Kajian Seputar Aqidah dan Amaliah Aswaja

Wednesday, June 12, 2019

Adab-adab Seorang Murid

آدَابُ الْمُتَعَلِّمِ
Adab-adab Seorang Murid
 
وَإِنْ كُنْتَ مُتَعَلِّمًا، فَآدَابُ الْمُتَعَلِّمِ مَعَ الْعَالِمِ: أَنْ يَبْدَأَهُ بِالتَّحِيَّةِ وَالسَّلاَمِ، وَأَنْ يُقَلِّلَ بَيْنَ يَدَيْهِ الْكَلاَمَ، وَلاَ يَتَكَلَّمَ مَا لَمْ يَسْأَلْهُ أُسْتَاذُهُ، وَلاَ يَسْأَلَ مَا لَمْ يَسْتَأْذِنْ أَوَّلاً، وَلاَ يَقُوْلَ فِيْ مُعَارَضَةِ قَوْلِهِ: قَالَ فُلاَنٌ بِخِلاَفِ مَا قُلْتَ، وَلاَ يُشِيْرُ عَلَيْهِ بِخِلاَفِ رَأْيِهِ فَيَرَى أَنَّهُ أَعْلَمُ بِالصَّوَابِ مِنْ أُسْتَاذِهِ، وَلاَ يَسْأَلَ جَلِيْسَهُ فِيْ مَجْلِسِهِ
Apabila engkau seorang murid, maka beradablah pada gurumu dengan adab-adab  berikut ini: (1) Hendaklah engkau mendahului memberikan penghormatan dan salam kepadanya, (2) tidak banyak bicara saat berada di hadapannya, (3) tidak berbicara sebelum ditanya oleh sang guru, (4) tidak bertanya sebelum memohon izin terlebih dahulu, (5) hendaklah engkau tidak menyanggah ucapannya dengan mengatakan: “Tapi pendapat si fulan bertentangan dengan apa yang Anda katakan”, (6) hendaklah engkau tidak mengisyaratkan bahwa pendapatmu berbeda dengan pendapatnya sehingga membuatmu merasa lebih tahu dan lebih benar daripada gurumu, (7) jangan berbicara dengan teman dudukmu (orang lain) saat berada di dalam majelisnya.
 
وَلاَ يَلْتَفِتَ إِلَى الْجَوَانِبِ، بَلْ يَجْلِسُ مُطْرِقًا سَاكِنًا مُتَآدِّبًا كَأَنَّهُ فِي الصَّلاَةِ، وَلاَ يُكْثِرُ عَلَيْهِ السُّؤَالَ عِنْدَ مَلَلِهِ، وَإِذَا قَامَ قَامَ لَهُ، وَلاَ يَتْبَعَهُ بِكَلاَمِهِ وَسُؤَالِهِ، وَلاَ يَسْأَلَهُ فِيْ طَرِيْقِهِ إِلَى أَنْ يَبْلُغَ إِلَى مَنْزِلِهِ، وَلاَ يُسِىءَ الظَّنَّ بِهِ فِيْ أَفْعَالٍ ظَاهِرُهَا مُنْكَرَةٌ عِنْدَهُ، فَهُوَ أَعْلَمُ بِأَسْرَارِهِ، وَلْيَذْكُرْ عِنْدَ ذَلِكَ قَوْلَ مُوْسَى لِلْخَضِرِ - عَلَيْهِمَا السَّلاَمِ: أَخَرَقْتَهَا لِتُغْرِقَ أَهْلَهَا، لَقَدْ جِئْتَ شَيْأً إِمْرًا، وَكَوْنَهُ مُخْطِئاً فِيْ إِنْكَارِهِ اعْتِمَادًا عَلَى الظَّاهِرِ
(8) Jangan engkau menoleh ke kanan dan ke kiri saat berada di hadapan sang guru, namun hendaklah engkau duduk dengan menundukkan kepala, tenang, penuh adab seperti halnya ketika engkau sedang menunaikan shalat, (9) tidak banyak bertanya saat sang guru dalam keadaan jenuh, (10) Ketika ia berdiri, hendaklah engkau ikut berdiri, (11) saat ia bangun dari duduk hendaklah engkau tidak mengikuti/meneruskan perkataan dan pertanyaan kepadanya, (12) hendaklah engkau tidak bertanya kepadanya sedangkan ia sedang berada di jalan hingga ia sampai di rumahnya, (13) janganlah engkau berburuk sangka padanya karena sikap zhahirnya yang menurutmu munkar, karena dia pasti lebih mengetahui tentang rahasia-rahasia yang ada pada dirinya sehingga ia berbuat demikian. Terhadap hal yang demikian itu, ingatlah olehmu perkataan Nabi Musa AS kepada Nabi Khidir AS: “Mengapa engkau melubangi perahu itu, apakah untuk menenggelamkan penumpangnya? Sungguh engkau telah berbuat suatu kesalahan yang besar.”[1] Nabi Musa AS dianggap salah dalam pengingkarannya karena berpegang pada hukum yang zhahir.


[1] QS. al-Kahfi [18]: 71.
Share:

0 comments:

Post a Comment

Waktu Saat Ini


Syubbanul Wathon

Tahlilan

Tamu Online