Kajian Seputar Aqidah dan Amaliah Aswaja

Sunday, June 16, 2019

Adab-adab Bergaul dengan Orang Lain (Bagian Pertama)

فَإِنَّ بُلِيْتَ بِالْعَوَامِّ الْمَجْهُوْلِيْنَ، فَآدَابُ مَجَالَسَتِهِمْ: تَرْكُ الْخَوْضِ فِيْ حَدِيْثِهِمْ، وَقِلَّةُ اْلإِصْغَاءِ إِلَى أَرَاجِيْفِهِمْ، وَالتَّغَافُلُ عَمَّا يَجْرِيْ مِنْ سُوْءِ أَلْفَاظِهِمْ، وَاْلاِحْتِرَازُ عَنْ كَثْرَةِ لِقَائِهِمْ وَالْحَاجَةِ إِلَيْهِمْ، وَالتَّنْبِيْهُ عَلَى مُنْكَرَاتِهِمْ بِاللُّطْفِ وَالنُّصْحِ عِنْدَ رَجَاءِ الْقَبُوْلِ مِنْهُمْ
Apabila engkau bergaul dengan orang-orang awam yang tidak engkau kenal, maka berikut ini adalah adab-adab yang mesti engkau perhatikan saat bersama mereka: (1) hendaklah engkau tidak melibatkan diri secara mendalam di dalam pembicaraan mereka, (2) tidak banyak mendengarkan bualan-bualan mereka, (3) hendaklah engkau berpaling dan berpura-pura tidak tahu terhadap berbagai ucapan buruk mereka, (4) hendaklah engkau menjaga diri agar tidak terlalu sering berjumpa dengan mereka atau bersikap membutuhkan mereka, (5) mengingatkan mereka atas berbagai kemungkaran yang mereka lakukan dengan cara-cara yang halus dan memberi nasihat pada saat ada kemungkinan mereka akan menerimanya.

وَأَمَّا اْلإِخْوَانُ وَاْلاَصْدِقَاءُ فَعَلَيْكَ فِيْهِمْ وَظِيْفَتَانِ
Adapun yang terkait dengan teman atau sahabat, maka engkau memiliki dua tugas yang tak boleh engkau abaikan:

إِحْدَاهُمَا: أَنْ تَطْلُبَ أَوَّلاً شُرُوْطَ الصُّحْبَةِ وَالصَّدَاقَةِ، فَلاَ تُؤَاخِ إِلاَّ مَنْ يَصْلُحُ لِلاُخُوَّةِ وَالصَّدَاقَةِ، قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: الْمَرْءُ عَلَى دِيْنِ خَلِيْلِهِ فَلْيَنْظُرْ أَحَدُكُمْ مَنْ يُخَالِلُ
Tugas Pertama: mula-mula hendaklah engkau mengupayakan terpenuhinya syarat-syarat berteman dan bersahabat. Maka janganlah engkau menjalin persaudaraan kecuali dengan orang-orang yang dapat mendatangkan kebaikan dalam persaudaraan dan persahabatan itu. Rasulullah SAW bersabda: “Seseorang itu akan dipengaruhi oleh agama temannya. Maka hendaklah salah seorang dari kalian memperhatikan siapa yang dia jadikan teman.”[1]

فَإِذَا طَلَبْتَ رَفِيْقًا لِيَكُوْنَ شَرِيْكَكَ فِي التَّعَلُّمِ، وَصَاحِبَكَ فِيْ أَمْرِ دِيْنِكَ وَدُنْيَاكَ، فَرَاعِ فِيْهِ خَمْسَ خِصَالٍ:
Jika engkau mencari teman dekat yang hendak engkau jadikan sebagai kawan bersama dalam menuntut ilmu, sahabatmu dalam urusan agama dan duniamu, maka perhatikanlah lima hal berikut ini pada dirinya:

اْلأُوْلَى: الْعَقْلُ: فَلاَ خَيْرَ فِيْ صُحْبَةِ اْلأَحْمَقِ، فَإِلَى الْوَحْشَةِ وَالْقَطِيْعَةِ يَرْجِعُ آخِرُهَا، وَأَحْسَنُ أَحْوَالِهِ أَنْ يَضُرَّكَ وَهُوَ يُرِيْدُ أَنْ يَنْفَعَكَ، وَالْعَدُوُّ الْعَاقِلُ خَيْرٌ مِنَ الصَّدِيْقِ اْلأَحْمَقِ
  1. Akalnya. Karena tidak ada kebaikan yang dapat diperoleh dari persahabatan dengan orang yang bodoh (dungu). Bersahabat dengan orang yang bodoh pada akhirnya hanya akan memunculkan masalah dan ujungnya persahabatan itu pun putus. Setidaknya masalah yang ditimbulkannya adalah dia ingin memberimu manfaat, namun karena kebodohannya justru yang menimpamu mudharat. Oleh karena itu sering dikatakan bahwa musuh yang berakal adalah lebih baik daripada sahabat yang bodoh (dungu). 


قَالَ عَلِيٌّ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ:
فَلاَ تَصْحَبْ أَخَا الْجَهْلِ ... وَإِيَّاكَ وَإِيَّاهُ
فَكَمْ مِنْ جَاهِلٍ أَرْدَى ... حَلِيْماً حِيْنَ وَاخَاهُ
يُقَاسُ الْمَرْءُ بِالْمَرءِ ... إِذَا مَا الْمَرْءُ مَاشَاهُ
كَحَذْوِ النَّعْلِ بِالنَّعْلِ ... إِذَا مَالنَّعْلُ حَاذَاهُ
وَلِلشَّيْءِ مِنَ الشَّيْءِ ... مَقَايِيْسُ وَأَشْبَاهُ
وَلِلْقَلْبِ عَلَى القَلْبِ ... دَلِيْلٌ حِيْنَ يَلْقَاهُ
Sayyidina Ali ra pernah bersyair:

Janganlah engkau berteman dengan orang yang bodoh * karena engkau dan dia akan sama-sama celaka

Betapa banyak orang yang bodoh telah merusak * orang yang bijak ketika berteman dengannya

Seseorang akan dilihat sama seperti seseorang yang lain * tatkala seseorang itu biasa bersamanya

Laksana sepasang sandal * tatkala sandal itu dipersandingkan

Demikianlah sesuatu dengan sesuatu yang lain * ada persamaan dan keserupaan saat disandingkan

Antara hati dengan hati yang lainnya * terdapat getaran saat berjumpa

Bersambung....

[1] HR Abu Dawud, Tirmidzi, al-Hakim dan Ahmad dari Abu Hurairah ra.
Share:

0 comments:

Post a Comment

Waktu Saat Ini


Syubbanul Wathon

Tahlilan

Tamu Online