Tidak
ada halangan dalam bersopan santun (mujamalah) dengan orang Nasrani menurut
pendapat sebagian ahli fiqh berkenaan hari raya mereka asalkan tidak
bermaksud sebagai pengakuan atas (kebenaran) ideologi mereka.” (Sumber: Link: http://www.shariaa.net/forum/showthread.php?t=22917)
Syaikh Yusuf Qardhawi. Disebutkan:
يرى جمهور من العلماء المعاصرين جواز
تهنئة النصارى بأعيادهم ومن هؤلاء العلامة د.يوسف القرضاوي حيث يرى ان تغير
الاوضاع العالمية هو الذي جعله يخالف شيخ الاسلام ابن تيمية في تصريحه بجواز تهنئة
النصارى وغيرهم بأعيادهم واجيز ذلك اذا كانوا مسالمين للمسلمين وخصوصا من كان بينه
وبين المسلم صلة خاصة، كالأقارب والجيران في السكن والزملاء في الدراسة والرفقاء
في العمل ونحوها، وهو من البر الذي لم ينهنا الله عنه، بل يحبه كما يحب الإقساط
إليهم (ان الله يحب المقسطين) ولاسيما اذا كانوا هم يهنئون المسلمين بأعيادهم
والله تعالى يقول (وإذا حييتم بتحية فحيوا بأحسن منها أو ردوها)».
ويرى د.يوسف الشراح انه لا مانع من تهنئة غير المسلمين بأعيادهم ولكن لا نشاركهم
مناسبتهم الدينية ولا في طريقة الاحتفالات، ويبقى الأمر ان نتعايش معهم بما لا
يخالف شرع الله، فلا مانع اذن من ان يهنئهم المسلم بالكلمات المعتادة للتهنئة
والتي لا تشتمل على اي اقرار لهم على دينهم أو رضا بذلك انما هي كلمات جاملة
تعارفها الناس.
“Mayoritas
ulama kontemporer membolehkan mengucapkan selamat Natal pada umat Nasrani
termasuk di antaranya adalah Dr. Yusuf Qardhawi di mana dia mengatakan bahwa
perbedaan situasi dan kondisi dunia telah membuat Qardhawi berbeda pendapat dengan
Ibnu Taimiyah atas bolehnya mengucapkan selamat pada hari raya Nasrani. Ucapan
selamat dibolehkan apabila berdamai dengan umat Islam khsusnya bagi umat
Kristen yang memiliki hubungan khusus dengan seorang muslim seperti hubungan
kekerabatan, bertetangga, berteman di kampus atau sekolah, kolega kerja, dan
lain-lain. Mengucapkan selamat termasuk kebaikan yang tidak dilarang oleh
Allah bahkan termasuk perbuatan yang disenangi Allah sebagaimana sukanya pada
sikap adil (Allah memyukai orang-orang yang bersikap adil). Apalagi, apabila
mereka juga memberi ucapan selamat pada hari raya umat Islam. Allah berfirman:
Apabila kalian dihormati dengan suatu penghormatan, maka berilah penghormatan
yang lebih baik.
Qardhawi juga menjelaskan bahwa tidak ada hal yang mencegah
untuk mengucapkan selamat pada perayaan non-muslim akan tetapi jangan ikut
memperingati ritual agama mereka juga jangan ikut merayakan. Kita boleh hidup bersama mereka
(nonmuslim) dengan melakukan sesuatu yang tidak bertentangan dengan syariah
Allah. Maka tidak ada larangan bagi muslim mengucapkan selamat pada nonmuslim
dengan kalimat yang biasa yang tidak mengandung pengakuan atas agama mereka
atau rela dengan hal itu. Ucapan selamat itu hanya kalimat keramahtamahan yang
biasa dikenal. (Sumber: Link: http://www.qaradawi.net/new/all-fatawa/1483 ; link: http://goo.gl/dbTrma)
Syaikh Ali Jum’ah
Syaikh Ali Jumah adalah Mufti Besar
Mesir periode 28 September 2003 - 11 February 2013. Ahli fiqih pengikut madzhab
Syafi'i dan berakidah Asy'ariyah.
