وَالنَّاسُ ثَلاَثَةٌ:
أَحَدُهُمْ، مَثَلُهُ مَثَلُ الْغِذَاءِ، لاَ يُسْتَغْنَى عَنْهُ. وَاْلآخَرُ،
مَثَلُهُ مَثَلُ الدَّوَاءِ، يُحْتَاجُ إِلَيْهِ فِيْ وَقْتٍ دُوْنَ وَقْتٍ.
وَالثَّالِثُ، مَثَلُهُ مَثَلُ الدَّاءِ، لاَ يُحْتَاجُ إِلَيْهِ قَطُّ
Ada 3 macam bentuk perumpamaan manusia: (1)
Manusia yang perumpamaannya seperti makanan pokok. Keberadaan mereka selalu
dibutuhkan. (Mereka adalah para ulama dan orang-orang shalih). (2) Manusia yang
perumpamaannya seperti obat. Keberadaannya ada kalanya dibutuhkan dan ada
kalanya tidak. (3) Manusia yang perumpamaannya seperti penyakit. Keberadaannya
sama sekali tidak dibutuhkan.
وَلَكِنَّ الْعَبْدَ قَدْ
يُبْتَلَى بِهِ، وَهُوَ الَّذِيْ لاَ أُنْسَ فِيْهِ وَلاَ نَفْعَ؛ فَتَجِبُ
مُدَارَاتُهُ إِلَى الْخَلاَصِ مِنْهُ، وَفِيْ مُشَاهَدَتِهِ فَائِدَةٌ عَظِيْمَةٌ
إِنْ وُفِّقْتَ لَهَا، وَهُوَ أَنْ تُشَاهِدَ مِنْ خَبَائِثِ أَحْوَالِهِ
وَأَفْعَالِهِ مَا تَسْتَقْبِحَهُ فَتَجْتَنِبَهُ؛ فَالسَّعِيْدُ مَنْ وُعِظَ
بِغَيْرِهِ، وَالْمُؤْمِنُ مِرْآةُ الْمُؤْمِنِ
Namun demikian setiap hamba akan diuji oleh
Allah dengan keberadaan manusia tipe ketiga ini, yakni orang yang apabila
bergaul dengannya tidak akan memperoleh keramahan maupun manfaat darinya. Maka
sudah semestinya engkau menjauh darinya agar selamat dari keburukan sifatnya.
Namun memperhatikan manusia tipe ketiga ini mengandung manfaat yang besar
apabila engkau mendapat limpahan taufik dari-Nya. Dengan memperhatikan
keburukan sifat dan perilakunya, maka engkau mengetahui hal-hal yang buruk darinya dan engkau pun
bisa menghindarinya. Orang yang beruntung adalah orang yang dapat mengambil
pelajaran dari orang lain. Seorang mukmin adalah cermin bagi mukmin lainnya.
وَقِيْلَ لِعِيْسَى
عَلَيْهِ السَّلاَمُ: مَنْ أَدَّبَكَ؟ فَقَالَ: مَا أَدَّبَنِيْ أَحَدٌ، وَلَكِنْ
رَأَيْتُ جَهْلَ الْجَاهِلِ فَاجْتَنَبْتُهُ. وَلَقَدْ صَدَقَ - عَلَى نَبِيِّنَا
وَعَلَيْهِ الصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ - فَلَوِ اجْتَنَبَ النَّاسُ مَا
يَكْرَهُوْنَهُ مِنْ غَيْرِهِمْ لَكَمُلَتْ آدَابُهُمْ وَاسْتَغْنَوْا عَنِ
الْمُؤَدِّبِيْنَ
Ditanyakan kepada Nabi Isa AS: “Siapakah yang
mengajarkan padamu tentang adab?” Beliau menjawab: “Tidak seorang pun yang
mengajariku tentang adab, namun aku melihat perilaku bodoh dari orang yang
bodoh, maka aku menjauhinya. Sungguh benar apa yang beliau ucapkan itu –sesuai
dengan apa yang disampaikan oleh Nabi kita, Muhammad SAW—bahwa sekiranya
manusia menjauhi segala hal yang dibencinya dari orang lain, niscaya
sempurnalah adab-adab mereka dan tidak diperlukan lagi adanya para pembimbing
yang mengajarkan tentang adab.
Bersambung...
0 comments:
Post a Comment