فَإِنَّ بُلِيْتَ
بِالْعَوَامِّ الْمَجْهُوْلِيْنَ، فَآدَابُ مَجَالَسَتِهِمْ: تَرْكُ الْخَوْضِ
فِيْ حَدِيْثِهِمْ، وَقِلَّةُ اْلإِصْغَاءِ إِلَى أَرَاجِيْفِهِمْ، وَالتَّغَافُلُ
عَمَّا يَجْرِيْ مِنْ سُوْءِ أَلْفَاظِهِمْ، وَاْلاِحْتِرَازُ عَنْ كَثْرَةِ
لِقَائِهِمْ وَالْحَاجَةِ إِلَيْهِمْ، وَالتَّنْبِيْهُ عَلَى مُنْكَرَاتِهِمْ
بِاللُّطْفِ وَالنُّصْحِ عِنْدَ رَجَاءِ الْقَبُوْلِ مِنْهُمْ
Apabila engkau bergaul dengan
orang-orang awam yang tidak engkau kenal, maka berikut ini adalah adab-adab
yang mesti engkau perhatikan saat bersama mereka: (1) hendaklah engkau tidak
melibatkan diri secara mendalam di dalam pembicaraan mereka, (2) tidak banyak
mendengarkan bualan-bualan mereka, (3) hendaklah engkau berpaling dan
berpura-pura tidak tahu terhadap berbagai ucapan buruk mereka, (4) hendaklah
engkau menjaga diri agar tidak terlalu sering berjumpa dengan mereka atau
bersikap membutuhkan mereka, (5) mengingatkan mereka atas berbagai kemungkaran
yang mereka lakukan dengan cara-cara yang halus dan memberi nasihat pada saat ada
kemungkinan mereka akan menerimanya.
وَأَمَّا
اْلإِخْوَانُ وَاْلاَصْدِقَاءُ فَعَلَيْكَ فِيْهِمْ وَظِيْفَتَانِ
Adapun yang terkait dengan teman
atau sahabat, maka engkau memiliki dua tugas yang tak boleh engkau abaikan:
إِحْدَاهُمَا: أَنْ
تَطْلُبَ أَوَّلاً شُرُوْطَ الصُّحْبَةِ وَالصَّدَاقَةِ، فَلاَ تُؤَاخِ إِلاَّ
مَنْ يَصْلُحُ لِلاُخُوَّةِ وَالصَّدَاقَةِ، قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: الْمَرْءُ عَلَى دِيْنِ خَلِيْلِهِ فَلْيَنْظُرْ أَحَدُكُمْ
مَنْ يُخَالِلُ
Tugas Pertama: mula-mula hendaklah engkau
mengupayakan terpenuhinya syarat-syarat berteman dan bersahabat. Maka janganlah
engkau menjalin persaudaraan kecuali dengan orang-orang yang dapat mendatangkan
kebaikan dalam persaudaraan dan persahabatan itu. Rasulullah SAW bersabda: “Seseorang
itu akan dipengaruhi oleh agama temannya. Maka hendaklah salah seorang dari
kalian memperhatikan siapa yang dia jadikan teman.”[1]
فَإِذَا طَلَبْتَ
رَفِيْقًا لِيَكُوْنَ شَرِيْكَكَ فِي التَّعَلُّمِ، وَصَاحِبَكَ فِيْ أَمْرِ
دِيْنِكَ وَدُنْيَاكَ، فَرَاعِ فِيْهِ خَمْسَ خِصَالٍ:
Jika engkau mencari teman dekat yang
hendak engkau jadikan sebagai kawan bersama dalam menuntut ilmu, sahabatmu
dalam urusan agama dan duniamu, maka perhatikanlah lima hal berikut ini pada
dirinya:
اْلأُوْلَى:
الْعَقْلُ: فَلاَ خَيْرَ فِيْ صُحْبَةِ اْلأَحْمَقِ، فَإِلَى الْوَحْشَةِ
وَالْقَطِيْعَةِ يَرْجِعُ آخِرُهَا، وَأَحْسَنُ أَحْوَالِهِ أَنْ يَضُرَّكَ وَهُوَ
يُرِيْدُ أَنْ يَنْفَعَكَ، وَالْعَدُوُّ الْعَاقِلُ خَيْرٌ مِنَ الصَّدِيْقِ
اْلأَحْمَقِ
- Akalnya. Karena tidak ada kebaikan yang dapat diperoleh dari persahabatan dengan orang yang bodoh (dungu). Bersahabat dengan orang yang bodoh pada akhirnya hanya akan memunculkan masalah dan ujungnya persahabatan itu pun putus. Setidaknya masalah yang ditimbulkannya adalah dia ingin memberimu manfaat, namun karena kebodohannya justru yang menimpamu mudharat. Oleh karena itu sering dikatakan bahwa musuh yang berakal adalah lebih baik daripada sahabat yang bodoh (dungu).
قَالَ عَلِيٌّ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ:
فَلاَ
تَصْحَبْ أَخَا الْجَهْلِ ... وَإِيَّاكَ وَإِيَّاهُ
فَكَمْ
مِنْ جَاهِلٍ أَرْدَى ... حَلِيْماً حِيْنَ وَاخَاهُ
يُقَاسُ
الْمَرْءُ بِالْمَرءِ ... إِذَا مَا الْمَرْءُ مَاشَاهُ
كَحَذْوِ
النَّعْلِ بِالنَّعْلِ ... إِذَا مَالنَّعْلُ حَاذَاهُ
وَلِلشَّيْءِ
مِنَ الشَّيْءِ ... مَقَايِيْسُ وَأَشْبَاهُ
وَلِلْقَلْبِ
عَلَى القَلْبِ ... دَلِيْلٌ حِيْنَ يَلْقَاهُ
Sayyidina Ali ra pernah bersyair:
Janganlah engkau berteman dengan
orang yang bodoh * karena engkau dan dia akan sama-sama celaka
Betapa banyak orang yang bodoh telah
merusak * orang yang bijak ketika berteman dengannya
Seseorang akan dilihat sama seperti
seseorang yang lain * tatkala seseorang itu biasa bersamanya
Laksana sepasang sandal * tatkala
sandal itu dipersandingkan
Demikianlah sesuatu dengan sesuatu
yang lain * ada persamaan dan keserupaan saat disandingkan
Antara hati dengan hati yang lainnya
* terdapat getaran saat berjumpa
0 comments:
Post a Comment