Pada
2008 ia mengeluarkan fatwa terkait mengucapkan selamat pada perayaan
non-Muslim. Intinya: ucapan selamat itu boleh dan baik. Berikut teks Arabnya
yang dibuat dalam bentuk reporting seperti dimuat dalam Islamonline.net pada 12
Januari 2008:
مفتي مصر: تهنئة غير المسلمين
بأعيادهم بر جائز
القاهرة- أكد الدكتور علي جمعة مفتي مصر أن تهنئة النصارى وغيرهم من أهل الكتاب
بأعيادهم جائزة، معتبرا أنها "من البر" الذي لم ينه الله عنه، شريطة ألا
يشارك مقدم التهنئة فيما تتضمنه الاحتفالات بتلك الأعياد من "أمور تتعارض مع
العقيدة الإسلامية".
وردا على سؤال في هذا الشأن لـ"إسلام أون لاين.نت" قال الدكتور جمعة:
"إن تهنئة غير المسلمين بالمناسبات الاجتماعية والأعياد الدينية الخاصة بهم،
كعيد ميلاد السيد المسيح، ورأس السنة الميلادية جائز... باعتبار أن ذلك داخل في
مفهوم البر، وتأليف القلوب".
واعتبر أن هذه التهنئة داخلة في قول الله تعالى: {لا يَنْهَاكُمُ اللَّهُ عَنِ
الَّذِينَ لَمْ يُقَاتِلُوكُمْ فِي الدِّينِ وَلَمْ يُخْرِجُوكُمْ مِنْ
دِيَارِكُمْ أَنْ تَبَرُّوهُمْ وَتُقْسِطُوا إِلَيْهِمْ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ
الْمُقْسِطِينَ}
Mufti Mesir: Ucapan Selamat pada Hari Raya Non-Muslim itu Boleh dan Baik
Kairo
(Mesir) - Mufti Mesir Dr. Ali Jum'ah menegaskan bahwa mengucapkan selamat pada
umat Kristiani dan ahli kitab lain itu boleh. Bahkan menganggap itu hal yang
baik yang tidak dilarang oleh Allah dengan syarat tidak ikut bergabung dalam
perayaannya terutama yang terkait dengan perkara yang bertentangan dengan
akidah Islam.
Menjawab
pertanyaan dari islam-online.net, Ali Jumah berkata: "Mengucapkan selamat
pada non-muslim berkenaan dengan perayaan sosial dan agama mereka seperti Natal
Nabi Isa dan Tahun Baru masehi itu boleh." Hal itu masuk dalam kategori
baik dan melunakkan hati.
Ali Jumah menganggap mengucapkan selamat termasuk dalam
firman Allah dalam QS Al-Mumtahanah 60:8 (yang artinya): "Allah tidak
melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang
tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu.
Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil."
C. Dalil Ulama yang Mengharamkan Ucapan Selamat
Natal
وَالَّذِيْنَ لاَ يَشْهَدُوْنَ الزُّوْرَ وَإِذَا مَرُّوْا
بِاللَّغْوِ مَرُّوْا كِرَامًا
Dan orang-orang yang tidak memberikan persaksian palsu, dan
apabila mereka bertemu dengan (orang-orang) yang mengerjakan
perbuatan-perbuatan yang tidak berfaedah, mereka lalui (saja) dengan menjaga
kehormatan dirinya. (QS. al-Furqan: 72)
إِنْ تَكْفُرُوْا فَإِنَّ اللهَ غَنِيٌّ
عَنْكُمْ ۖ وَلاَ يَرْضَى لِعِبَادِهِ الْكُفْرَ ۖ وَإِنْ
تَشْكُرُوْا يَرْضَهُ لَكُمْ ۗ
Jika
kamu kafir maka sesungguhnya Allah tidak memerlukan (iman)mu dan Dia tidak
meridhai kekafiran bagi hamba-Nya; dan jika kamu bersyukur, niscaya Dia
meridhai bagimu kesyukuranmu itu;... (QS. az-Zumar: 7)
لِكُلٍِّ جَعَلْنَا مِنْكُمْ شِرْعَةً
وَمِنْهَاجًا ۚ
Untuk tiap-tiap umat di antara kamu, Kami
berikan aturan dan jalan yang terang... (QS. al-Maidah: 48)
الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِيْنَكُمْ وَأَتْمَمْتُ
عَلَيْكُمْ نِعْمَتِيْ وَرَضِيْتُ لَكُمُ الْإِسْلاَمَ دِيْنًا ۚ
Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan
telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama
bagimu... (QS. al-Maidah: 3)
وَمَنْ يَبْتَغِ
غَيْرَ الْإِسْلاَمِ دِيْنًا فَلَنْ يُقْبَلَ مِنْهُ وَهُوَ فِي الْآخِرَةِ مِنَ
الْخَاسِرِيْنَ
Barangsiapa
mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima
(agama itu) daripadanya, dan
dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi. (QS. Ali Imran:
85)
Hadits : مَنْ تشبّه بقوم فهو منهم (Barangsiapa yang menyerupai suatu
kaum, maka ia menjadi bagian darinya).
D. ULAMA-ULAMA YANG MENGHARAMKAN UCAPAN SELAMAT NATAL
Mayoritas
ulama salaf dari madzhab empat - Syafi'i, Hanafi Maliki, Hanbali, mengharamkan
ucapan selamat pada hari raya non-Muslim. Berikut pendapat mereka:
MADZHAB SYAFI'I
Damiri dalam Al-Najm Al-Wahhaj fi Syarh Al-Minhaj,
"Fashl Al-Takzir", hlm. 9/244, dan Khatib Syarbini dalam Mughnil
Muhtaj ila Makrifati Ma'ani Alfadzil Minhaj, hlm. 4/191, menyatakan:
(تتمة : يُعزّر من وافق الكفار في أعيادهم ، ومن يمسك الحية ، ومن
يدخل النار ، ومن قال لذمي : يا حاج ، ومَـنْ هَـنّـأه بِـعِـيـدٍ ، ومن سمى زائر
قبور الصالحين حاجاً ، والساعي بالنميمة لكثرة إفسادها بين الناس ، قال يحيى بن
أبي كثير : يفسد النمام في ساعة ما لا يفسده الساحر في سنة)
Ditakzir
(dihukum) orang yang sepakat dengan orang kafir pada hari raya mereka, orang
yang memegang ular, yang masuk api, orang yang berkata pada kafir dzimmi
"Hai Haji", orang yang mengucapkan selamat pada hari raya (agama
lain), orang yang menyebut peziarah kubur orang saleh dengan sebutan haji, dan
pelaku adu domba karena banyaknya menimbulkan kerusakan antara manusia. Berkata
Yahya bin Abu Katsir: Pengadu domba dalam satu jam dapat membuat kerusakan yang
baru bisa dilakukan tukang sihir dalam setahun.
Ibnu
Hajar Al-Haitami dalam Al-Fatawa Al-Fiqhiyah, hlm. 4/238-239, menyatakan:
(ثم رأيت بعض أئمتنا المتأخرين ذكر ما يوافق ما ذكرته فقال : ومن
أقبح البدع موافقة المسلمين النصارى في أعيادهم بالتشبه بأكلهم والهدية لهم وقبول
هديتهم فيه وأكثر الناس اعتناء بذلك المصريون وقد قال صلى الله عليه وسلم { من
تشبه بقوم فهو منهم } بل قال ابن الحاج لا يحل لمسلم أن يبيع نصرانيا شيئا من
مصلحة عيده لا لحما ولا أدما ولا ثوبا ولا يعارون شيئا ولو دابة إذ هو معاونة لهم
على كفرهم وعلى ولاة الأمر منع المسلمين من ذلك ومنها اهتمامهم في النيروز... ويجب
منعهم من التظاهر بأعيادهم)
Aku melihat sebagian ulama muta'akhirin menuturkan
pendapat yang sama denganku, lalu ia berkata: Termasuk dari bid'ah terburuk
adalah persetujuan muslim pada Nasrani pada hari raya mereka dengan menyerupai
dengan makanan dan hadiah dan menerima hadiah pada hari itu. Kebanyakan orang yang melakukan itu
adalah kalangan orang Mesir. Nabi bersabda "Barangsiapa yang menyerupai
suatu kaum maka ia bagian dari mereka". Ibnu Al-Haj berkata: Tidak halal
bagi muslim menjual sesuatu pada orang Nasrani untuk kemasalahan hari rayanya
baik berupa daging, kulit atau baju. Hendaknya tidak meminjamkan sesuatu
walupun berupa kendaraan karena itu menolong kekufuran mereka. Dan bagi
pemerintah hendaknya mencegah umat Islam atas hal itu. Salah satunya adalah
perayaan Niruz (Hari Baru)... dan wajib melarang umat Islam menampakkan diri
pada hari raya non-muslim.
Ibnu Najim dalam Al-Bahr Al-Raiq Syarah Kanz Al-Daqaiq, hlm. 8/555,
قال أبو حفص الكبير رحمه الله : لو أن
رجلا عبد الله تعالى خمسين سنة ثم جاء يوم النيروز وأهدى إلى بعض المشركين بيضة
يريد تعظيم ذلك اليوم فقد كفر وحبط عمله وقال صاحب الجامع الأصغر إذا أهدى يوم
النيروز إلى مسلم آخر ولم يرد به تعظيم اليوم ولكن على ما اعتاده بعض الناس لا
يكفر ولكن ينبغي له أن لا يفعل ذلك في ذلك اليوم خاصة ويفعله قبله أو بعده لكي لا
يكون تشبيها بأولئك القوم , وقد قال صلى الله عليه وسلم { من تشبه بقوم فهو منهم }
وقال في الجامع الأصغر رجل اشترى يوم النيروز شيئا يشتريه الكفرة منه وهو لم يكن
يشتريه قبل ذلك إن أراد به تعظيم ذلك اليوم كما تعظمه المشركون كفر , وإن أراد
الأكل والشرب والتنعم لا يكفر
Abu
Hafs Al-Kabir berkata: Apabila seorang muslim yang menyembah Allah selama 50
tahun lalu datang pada Hari Niruz (tahun baru kaum Parsi dan Kurdi pra Islam - pen) dan memberi hadiah telur pada
sebagian orang musyrik dengan tujuan untuk mengagungkan hari itu, maka dia
kafir dan terhapus amalnya. Berkata penulis kitab Al-Jamik Al-Asghar: Apabila
memberi hadiah kepada sesama muslim dan tidak bermaksud mengagungkan hari itu
tetapi karena menjadi tradisi sebagian manusia maka tidak kafir akan tetapi
sebaiknya tidak melakukan itu pada hari itu secara khusus dan melakukannya
sebelum atau setelahnya supaya tidak menyerupai dengan kaum tersebut. Nabi
bersabda: "Barangsiapa menyerupai suatu kaum maka ia bagian dari
mereka." Penulis kitab Al-Jamik Al-Asghar berkata: Seorang lelaki yang
membeli sesuatu yang dibeli orang kafir pada hari Niruz dia tidak membelinya
sebelum itu maka apabila ia melakukan itu ingin mengagungkan hari itu
sebagaimana orang kafir maka ia kafir. Apabila berniat untuk makan minum dan
bersenang-senang saja tidak kafir.
MADZHAB MALIKI
Ibnul
Haj Al-Maliki dalam Al-Madkhal, 2/46-48 menyatakan:
ومن مختصر الواضحة سئل ابن القاسم عن
الركوب في السفن التي يركب فيها النصارى لأعيادهم فكره ذلك مخافة نزول السخط عليهم
لكفرهم الذي اجتمعوا له . قال وكره ابن القاسم للمسلم أن يهدي إلى النصراني في
عيده مكافأة له . ورآه من تعظيم عيده وعونا له على مصلحة كفره . ألا ترى أنه لا
يحل للمسلمين أن يبيعوا للنصارى شيئا من مصلحة عيدهم لا لحما ولا إداما ولا ثوبا
ولا يعارون دابة ولا يعانون على شيء من دينهم ; لأن ذلك من التعظيم لشركهم وعونهم
على كفرهم وينبغي للسلاطين أن ينهوا المسلمين عن ذلك , وهو قول مالك وغيره لم أعلم
أحدا اختلف في ذلك
Ibnu
Qasim ditanya soal menaiki perahu yang dinaiki kaum Nasrani pada hari raya
mereka. Ibnu Qasim tidak menyukai (memakruhkan) hal itu karena takut turunnya
kebencian pada mereka karena mereka berkumpul karena kekufuran mereka. Ibnu
Qasim juga tidak menyukai seorang muslim memberi hadiah pada Nasrani pada hari
rayanya sebagai hadiah. Ia melihat hal itu termasuk mengagungkan hari rayanya
dan menolong kemaslahatan kufurnya. Tidakkah engkau tahu bahwa tidak halal bagi
muslim membelikan sesuatu untuk kaum Nasrani untuk kemaslahatan hari raya
mereka baik berupa daging, baju; tidak meminjamkan kendaraan dan tidak menolong
apapun dari agama mereka karena hal itu termasuk mengagungkan kesyirikan mereka
dan menolong kekafiran mereka. Dan hendaknya penguasa melarang umat Islam
melakukan hal itu. Ini pendapat Malik dan lainnya. Saya tidak tahu pendapat
yang berbeda.
MADZHAB
HANBALI
Al-Buhuti
dalam Kasyful Qina' an Matnil Iqnak, hlm. 3/131, menyatakan:
( ويحرم تهنئتهم وتعزيتهم وعيادتهم ) ; لأنه تعظيم لهم أشبه السلام
.
( وعنه تجوز العيادة ) أي : عيادة الذمي ( إن رجي إسلامه فيعرضه عليه واختاره
الشيخ وغيره ) لما روى أنس { أن النبي صلى الله عليه وسلم عاد يهوديا , وعرض عليه
الإسلام فأسلم فخرج وهو يقول : الحمد لله الذي أنقذه بي من النار } رواه البخاري
ولأنه من مكارم الأخلاق .
( وقال ) الشيخ ( ويحرم شهود عيد اليهود والنصارى ) وغيرهم من الكفار ( وبيعه لهم
فيه ) . وفي المنتهى : لا بيعنا لهم فيه ( ومهاداتهم لعيدهم ) لما في ذلك من
تعظيمهم فيشبه بداءتهم بالسلام
.
Haram
mengucapkan selamat, takziyah (ziarah orang mati), iyadah (ziarah orang sakit)
kepada non-muslim karena itu berarti mengagungkan mereka menyerupai
(mengucapkan) salam. Boleh iyadah kafir dzimmi apabila diharapkan Islamnya dan
hendaknya mengajak masuk Islam. Karena, dalam sebuah hadits riwayat Bukhari,
Nabi pernah iyadah pada orang Yahudi dan mengajaknya masuk Islam lalu si Yahudi
masuk Islam lalu berkata, "Alhamdulillah Allah telah menyelamatkan aku
dari neraka." Dan karena iyadah termasuk akhak mulia.
Haram
menghadiri perayaan Yahudi dan Nasrani dan kafir lain dan membeli untuk mereka
pada hari itu. Dalam kitab Al-Muntaha dikatakan: Tidak ada jual beli kita pada
mereka pada hari itu dan memberi hadiah mereka karena hari raya mereka karna
hal itu termasuk mengagungkan mereka sehingga hal ini menyerupai memulai ucapan
salam.